Minggu ke-8

169 28 0
                                    

"Sikat!!" seru Chaewon yang lagi keasikan main remi sama salah satu sahabat kantornya di Senin malam karena dia dapet shift siang.

"Yang bener 'minum' goblok!" Yena ngumpat karena kesel juga dia kalah.

"Y," Chaewon bales ga peduli.

Habis main, Yena pun traktir minum ke Chaewon karena siapa yang kalah, dia yang traktir. Minum-minum susu bubuk merk negara asli yang bungkusnya warna biru itu. Tidak lupa gula kiloan.

"Bungkusan buat siapa tuh?" tanya Yena yang salfok ke sekantong tas kresek besar berisi banyak jajan minum mahal yang dibawa Chaewon.

"Buat anaknya Yujin," jawab Chaewon. "Sekalian bagi-bagi berkah juga, soalnya dua minggu lagi bisa nikah. Syukur-syukur."

"Wah baik sekali kamu," Yena terkesan karena TUMBEN🗿 Chaewon berbuat baik seperti itu.

Chaewon dari sekarang udah persiapan nikah buat dua minggu lagi sama Minju, alias mantannya Yujin.

Kemudian Chaewon pun balik ke kantornya buat nemuin Yujin.

.
.
.

Besoknya...

"Leeseo absen ke delapan kali..."

Eunchae bisik-bisik gak jelas di bangku. Suer dia bosen banget nggak ditemenin Leeseo. Eunchae terkenal di kalangan para murid itu pun karena faktor dia anak kepsek. Eunchae memang berisik tukang ketawa tapi dia bukan tipe yang koar-koar temenan sama banyak orang.

...

Dia pun pergi ke kelas kakaknya, 11 MIPA 4. Kakaknya juga dikit punya temen, mending dia ngobrol aja sama kakaknya sendiri.

Sampe di balkon kelas kakaknya, Eunchae langsung duduk di sebelah kakaknya sendiri yang udah dari tadi nangkring di sana sambil nyemil mie lidi.

"Nih," Garam bagi cemilan, dan mampusnya Eunchae justru ngambil semua.

"Semprul," itu yang keluar dari mulut Garam. "Udah minta ditemenin nggak jelas, malah ngambil semua makanan."

Bodo amat sama omongan kakaknya, Eunchae lebih fokus sama si kakel Jepang pindahan yang lagi megang sniper AWM(?) , ngadep ke bawah. Dia lagi diem di atas tembok pembatas balkon, entah gimana caranya.

"Ngapain itu??" Eunchae heran liatnya.

Garam noleh ke kakel Jepang itu, yang merupakan teman sekelasnya. "Oh, dia lagi latihan nembak, temanya dari segala sisi."

"Tapi itu senapan beneran lho kak," Eunchae waswas karena lihat kotak-kotak peluru sama printilan senapan lainnya bertebaran di sekitaran kakel Jepang itu.

Udahan dah manggil pake sebutan kakel Jepang. Namanya Rei, dari keluarga Naoi pembunuh bayaran. Baru pindah langsung akrab sama guru balet karena sama-sama dari Jepang. Kazuha juga kerja sebagai guru bahasa Jepang, makanya memandu Rei yang baru masuk. Rei juga banyak dibantu sama murid-murid Jepang lainnya.

Selama lagi aksi nembak, Rei sibuk ngomong sendiri. Sementara Eunchae dan Garam jadi nggak sengaja nguping. Rei memang sengaja gitu, soalnya dia ngincer Eunchae.

Hm?

"Ternyata bener. Adeknya Egi yang jadi mata-mata," Rei menyudahi komat-kamitnya dan turun dari pembatas balkon itu. Dia datengin Eunchae yang lagi duduk sambil bingung kenapa Rei deketin dia.

Cklek

"Rei!!" Garam kaget liat dahi adeknya ditodong sniper.

"Kalo gak mau kutembak, jangan gerak. Aku gak ada maksud membunuh," ancam Rei seram. "Kecuali kalo memang diperluin."

Leeseo's Week \\ IVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang