24. Kapan Dia Bangun?

3K 296 8
                                    

Juan update untuk menemani malam Minggu para jomblo(人 •͈ᴗ•͈)





Happy Reading






Di dunia ini ada banyak hal yang tak sesuai harapan. Banyak hal yang terjadi, menghancurkan berbagai mimpi. Hal-hal terjadi merusak jiwa raga. Kemudian akhirnya penyesalan dan rasa sakit yang menemani hingga ajal.

Itulah yang dialami Aruna, wanita pekerja keras yang masa mudanya diporak-porandakan seseorang. Kehidupan remajanya seketika hancur hanya dalam satu malam. Sebuah ketidaksengajaan yang menghancurkan segalanya—semua mimpi dan harapannya.

Membawanya pada jurang kepedihan. Menghadirkan sosok yang tak pernah ia nanti di usia semuda itu. Memunculkan benci yang tak seharusnya.

Aruna akui, perasaan bencinya terhadap sang anak adalah sebuah kesalahan. Benci yang tak seharusnya ia beri. Tapi, mau diapa jika hatinya hancur setiap kali melihat anak itu. Wajah itu selalu mengingatkannya akan sosok pria tak bertanggungjawab yang merusak masa mudanya.

Andai saja saat itu Rajendra mau bertanggungjawab, mungkin benci yang ia tanam dalam hatinya tak akan sebesar ini. Namun, nyatanya, pria itu bahkan enggan mengakui anaknya sendiri.

Aruna benci mengakui jika dibalik benci yang ia beri, ada kasih sayang yang diam-diam ia pendam. Ada rasa gelisah setiap kali anak itu terlambat pulang, ada rasa khawatir setiap melihat anak itu terluka.

Namun, lagi-lagi bencinya lebih dalam. Hingga ia memilih abai, kemudian melukai anaknya itu.

Malam yang semakin larut, tak membuatnya beranjak masuk ke dalam rumah. Lebih memilih menikmati udara malam yang begitu dingin. Diam-diam matanya mencuri pandang pada gerbang rumah, berharap ada seseorang yang datang. Menanti meski yakin sosok itu tak akan kembali.

Karena nyatanya pagi tadi, ia telah mengusir sosok itu—melarangnya untuk datang kembali. Bahkan memintanya untuk mati.

Jika ditanya apakah ia menyesal, mungkin. Ia sendiri bingung dengan dirinya. Sejak ia mengusir Juan kala itu, setiap malam ia akan duduk diam di teras rumahnya—menanti sosok itu untuk pulang. Hingga tengah malam, sosok itu tak kunjung pulang. Tapi, saat anak itu pulang, ia justru memintanya pergi.

Aruna menghela napas pelan. Dalam hati menertawakan dirinya sendiri, yang masih menanti sang anak.

Aruna memilih beranjak masuk. Sudah menyerah menunggunya pulang.

Saat membuka pintu, ia dikejutkan dengan kehadiran sang ibu.

"Kamu ngapain di luar jam segini, Nak?" tanya Kamila. Ia tampak khawatir.

Aruna tersenyum tipis. "Cuma cari angin, Bu," dustanya.

"Jangan kebiasaan, nggak baik. Apalagi sebentar lagi kamu mau menikah. Harus jaga kesehatan."

Menikah, ya? Aruna bahagia mengingat bahwa sebentar lagi ia akan berstatus sebagai istri seseorang. Seseorang yang ia cintai. Sejenak ia lupa akan sang anak.

"Istirahat sana, besok bukannya harus fitting baju pengantin, ya."

.
.
.

Besoknya Aruna sudah standby di teras rumahnya. Menunggu calon suaminya. Sesuai kesepakatan, hari ini mereka akan menuju ke salah satu butik untuk melakukan fitting baju pengantin.

Aruna begitu bahagia, terbukti dari senyumnya yang tak pudar sejak tadi.

Sekitar lima menit menunggu, akhirnya yang ditunggu telah tiba. Sebuah mobil berhenti di depan rumahnya, lalu keluarlah seorang pria dan seorang bocah laki-laki berusia sekitar sembilan tahun.

Juan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang