Minggu ke-14

105 20 4
                                    

Musim hujan datang. Jalanan hampir setiap hari selalu basah dan becek. Bahkan di beberapa daerah juga banjir lumayan tinggi. Untungnya kota tempat tinggal Leeseo dan sekolahnya termasuk daerah yang jarang banjir.

Sressh

Senin pagi jam setengah tujuh, Leeseo sudah berada di sekolah. Dia sebenernya udah sampe sejak sepuluh menitan tadi. Itu karena Gaeul nyuruh Leeseo cepet-cepet ke sekolah mumpung tadi belum turun hujan, lengkap dengan sandal jepit.

Dan bener aja sekarang hujannya deres banget, seakan bumi lagi diguyur shower.

"..." Leeseo cuma diem sambil meratapi hujan. Temen-temennya belum ada yang dateng.

HUP!

"Kak?!" Leeseo hampir jantungan tiba-tiba lihat bayangan hitam loncat-loncat ke beranda kelasnya. Rupanya Rei yang memakai jas hujan hitam.

Rei pun dengan lihai melepas jasnya ke luar daerah beranda agar tetesan airnya nggak tumpah ke lantai. Seragamnya dia juga nggak ada kena basah sama sekali.

"Maaf ngagetin," ujar Rei, yang sudah selesai dengan aksi ninjanya.

"Kakak ada perlu apa ke sini?" tanya Leeseo.

"Mau nemenin," jawab Rei.

Leeseo mengerinyitkan alis.

Gini lho, masa cowo yang udah punya pacar nemenin cewek lain? - Leeseo

Leeseo jadi greget. "Kakak kan udah punya pacar, ngapain nemenin cewek lain? Pergi sana!"

Rei jadi membelalakkan kedua matanya karena kaget dimarahin. "Maksudnya bukan nemenin gitu..."

Cowok itu sempet noleh ke arah lain.

"Anjim gue kudu gimana woi. Masa bilangnya karena mau ngamatin pak camat yang dateng ke rapat sekolah pake embel-embel ngobrol sama temen. Spotnya kelasnya Egi yang paling aman karena kelasnya paling pojok belakang."

"...?" Leeseo nunggu jawaban dari Rei.

"😐👍"

Rei kehabisan ide. Sisi tololnya dia pun jadi terekspos keluar di depan keponakan jauh pacarnya.

"Hah...?" Leeseo ga habis pikir. Kalau diinget-inget tingkah si kakel Jepun ini memang agak prik.

"Friend," ucap Rei tiba-tiba. "Kakak pingin temenan sama Egi."

Leeseo natep Rei sejenak. "Oh gitu..."

Leeseo balik meratapi hujan deras di hadapannya. Sementara Rei menghembus napas lega.

"Bersosialisasi itu jauh lebih susah ketimbang ngelakuin misi penangkapan," batin Rei.

Dan akhirnya mereka berdua diem aja. Leeseo gak terlalu peduli, dan Reinya juga lagi fokus ngadep ke arah jalan depan dekat perpustakaan dan ruang guru.

Kemudian ada Ni-ki yang baru dateng, sempet merhatiin Rei sambil nutup payungnya.

"Buset di celananya dia ada senjata," Ni-ki matanya cermat, dan ia pun lanjut masuk ke kelas.

"Masih mau nemenin?" tanya Leeseo memastikan. Nggak mungkin Rei terus nemenin selagi temen-temen sekelasnya terus berdatangan.

"Masih," Rei bersikeras tanpa menoleh. Itu karena dia sudah melihat targetnya, si pak camat yang lagi jalan bareng sama salah satu guru untuk melihat-lihat piala yang dipajang.

"Kakak lagi liatin apa?" Leeseo ikut ngeliat ke pak camat itu juga. "Kok baju seragamnya berkelas sekali? Itu siapa?"

"Nanti dia ikut rapat di ruang guru. Gatau bahas apa sih," jawab Rei pura-pura.

Leeseo's Week \\ IVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang