37 : Sujud Syukur

25 2 0
                                    

"Jangan lupa, besok ngaji lagi," ucap Ghani sembari menyodorkan telapak tangannya, yang kemudian ditepuk oleh bocah berbaju koko di depannya.

"Siap, Kak Ghani!"

Semenjak lulus dari pesantren, Ghani mencari kegiatan yang bisa menyalurkan ilmu-ilmu yang telah dipelajarinya kepada orang lain. Jarak 1 km dari rumahnya, Ghani menemukan sebuah madrasah, tempat anak-anak mengaji sore. Beruntung, pihak madrasah membuka tangan lebar-lebar untuk dirinya saat itu hingga hari ini.

Semenjak menimba ilmu di pesantren, Ghani lebih suka dengan kegiatan-kegiatan yang membuatnya produktif, yang juga meningkatkan skill-nya.

Selain mengajar, ia juga terkadang mendapatkan undangan mengisi kajian di kalangan remaja, pemuda-pemudi, pernah juga di kalangan ibu-ibu dan bapak-bapak. Di samping kegiatan mengajarkan ilmu, ia juga belajar mengelola bisnis. Serta tak lupa, Ghani yang lihai di dunia edit-mengedit ini membuka jasa editing juga, apalagi kolega-kolega ayahnya banyak, Ghani dapat penghasilan yang cukup besar dari skill editing yang dimilikinya.

Maka tak perlu heran, jikalau Ghani mengeluarkan bajet yang lebih besar untuk acara pernikahannya daripada orang tuanya. Sebab, ia sudah berpenghasilan, ia memilih untuk tidak terlalu membebankan biaya kepada orang tuanya maupun orang tua Aliya.

Drrt

Ponsel Ghani yang sudah diatur bermode getar pun mengeluarkan getarannya ketika sebuah notifikasi datang. Kebetulan, Ghani sudah selesai mengajarnya, dan anak-anak juga barusan sudah pada pulang. Ia pun meraih gawai di saku bajunya.

Aliya❤️
Alhamdulillah, Allah udah ngasih petunjuk. Sampai bertemu, dua minggu lagi.

Mata Ghani membulat dengan sempurna, bibirnya pun terbuka dengan lebar bersamaan dengan lengkungan kebahagiaan. Ia buru-buru menghadap kiblat, tanpa aba-aba lagi ia bersujud dengan penuh khidmat. Segala puja-puji ia panjatkan dengan lirih. Beberapa lama kemudian, ia bangkit dan menengadahkan tangan. Sedang matanya terlihat berair atas rasa kebahagian yang mengharukan, atau rasa haru yang membahagiakan.

"Ya Allah, terima kasih. Alhamdulillahil ladzi bini'matihi tatimmush-shalihat." Ghani mengusap air matanya yang malah terjun semakin deras. "Terima kasih, ya Allah. Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrota a'yun, wa ja'alnaa lil muttaqiina imaamaa." (Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa) Ghani membaca doa yang tertera pada surat Al-Furqon ayat 74 itu.

...

Sebuah mini bus berhenti di depan sebuah rumah besar yang gerbangnya sengaja dibuka lebar. Para penumpang lantas tersenyum gembira tatkala sampai lokasi acara.

"Pak, bisa di parkir di sebelah sana," ucap Paijo sembari menunjuk dengan ibu jarinya, ke area tempat mobil-mobil terparkir, tak jauh dari gerbang masuk.

Setelah selesai diparkirkan oleh sang sopir, para penumpang pun turun. Tampak, keluarga ustaz Malik, keluarga Alpha, beserta asatidz dari pesantren Ar-Rahiim berdiri di halaman rumah tersebut.

"Acaranya di dalam rumah, Pak. Bisa langsung masuk saja," ucap Paijo.

"Iya, terima kasih, Pak," balas Ustaz Malik.

Di pintu masuk, terdapat rangkaian bunga-bunga cantik menghiasi. Mulai dari yang berwarna putih, pink, merah, biru, dan ungu, menghiasinya, bersamaan dengan dedaunan hijau yang menambah kesan indah pada rangkaiannya. Tampak, karpet merah tergelar di posisi tengah, di sisi kanan dan kirinya terdapat kursi-kursi berjejer. Gerbang awal yang indah, mengantarkan mata pada pemandangan yang lebih indah lagi. Di dalam, dekorasi bunga-bunga, juga kain-kain menjuntai membalut ruangan dengan sangat estetik. Ditambah lagi, ada inisial "A & G" di panggung pelaminan. Ramah mata. Sepertinya, bagian dekorasi patut mendapat bintang lima.

DUA PINTU SURGA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang