5 : Sang Juara Umum

23 5 0
                                    

Aliya Syakira:
Bismillah
Maaf, chat ini penting.
Ana tegaskan sekali lagi. Sesuai kesepakatan kita bersama, mengenai perjodohan, tolong jangan bagi tahu siapa-siapa dulu. Termasuk, Alvin dan juga Alpha.
Mohon kerja samanya, Ghani.

*Pesan ini tidak usah dibalas.

Pesan tersebut dikirimkan oleh Aliya, sepulang pertemuan dua keluarga. Masih sangat jelas teringat di pikiran Ghani sampai saat ini.

"Ghani," panggil Alvin, "Lo dijodohin sama siapa? Jawab dong!" Alvin gregetan karena Ghani tak kunjung melontarkan jawaban sama sekali dari tadi.

Ghani serasa mati kutu. Gara-gara tak hati-hati, hampir saja hal yang telah diminta menjadi rahasia akan ia bocorkan. Kalau saja ia tidak lekas menyadari ke-spontanannya, pujaan hatinya itu pasti akan sangat kecewa kepadanya karena telah ceroboh, mengingkari janji.

Namun, apa yang harus ia lakukan untuk menjawab pertanyaan Alvin, yang tak lain adalah kakak dari calon istrinya?

"Kebingungan tuh, Vin!" sambar Alpha. "Lo tau sendiri, gimana si Ghani ini. Tukang ngadi-ngadi."

Mendengar sambaran Alpha, Ghani pun bisa bernapas cukup lega setelahnya. Setidaknya, dengan begitu, Ghani tidak perlu menjawab dengan serius. Tinggal ia improvisasi saja dengan ledekan yang Alpha lontarkan.

"Hahaha. Alpha, si paling tau saya," balas Ghani diiringi dengan kekehan.

Kok gue ngerasa ada sesuatu, ya, batin Alvin curiga. Akan tetapi, perasaan curiga itu lekas ia tepis, karena tidak mau larut dalam prasangka buruk.

Di sisi lain, sembari menunggu pukul 08.30, Aliya dan Rahma berada di kamar Sabila, tengah mendengarkan cerita Sabila selama berada di negeri sana.

"Yang bikin aku ngerasa baper di sana, apa coba?" Sabila memberikan pertanyaan retorik kepada kedua sahabatnya. "Liat pasangan masisir!"

"Wah, ini anak udah kebelet nikah!" cibir Rahma.

"Ih, serius, tau! Liat yang kayak gitu tuh bikin baper," balas Sabila sembari memegang dada kirinya. "Kamu gak ada niat nyari pasangan dulu gitu, Al?

"Duh, ini anak, ada-ada aja," gumam Rahma sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Aliya melemparkan senyuman saja kepada Sabila. Tak mau menggubris terlalu serius.

Setelahnya, ia mengambil segelas susu cokelat yang sudah disuguhkan Sabila sebelumnya.

"Eh, gini, gini, Rahma. Gimana kalau kita comblangin aja Aliya, sama salah satu akhi yang dapet beasiswa ke Mesir?"

"Uhuk uhuk!" Aliya yang tengah mereguk susu cokelat tersebut pun tersedak seketika.

"Eh, elu sih, Bil!" tuduh Rahma.

"Aish, maafkan, Al," ucap Sabila sembari mengusap-ngusap punggung Aliya. "Maaf banget, ya."

"Gak pa-pa, kalem aja," balas Aliya setelah ia tak lagi tersedak.

Rahma merasa ada sesuatu yang janggal dengan Aliya. Ia mengerutkan dahinya, sehingga terbentuk beberapa lipatan. "Eh, lo-"

"Anak-anak, cepet turun! Acara mau dimulai!"

Rahma tidak sempat melanjutkan perkataannya, karena Umi telah memanggil mereka untuk segera duduk di acara perpisahan.

Ah, mungkin nanti aja gue tanyain, batin Rahma.

...

Acara perpisahan angkatan ketiga Pesantren Ar-Rahiim dilangsungkan sejak pukul 08.30. Tepat pada waktunya.

Di atas panggung, berdiri dua pemandu acara, yang di mana satunya laki-laki, dan lainnya perempuan. Mereka membuka acara perpisahan pagi ini dengan pembawaan yang menarik dan menggelitik hati para penonton.

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an yang dilantunkan oleh seorang santri yang merupakan salah satu anggota eskul Tahfidz kelas sebelas, yang baru saja mencapai target, 30 juz. Hal itu terjadi, karena santri tersebut sudah memiliki hafalan sebanyak 15 juz di jenjang tsanawiyahnya. Pembawaannya begitu indah, syahdu dan menyentuh hati orang-orang di sana.

Seperti biasa, selalu ada sambutan-sambutan yang diberikan dari para asatidz yang mempunyai wewenang. Kemudian, disambung dengan sambutan yang diberikan oleh orang tua murid, yang diwakili oleh Fatan Putra Santoso. Beliau bukan hanya orang tua dari Ghani saja, melainkan ia juga merupakan salah satu dari donatur Yayasan Ar-Rahiim yang sudah lama berkecimpung dalam berbagai pendanaan di sana.

"Alhamdulillah, berbagai sambutan telah selesai disampaikan oleh orang tua kita selama di pesantren, juga salah satu dari orang tua santri, ya, Santi."

"Benar sekali, Akbar. Setelah ini, akan ada acara yang luar biasa."

"Wah, apalagi kalau bukan ...."

"SAAT!" Kompak Akbar dan Santi mengatakannya.

"Sambung Ayat Alumni Tahfidz!"

Ini merupakan salah satu hal yang sudah terlaksana sejak angkatan pertama. Ke-sepuluh anggota eskul Tahfidz angkatan ketiga pun berdiri dan menduduki kursi-kursi yang sudah disediakan oleh panitia di atas panggung, lima kursi di sebelah kiri dan lima laginya di sebelah kanan, ikhwan dan akhwat duduknya diberi jarak.

Ustaz Jamal duduk di tengah-tengah mereka, selaku orang yang akan membacakan soal atau ayat yang harus mereka sambungkan.

Acara tersebut juga berlangsung dengan baik. Riuh takbir memenuhi area tersebut ketika usai pelaksanaan SAAT dan pembacaan penghargaan yang ke-sepuluh santri itu dapatkan.

Usai penampilan tersebut, pengumuman prestasi santri, ditinjau dari hasil ujian-ujian akhir madrasah pun diumumkan di atas panggung. Sepuluh peringkat dari seluruh santri laki-laki dan perempuan diumumkan di sana. Riuh tepuk tangan mengudara ketika satu per-satu nama dan juga biodata singkat disebutkan.

"Untuk tiga besar ini, akan ada reward spesial, yaitu berupa beasiswa kuliah ke Malaysia!"

Riuh orang-orang kagum mendengarnya sekaligus penasaran dengan ketiga nama di balik prestasi tiga besar tersebut.

Untuk peringkat dua dan tiga diraih oleh anak luar asrama, alias warga asli kampung sekitar. Sedangkan untuk juara pertamanya ....

"Juara pertama, diraih oleh ...," Ustaz Fatih yang membacakan penghargaan itu membuat yang mendengarkan semakin deg-degan, dibuat penasaran. "Alpha Pratama Putra."

Belum sempat orang-orang menepuk tangan. Tiba-tiba saja mereka dikagetkan dengan suara yang sangat lantang, "Anakku!"

Mereka yang ada di sana, sudah tak asing dengan yang namanya Alpha, seorang mu'allaf yang gigih mempelajari Islam.

Oleh karena itulah, mereka semua terkejut dan spontan melihat ke sumber suara setelah mendengar ucapan lantang tersebut, yang sama sekali bukan Ustaz Malik yang mengatakannya. Sebab, beliau duduk di depan dan tersenyum bangga ketika mendengar pengumuman tersebut.

Alpha perlahan menoleh pada sumber suara, yang ada di belakangnya.

Deg!

"P-Pa-Pah?"

***

Garut, 24 Agustus 2022

💠

Masyaallah ...
merinding, gak, sih, Bestie?

Kegigihan seorang Alpha sebagai seorang mu'allaf mempelajari Islam, membawanya menjadi seorang juara umum, dan membuatnya mendapatkan beasiswa kuliah ke Negeri Jiran.

Lalu, setelah pengumuman prestasinya, orang yang sudah tidak mau mengakuinya sebagai anak, tiba-tiba hadir di sana😱

To be continue ...

DUA PINTU SURGA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang