26. Untuk Terakhir Kalinya (Juan Sudah Bahagia)

4.7K 340 26
                                    

Selama malam Senin.

Ayok ramaikan komentar, rela-relain update lho padahal besok ada ulangan.

Senyum dulu

Cisss

Cekrek📸

Jangan lupa nangis (づ ̄ ³ ̄)づ


"Yah, Juna mohon, kali ini temuin Juan. Kali ini aja." Suara Juna terdengar bergetar, beriringan dengan air matanya yang berjatuhan.

Sudah hampir setengah jam Juna membujuk sang ayah untuk menemui Juan di rumah sakit. Namun, selama itu pula hanya penolakan yang ia dapat. Ayahnya masih tetap pada egonya.

"Ayah sudah bilang tidak, Jun. Ayah tidak akan menemui anak itu."

"Ayah, sekali aja. Cuma kali ini aja, sebentar juga nggak pa-pa. Juna mohon tolong datang temuin Juan. Dia butuh Ayah sekarang. Dia mau Ayah."

Rajendra abai, ia memilih berkutat dengan laptopnya. Mengabaikan setiap permohonan yang terucap dari mulut sang anak.

Baginya, Juan sama sekali tak berarti. Ia tak butuh anak itu. Ia tak menginginkannya. Sekalipun anak itu sedang sekarat, ia benar-benar tak peduli, karena kehadiran anak itu yang hampir merusak keluarganya.

Rajendra tahu ia memang bajingan, tak ingin bertanggung jawab atas kesalahannya. Tapi, semua ia lakukan demi keluarganya. Demi menjaga keutuhan keluarganya sekalipun ternyata hal itu melukai orang lain.

"Ayah..."

"Jun, kenapa, sih, kamu peduli dengan anak itu? Dia bukan saudara kamu. Nggak usah ngurusin dia. Dia punya ibu!" ujar Rajendra yang sudah jengah.

Juna memejamkan matanya, berusaha meredam amarahnya. "Juna peduli karena Juan adik Juna, Yah. Dia saudara Juna sekalipun kami lahir dari rahim yang berbeda. Dan lagi, dia butuh Ayah sekarang. Dia butuh ayahnya. Setidaknya temui Juan sebaik ayahnya untuk pertama dan terakhir kalinya. Setelahnya, terserah Ayah," kata Juna panjang lebar.

"Kali ini aja tolong buang jauh-jauh ego Ayah dan temuin Juan. Ayah nggak perlu lama-lama di sana, sebentar aja."

"Ayah sibuk. Ayah tidak punya waktu untuk anak itu."

"Ayah!" seru Juna kesal. Mengapa ayahnya sangat keras kepala?

"Anak itu tidak akan mati hanya karena Ayah tidak menemuinya."

"Argh! Terserah Ayah!"

Sedangkan di sisi lain, kondisi Juan semakin memburuk. Anak itu terus mengeluh sakit pada bagian dadanya dan kini ulu hatinya pun ikut nyeri. Ia masih tetap menunggu kehadiran sang ayah. Ia benar-benar berharap ayahnya akan datang.

Juan benar-benar berharap.

"I-ibu.. sakit..."

Air mata Aruna berlomba-lomba keluar. Ia tak tega melihat kondisi anaknya yang semakin memburuk. Ia genggam erat jemari kurus itu, menyalurkan hangat berharap dapat mengurangi rasa sakit yang ditanggung sang anak.

"Anak Ibu kuat, ya? Kita lawan sakitnya sama-sama."

Sungguh tulus kalimat Aruna, membuat hati menghangat. Namun, ditengah kacau Ini, Juan tak dapat mengatur perasaannya. Ia kesakitan, ia butuh ayah.

"Ayah.. Ibu mau Ayah," lirihnya.

"Iya, Ayah Juan pasti datang. Sabar, ya? Ibu yakin Ayah pasti ke sini. Ayahnya Juan pasti ke sini," ujar Aruna bertolak belakang dengan hatinya yang ragu apakah Rajendra akan datang.

"Sekarang sama Ayah Wira dulu, ya? Jangan nangis, okay?"

Aruna bergeser, memberi tempat untuk Wira.

Juan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang