8 : Khawatir

25 4 0
                                    

Brian menendang ban motornya setelah mendengarkan semua penjelasan yang Vina sampaikan. Ia sangat kesal dengan semua yang terjadi. Mengenai kecerobohan ibunya dan juga dusta yang selama ini diperlihatkan kepada kakaknya. Brian benar-benar tak habis pikir dengan apa yang terjadi di keluarganya. Mengapa, keluarganya tak sebahagia keluarga orang lain?

"Kamu kecewa sama Mamah?" tanya Vina.

Brian menghela napas kasar. Wajahnya sudah berubah merah sejak Vina bercerita. "Ya ... Mamah pikir saja sendiri! Siapa yang gak akan kecewa?!"

"Mamah selingkuh juga karena ayah kamu yang dua bulan ini sibuk terus sama kerjaannya. Terus, Mamah juga gak berbuat aneh-aneh, cuma makan-makan aja," papar Vina, tak mau tersalahkan.

Brian mengusap wajahnya dengan kasar. "Terserahlah! Brian gak mau denger lagi! Sekarang kita balik ke Jakarta!"

...

"Gimana? Keliatan abis nangis gak?" tanya Aliya setelah memakaikan bedak di wajahnya, terutama bagian bawah matanya yang sembap.

"Emm ... sedikit sih, tapi semoga aja orang-orang gak sadar," balas Alvin.

"Kalau ada yang sadar gimana?"

"Gampang, ini tuh suasana perpisahan, wajar kalau nangis-nangis mah."

Setelah siap untuk beranjak dari area parkiran, Alvin pun mengantar Aliya untuk bertemu dengan sahabat-sahabatnya kembali. Rupanya, Rahma dan Sabila telah membawakan makanan untuknya.

"Biar gak ngantri panjang, kita bawain buat lo," ucap Rahma.

Aliya tersenyum. "Terima kasih."

Alvin pun berpamitan dengan mereka semua setelah ia merasa tenang, karena Aliya sudah bersua kembali dengan sahabat-sahabatnya dan menyimpulkan senyuman manisnya lagi.

"Alvin itu perhatian banget deh, Al. Pengen deh yang kayak dia," ujar Rahma setelah Alvin berlalu dari hadapan mereka.

"Ah, ngomong aja, kalau kamu pengen Alvin," komentar Sabila setelah mengunyah makanannya. "Gimana nih, Al? Calon kakak ipar, eh direstuin, gak?" tanya Sabila diakhiri dengan tawanya yang renyah.

Rahma menyenggol lengan Sabila, karena terlalu zahir (jelas) mengatakannya.

Aliya tersenyum lebar mendengarnya. "Kayaknya, bisa jadi, ya."

"Yah, jawabannya kurang meyakinkan," keluh Rahma. Walhasil, Aliya dan Sabila pun terkekeh mendengar jawaban Rahma.

Sementara itu, Ghani tengah duduk di kursi sembari memakan sebuah apel merah, tapi tatapannya terlihat kosong. Seakan-akan jiwanya tengah terbang ke tempat lain. Mukanya terlihat masam dan gundah.

Itu semua, karena Ghani penasaran dengan alasan di balik kesedihan Aliya tadi. Ia tidak tahu, apa yang terjadi sampai Aliya terlihat memilukan seperti itu. Membuat Ghani merasa sangat iba kepadanya, sampai ingin membawanya ke dalam dekapannya. Namun, sayangnya mereka baru bisa halal bersentuhan setelah menikah. Itu masih satu bulan lebih dua minggu lagi.

Keluarga Aliya ke mana ...?

Ghani seketika memahami mengapa Aliya bisa menangis seperti itu. Keluarganya. Ya, keluarga Aliya tidak ada di sini, mereka pulang lebih dulu, meninggalkan Aliya sendirian di sini.

"Woy! Ngelamun aja lu!" tegur Alvin yang sudah mengambil makanan bersama dengan Alpha.

"Iya, Ghani. Ada yang lagi dipikirkan?" tanya Alpha yang kemudian duduk di kursi.

"Ini, kawan ...-"

Ghani lantas menepuk jidatnya. Hampir saja, ia mengatakan apa yang tengah dipikirkannya. Untung, kesadarannya segera mencegahnya untuk tidak mengatakan itu. Kalau sampai mereka tahu, entah apa yang akan terjadi.

"Apa?"

"Gak ada," balas Ghani diakhiri sengiran kuda.

"Yehh! Cerita aja kali!" kesal Alvin yang sudah penasaran.

"Gak ada, beneran."

Alvin yang sedang mengunyah makanannya pun mengerutkan dahi. Merasa ada yang janggal dengan Ghani. Ia jadi teringat, dengan apa yang terjadi di tempat parkir tadi.

Ia tidak terlalu mendengar jelas apa yang Aliya dan Ghani katakan setelah ia kembali dari kantin, yang ia lihat dari kejauhan, Ghani langsung pergi setelah mengobrol sebentar dengan adiknya. Ia pergi tanpa melihat ke arahnya.

Lalu, menghampiri adiknya bermaksud untuk menanyakan apa yang Ghani sampaikan. Baru saja Alvin mengatakan nama 'Aliya', adiknya itu spontan saja terperenjat kaget mendengarnya.

Entah, ada hal apa yang terjadi di antara keduanya? Alvin belum menanyakannya, ia rasa, situasinya belum tepat.

...

"Em, Al. Apa pun yang terjadi sama kamu, aku harap, kamu bisa terus bersabar. Ana yakin, kamu kuat."

"Iya. Makasih."

Di sela-sela mengunyah makanan, Aliya jadi teringat dengan pesan Ghani di parkiran tadi. Ghani perhatian kepadanya dan juga mencemaskannya. Entah mengapa, hati Aliya yang memendam kesal kepadanya, jadi luntur perlahan-lahan. Ia luluh, dengan peringai Ghani.

Kamu memang baik Ghani. Sejak kita kenal, kamu tidak pernah berubah. Tapi, setelah perjodohan kita ini ... aku jadi bingung dengan niatmu, apakah maksud dari perjodohan ini baik, atau justru buruk?

"Al," panggil Sabila, karena sejak tadi, ia melihat Aliya melamun saja setelah mengunyah. "Ngelamunin apa nih?"

Aliya yang salah tingkah pun jadi meremas kain gamisnya. "Eh, enggak apa-apa kok."

"Mikirin apa loh, ayoo! Awas zina pikiran," goda Rahma sembari menunjuk Aliya.

"Apaan ish, Rahmaa. Enggak ada apa-apa kok," balas Aliya di akhiri dengan tawa. "Eh, tapi aku mau nanya deh. Mungkin gak sih, sesuatu yang kita sangka buruk itu punya niat baik di baliknya?"

Sabila geleng-geleng mendengar pertanyaan Aliya. "Al, kayaknya kamu udah gak muroja'ah, ya."

"Hah? Enggak kok, masih muroja'ah."

"Terus, kamu lupa sama ayat yang ini, boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu," jelas Sabila.

"Ah," Aliya memahaminya sekarang. "Iya juga, ya."

"Terus, kan, kalau hubungannya sama prasangka, udah dijelasin di Al-Qur'an juga, Al. Jauhin kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya dari sebagian prasangka itu merupakan dosa," tambah Rahma.

Apa aku sudah salah menilai Ghani? batin Aliya sembari mengingat sosoknya yang selalu ceria dan bersahaja.

"Ada apa emangnya, Al?" tanya Sabila penasaran.

"Bukan apa-apa kok, cuma nanya aja hehe."

"Hmm." Sabila memaklumi saja, kalau Aliya tidak ingin bercerita dulu untuk saat ini.

***

Garut, 27 Agustus 2022

DUA PINTU SURGA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang