Sat-Set-Sat-Set Untung Dapet

3.9K 445 97
                                    

Satu setengah tahun kemudian.



.

.



Shani menghentikan mobilnya di balik garis penyebrangan jalan saat rambu-rambu menuju rumah Gracia berubah warna menjadi merah. Sekilas pandangannya mengedar ke sekitar sebelum akhirnya berhenti tepat pada tangan kirinya yang berada di atas stir.

Mata kecoklatan yang berbalut kacamata minus ini tersenyum simpul kala melihat sebuah cincin berlian dengan kristal kecil berwarna ungu kebiruan melingkar dengan nyaman di jari manis kirinya.

Iya.

Shani berhasil melamar Gracia di acara ulang tahun kekasihnya yang ke 22.

Eits! Tenang. Hal tersebut Shani lakukan setelah menggelar konser kelulusannya bersama JKT48 di Istora Senayan beberapa bulan sebelum hari ulang tahun Gracia. Jadi harusnya ini berita baik yang tidak perlu ditutup-tutupi kan? Hehe.

Ah, ya. Alasan mengapa Shani memberanikan diri untuk melangkah ke jenjang ini saat umur Gracia 22, jawabannya ada di lagu dari penyanyi favorit kekasihnya; Taylor Swift.

Lagu yang berjudul 22 seperti umur Gracia tersebut membuat Shani semakin merasa semesta sedang berpihak kepadanya. Alhasil tanpa mau mengulur waktu dan takut takut kalau ada iblis kecil di dalam hati yang mengoyak keteguhannya lagi, gadis berlesung pipi itu segera mengadakan pertemuan dengan Shania dan Boby untuk meminta izin atas rencananya saat itu.

Dan...ya. Singkat cerita, resmilah ia melamar Gracia di acara yang diadakan non formal di Jogja itu—acara yang sekaligus untuk kali pertama mempertemukan Boby dan Shania dengan seluruh keluarga inti Shani.

Namun kembali lagi seperti kata pepatah yakni tak ada gading yang tak retak, maka tidak ada perencanaan menuju hari pernikahan yang berjalan dengan lancar.

Shani dan Gracia sama sekali tidak memusingkan makanan apa yang akan dihidangkan di hari pernikahan keduanya di Bali nanti. Bahkan dominasi warna apa yang akan menghiasi ruangan dengan kapasitas kurang lebih seribu tamu undangan itu pun sama sekali tidak ada dalam pemikiran mereka.

Salah dua hal yang harus wajib sesuai permintaan mereka hanyalah perias pengantin dan dua gaun yang akan mereka pakai untuk acara formal di siang dan semi-formal malam hari.

Selebihnya sudah barang pasti akan dibumbui oleh perdebatan tak penting dari orangtua Gracia yang meributkan warna bunga hias di pintu utama serta orangtua Shani yang berulang kali bertolak belakang akan kombinasi citarasa dari catering yang disajikan.

Ddddrrrttt!

Sebuah getaran agak keras dari ponselnya membuat fokus menyetir Shani teralihkan.

"Cici, kamu di mana?"

"Cici itu siapa?"

"Ya kamuuu. Mau Cici yang mana lagi emangnya?"

"Panggil aku yang bener." Diam-diam, Shani menarik sudut bibir kirinya. "Emangnya kamu masih mau dikira sama sepupuku kalau kita kayak Adek Kakak saking kamu manggil aku cica-cici-cica-cici terus?"

Gracia berdecak di sebrang sana. Shani sangat bisa membayangkan kalau gadis itu pasti sedang memutar bola matanya dengan malas.

Biarin! Biar kebiasa!

"Yaudah iya. Ulang." Sungutnya agak jutek. "Sayang, kamu di mana?"

"Udah mau masuk komplek rumah kamu nih," Shani memutar stirnya ke arah kiri saat bertemu tikungan terakhir menuju rumah kekasihnya. "Papa sama Mama lagi ketemu wedding organizer kan? Berarti aku gak usah mampir ya?"

Aimílios/αιμίλιος [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang