Agak Lain Bapakku

4.3K 446 22
                                    

Hari ini tepat satu bulan sejak Shani meminta Gracia untuk memilih tanggal baik bagi keduanya dalam meresmikan hubungan, dan di antara semua yang sudah mengetahui hal itu maka Boby menjadi satu-satunya yang masih kepusingan sendiri karena anaknya punya pacar.

Mungkin Boby masih bisa bersikap biasa saja kalau Gracia punya teman dekat baru, tapi masalahnya ini langsung pacar dan ia merasa tidak diberi aba-aba sebelumnya.

Hampir setiap malam pria itu akan mengetuk pintu kamar Gracia untuk menanyakan bagaimana hubungannya dengan Shani, hari ini jalannya ngapain aja, ke mana aja, bahas apa aja, apakah hari ini Shani lakuin hal yang anaknya tidak suka kah dan banyak lagi lainnya.

Pernah suatu hari Gracia sampai menempelkan kertas di depan pintu kamarnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan template yang barang pasti akan ditanyakan oleh Bapak posesif satu itu.

Terus Shania gimana?

Oh, kalau perempuan satu itu sih biasa saja ya karena ia yakin satu orang seperti Boby saja sudah bisa bikin Gracia risih apalagi kalau ditambah dirinya harus bersikap sama juga.

Shania bahkan sampai hapal kalau setiap kali Boby selesai melakukan introgasi pada Gracia, pria itu pasti akan kembali ke kamar dengan wajah ditekuk dan menggerutu tidak jelas. Bahasannya selalu sama; tidak rela kalau anaknya dipeluk orang lainlah, digandenglah, bahkan Boby bilang kalau sampai Shani berani cium Gracia di bagian mana pun pasti hatinya akan hancur lebih-lebih dari diselingkuhi.

"Ah, masa? Yang bener kamu?" Goda Shania yang baru saja selesai dengan ritual skincare-nya lalu kembali ke atas kasur. "Kalau disuruh pilih antara Gracia dicium pacarnya atau aku selingkuh, pilih mana?"

"Gak! Gak ada!" Boby melipat kedua tangannya dengan alis bertaut. "Pokoknya semua yang namanya Shania itu punya aku, titik!"

"Tadi katanya lebih-lebih dari diselingkuhin sama aku, tapi disuruh milih kok gak bisa."

"Biarin! Suka-suka aku!" Jawab Boby ketus yang direspons senyum tipis oleh Shania. "Biarin aja deh pokoknya kalau sampe Shani berani cium Gracia bahkan cuma di kening--wah! Habis dia sama aku."

"Kalau Gracia yang mulai duluan?"

"....."

"....."

"....."

"Yaudah kalau kamu bingung, jawabnya besok aja. Buat PR." Tutup Shania yang langsung menarik selimut dan memunggungi Boby sambil berusaha menahan tawanya karena ekspresi pria itu kecut bukan main. "Shani disuruh nembak aja gak bisa apalagi cium. Boby... Boby..."




.

.

.

.




"Shania, Shania. Shan.. Shania, bangun.."

Perempuan yang merasa namanya dipanggil serta lengannya digoyang-goyangkan itu pun akhirnya sedikit membuka mata dan berusaha menyesuaikan pandangan karena tiba-tiba lampu kamarnya terang sekali. Padahal seingat Shania tadi ia sudah mematikan semua lampu kecuali lampu tidur.

"Shania, bangun.."

"Apaan sih?! Ganggu aja deh heran."

"Ssstt! Jangan marah-marah dulu," Boby langsung mengangkat kedua tangannya meminta perempuan yang masih setengah sadar itu untuk tetap tenang. "Aku denger suara Gracia lagi ngobrol,"

"Ya teruuuss?"

"Ini udah jam setengah tiga, Shan. Hari ini kan Gracia ada kelas, kalau dia kurang tidur gimana?"

Aimílios/αιμίλιος [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang