~Kita menderita lebih di imajinasi kita daripada di kenyataan~
Angkasa BrahanjayaMalam ini,pintu kamar Angkasa dibuka dengan pelan oleh Pratama. Laki-laki yang sudah berumur itu menatap Angkasa yang tengah duduk di balkon kamar.
"Sudah malam,kenapa malah di luar?"Tanya Pratama berjalan mendekati Angkasa.
Angkasa menoleh sekilas kearah ayah nya lalu ia kembali menatap langit malam yang terlihat terang dengan cahaya bintang.
"Masuk,Angkasa. Kamu masih sakit,jangan duduk di balkon dengan udara dingin seperti ini"Ucap Pratama dengan nada tegas tapi menyiratkan kekhawatiran.
Ntah dorongan darimana,Angkasa kali ini menuruti ucapan Ayah nya dengan masuk ke dalam kamar dan segera menutup pintu kaca yang menjadi penghubung balkon kamar nya.
Sama sekali tidak menoleh menatap Pratama,Angkasa langsung duduk di tepi ranjang. Ia sedikit mengusap lengan nya yang terasa dingin,suhu badan nya juga sudah mulai kembali normal.
Pratama diam tapi ia ikut duduk disamping Angkasa. Tidak ada bentakan,usiran atau penolakan dari mulut Angkasa saat ini,seolah laki-laki itu sudah lelah dengan apa yang terjadi selama ini.
"Maaf atas sikap ayah yang kasar selama ini,untuk pukulan bahkan bentakan yang sudah ayah lontarkan untuk kamu. Maafkan semua kesalahan ayah dalam mendidik kamu. Sudah lelah, selama ini ayah harus menahan rasa sakit saat membentak dan memukul kamu"Ucap Pratama.
"Kalau bukan karena Salsa, Ayah tidak akan pernah tau sebesar apa rasa tanggung jawab kamu dengan perempuan bahkan sifat kamu yang lain nya,yang belum Ayah ketahui..."
"Salsa,teman mu?"Tanya Pratama.
Angkasa diam beberapa saat hingga akhirnya ia membuka suara walaupun hanya mengucapkan kata iya.
"Kelihatan cewe sederhana luar dan dalam. Kamu suka dengan dia?"Tanya Pratama masih menatap kearah depan.
"Kenapa?"Angkasa menatap wajah Ayahnya dari samping.
"Seorang Angkasa tidak pernah membawa perempuan manapun ke dalam rumah ini dan Salsa adalah yang pertama. Jadilah laki-laki yang selalu bertanggung jawab dengan apa yang sudah menjadi milik mu"Ucap Pratama menepuk bahu Angkasa pelan lalu berdiri dari posisi duduk nya.
Pratama berjalan meninggalkan Angkasa tapi langkah nya terhenti saat berada di ambang pintu.
"Angkasa gak pernah benci sama ayah,ayah gak perlu minta maaf sama Angkasa"Ucap Angkasa membuat Pratama tersenyum tanpa menoleh kearah putra nya.
Setelah ayah nya benar-benar pergi,Angkasa menghela nafas panjang lalu ia tersenyum. Apakah ini akhir semua rasa sakit yang ia dapatkan dari ayah nya selama bertahun-tahun? Kalau memang benar,Angkasa sangat bersyukur karena dirinya bisa berdamai dengan sang ayah.
✓✓
Salsa terlihat mondar mandir di depan teras rumah nya. Raut wajah khawatir terpancar di wajah nya.
"Ya ampun buk,kok jam segini belum pulang"Gumam Salsa.
Salsa kembali duduk di kursi yang berada di teras rumah nya. Ia segera mencari nomor telepon yang dapat ia hubungi malam ini. Sudah beberapa panggilan yang ia terima tapi tidak ada satupun orang yang tau keberadaan sang ibu.
Audi: Halo,kenapa Sal. Tumben malem-malem nelpon
Salsa: Maaf ya Di,gue ganggu waktu istirahat lo
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA (SELESAI)
Ficção AdolescenteAngkasa Brahanjaya, laki-laki yang menyukai permainan bowling. Ia juga dikenal sebagai ketua geng motor yang diberi nama Vegos. Memiliki lebih dari lima puluh anggota dengan enam angota inti yang tak lain adalah sahabat Angkasa sendiri. Sang ketua...