Entah sudah berapa kali Shani memutar lagu Into You milik Ariana Grande yang terdengar cukup kencang dengan dentuman bass khas melalui earphone bluetooth yang selalu ia pakai.
Sambil memutar pulpen di antara jari telunjuk dan jari tengahnya, pandangan Shani menatap kosong ke langit-langit ruang latihan yang disusul dengan helaan napas berat setelah itu.
Tring!
Shani membuka ponselnya dan mulai tersenyum sendiri karena melihat sebuah pesan masuk lalu sesekali beralih menatap kotak bekal berwarna ungu muda yang sudah kosong di hadapannya.
Satu menit, dua menit sampai tiga menit Shani tunggu ternyata pesannya hanya berakhir dengan ceklis dua biru saja. Sambil mengedikkan bahu dan helaan napas yang lolos kesekian kalinya, Shani memasukkan kembali kotak bekal milik Gracia ke dalam tas khusus yang sudah sepaket dengan benda persegi itu.
Soal nama kontak Gracia yang ditulis Gege, alkisah Shani pulang sangat larut yang membuat badannya serasa rontok babak belur dihajar latihan. Saat Gracia menghubunginya dan bertanya dimana gadis itu, Shani yang sudah diambang batas kesadaran untuk segera tidur pun agak rumit menyebutkan nama Gracia yang ada huruf R di dalamnya.
Akhirnya, sesuai kesepakatan bersama maka jadilah Shani kini memanggil Gracia dengan sebutan Gege. Kasian belibet mulu, kalau kata si empunya nama.
Itu kalau soal panggilan baru ya, tapi kalau soal dalam rangka apa Gracia mau repot-repot bangun pagi buta untuk menyiapkan bekal padahal untuk dirinya sendiri saja rasanya ia tidak ada gairah sama sekali--maaf tapi Shani tidak punya jawabannya.
Bukan cuma perkara bekal yang sudah mulai rutin satu minggu ini Gracia kirim ke alamat Shani pakai jasa ojek online, tapi juga perhatian-perhatian kecil seperti Shani dimana, sedang apa, sudah makan atau belum hari ini, always asking how's your day, atau tiba-tiba kirim tautan TikTok dengan rekomendasi bakso terenak di Jakarta sampai bahkan mengajak Shani makan malam di acara ulangtahun Papanya yang membuat degup jantung gadis itu jadi ugal-ugalan sendiri.
Saking pusing dibuatnya, Shani sampai melakukan konfirmasi ke Adel dan Kathrin, apa emang anaknya kayak gitu atau gimana?
Tapi seperti ada gratifikasi antar saudara, dua juniornya itu memilih bungkam dengan gerakan tangan mengunci mulut lalu berlalu begitu saja meninggalkan Shani dengan penuh tanda tanya.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir, ini bukan kali pertama Shani mendapat perlakuan spesial dari seseorang. Tapi kalau dulu itu tujuannya sudah jelas--bahkan menurut Shani terlalu terang-terangan; Viny berteriak pada semua member untuk selalu menjaga Shani dan selalu melapor jika terjadi apa-apa padanya. Berawal dari sana akhirnya merekapun menjalin hubungan yang cukup lama yakni 3 tahun meski harus disudahi oleh kata graduation.
Tapi abaikan soal Viny.
Dia bukan bagian penting dari tanda tanya Shani.
Sekarang mari fokus pada tebak-tebakan yang sudah Gracia beri hampir satu bulan ke belakang--atau lebih tepatnya entah sejak kapan tapi Shani baru sadar beberapa waktu ini.
"Ci Shani," Feni berjalan menghampiri gadis itu yang masih duduk di pojok ruangan. "Cici katanya bawa bekel? Kok pesen makan?" Ia mengangkat sekantong papper bag dengan logo M berwarna kuning.
"Ha? Aku gak pesen,"
Feni mengerutkan dahi dan melihat kembali pada struk pesanan di sana. "Atas nama Shani Indira, pesenannya panas spesial crispy minta bubuk garemnya banyakin, ayamnya sayap, saosnya tomat aja dan minumnya ganti sama susu milo--ini kan pesenan Cici banget!" Gadis itu langsung menatap Shani setelah membacakan yang tertulis di sana. "Yakin Cici gak pesen? Atau kepencet gitu?"
"Enggak kok. Aku daritadi gak main handphone."
"Oh! Atau--"
"Atau apa?"
"Akun Cici dibajak!" Feni langsung mengambil posisi duduk bersila di sebelah Shani. "Cepet, cepet, cepet buka handphone Cici!"
Shani yang hanya menurut saja langsung mengeluarkan ponselnya dan mengecek tidak ada riwayat saldo keluar untuk pesanan tersebut.
"Aman kok, Fen. Gak ada apa-apa." Ucapnya yang masih melihat layar ponsel dan diikuti juga dengan Feni. "Tadi pas kamu ambil, abangnya bilang apa gitu gak?"
Feni menjauhkan wajahnya dari layar ponsel Shani yang sudah kembali terkunci. "Enggak ada sih, abangnya cuma bilang pesenan atas nama Shani Indira doang." Gadis itu mencoba ingat-ingat kembali apa ada bagian yang terlewat atau tidak karena posisinya Feni juga sedang menerima panggilan telepon saat kurir itu datang. "Dari siapa ya, Ci?"
Shani hanya diam menatap Feni.
"Oh!"
"Inget?"
Bukannya menjawab, Feni malah tersenyum miring dengan matanya yang memicing penuh makna.
"Cici sekarang mah gak mau cerita-cerita sama aku," Ucap Feni masih dengan mimik wajah yang sama.
"Ha? Maksudnya?"
Feni menaik-turunkan alis membuat Shani jadi gugup sendiri. "Udah siap iparan sama Adel sama Kathrin nih ceritanyaaa?"
"Ha? Apasih, Mpen?"
Tiba-tiba Feni tertawa lepas dan berlari meninggalkan Shani sambil membentangkan kedua tangan lalu berteriak. "GUYS, CI SHANI DIBELIIN MAKANAN SAMA GRACIAAAAAA! KATA ABANGNYA ADA TITIPAN DARI GRACIA, KAMU JANGAN CAPEK-CAPEK YAAAA HAHAHA."
"Haduh, gawat.. Gawat."
TBC
.
.
.
.
Sayank ghie ap?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aimílios/αιμίλιος [END]
FanfictionAimílios/αιμίλιος; strength. Chapter baru akan dipublish di hari yang penulisnya tentukan sendiri ya. Gracias!