Minggu ke-6

162 29 4
                                    

Soal siapa yang bakal traktir, gak jadi. Guru-guru mereka pada pendem nilainya, nggak dikasih tau.

"Kali ini popmie!" Leeseo sama Eunchae tos pake popmie mereka.

Tadi selagi lagi nunggu seduh, Leeseo sibuk rapiin bangku sekitarnya karena dia habis dilemparin tas sama temen-temen sekelas. Itu karena dia polos gak sengaja ngingetin guru bahasa Bali, ada tugas yang belum diperiksa. Alhasil kelas jadi amburadul. Mau ga mau Eunchae yang duduk di belakangnya kena lempar juga sambil ngumpat.

Tapi lumayan, anak kelas mereka keknya pada kaya-kaya kalau Leeseo lihat. Tas yang dilempar pada tas bermerek semua, macam Praba, Guci, Kine, dll. Dan ada juga yang lempar tas belanjaan alfamaret sama tas taperwer ke dia. Sakit tau gak.

Dan yang ngasih damage paling besar, yaitu tas punggung sekolah hitam yang besar itu. Yang biasanya dipake cowo-cowo.

"Game toxicmu apa kabar?" tanya Eunchae sambil benerin plester yang ada di jendelanya. Retak gara-gara dia teriak bakwan jagung di minggu pertama.

"Udah elite!" jawab Leeseo dengan semangat 69- 45 maksudnya.

"O-oh..." Eunchae senyumin aja. "...Gak ada niatan hapus gamenya?"

"Hm? Kenapa?" Leeseo jadi bingung.

"Demi kebaikanmu," Eunchae ragu buat ngejelasin bagi anak baik-baik seperti Leeseo di matanya.

"Emang gamenya kenapa?" Leeseo penasaran.

"Gapapa sih. Game toxic itu... banyak player kasar. Kalo masih mau mainin, nonaktifin aja chatnya biar aman," Eunchae saran.

"Oh, oke," Leeseo nurut.

Eunchae bersyukur Leeseo masih belum mudeng sama istilah yang biasa anak-anak cowok itu sebut waktu lagi main.

...

Keinget sesuatu, Eunchae pun cepetin makannya. Terus dia ambil sebuah buku novel dari tasnya.

"Aku nganter buku buat kakakku dulu," Eunchae mau otw pergi.

"Punya kakak?" Leeseo baru tahu. "Kelas apa?"

"11 MIPA 4."

"Wah sekelas sama bibiku!"

Eunchae pergi sambil masang wajah bingung gegara denger kalimat Leeseo.

Waktu Eunchae pergi, Leeseo gabut ngitung ulang duit kas kelas. Seru rasanya ngitung uang.

"Adah, pasti pernah dipake korup," ujar Ni-Ki yang numpang lewat.

"Aku sama Eunchae ga pernah korup kok," Leeseo cemberut. Dengan puas ia memastikan jumlah uangnya sama dengan catatannya.

Tok tok

Ada pak guru masuk.

"Selamat istirahat anak-anak," ucapnya sambil lanjut jalan ke dalem. Memang lagi jamnya istirahat.

"Makan pak."

"Nggih."

Si pak guru terus jalan sampe ke deket bangkunya Eunchae. Leeseo yang kebetulan lagi makan di mejanya Eunchae jadi ngangguk canggung ke pak guru.

Ternyata pak gurunya ngecek jendela sebelah bangku Eunchae yang retak. Kemudian dia pergi lagi. Sebelum pergi dia sempet heran sama bangku Leeseo sama Eunchae yang ada bekas tepukan tangan.

"Mungkin bentar lagi jendelanya diganti," batin Leeseo, diiringi langkah kaki Eunchae yang ngedeket.

"Duh sampahnya banyak," Eunchae ngerogoh laci sama saku jaketnya. Sekalian buang sampah mumpung masih berdiri.

Leeseo's Week \\ IVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang