Minggu ke-11

137 21 0
                                    

Mapel seni budaya. Kali ini di kelas 11 MIPA 4 lagi ada tugas gambar perspektif. Wajib pakai drawing pen dengan masing-masing ukuran yang sudah ditentukan.

Lagi jam kosong karena Buk Yura lagi ada tugas nganter siswa yang ikut lomba.

"Ni e," ucap salah satu cowok sambil ngelempar drawing pen 0.3 ke temennya.

"Nyen ngelah pen ni?" tanya temennya yang nerima.

"Liz-"

"WOI BAJINGAN, BALIKIN PEN AYANG GUA!" Rei ngegas sampe bikin dia balik ke gaya bahasa yang biasa dia pake. "KALO GAK GUA BONYOKIN MUKA BURIK LU PADA! JAJAN ELIT, BELI DRAWING PEN SULIT!!"

Glek

Satu kelas langsung ngeri takut karena baru pertama kali mendengar suara nyaring Rei.

"A-ampun-" akhir sirkel cowok-cowok itu mengembalikan ketiga drawing pen milik Liz karena Rei udah siap sama pentungan panci(?) di tangannya.

Noh mampus. Jangan sampe ada yang celakain Liz dah. Pacarnya ngeri bat.

Rei pun menerima ketiga pen itu, dan meletakkannya ke kotak pensil Liz. Liz sendiri lagi pergi ke kamar mandi sama temennya.

Cih, make barang orang seenaknya. Minjem sih boleh, tapi kalo keterusan juga gak baik. Masalahnya sirkel cowok-cowok nakal di kelasnya itu memang suka sembarangan make barang orang lain. Makanya yang lain juga pada males minjemin.

...

Dan Rei pun berakhir di ruang BK karena suara nyaring dia kedengeran sampe ke banyak kelas yang lagi ada kegiatan belajar mengajar.

.
.

Cuma perihal barang aja. Rei agak nyesel kenapa dia tadi tiba-tiba teriak kebawa emosi. Padahal sirkel cowok-cowok tadi tinggal ditodong sniper awm pun beres, ga perlu koar-koar. Mana teriakannya dia juga sampe ke ruang guru. Rei sampe dicariin Pak RapMon yang lagi ngajar matematika di kelas sebelah.

"Terima kasih pak," Rei sempat bungkuk sebelum dia pergi dari ruangan BK.

"Ya," balas Yunjin dan memperhatikan Rei yang tengah berjalan kembali ke kelas.

"Rei, kamu napa dah?" tanya Hikaru yang papasan sama dia.

"Lagi pms," jawab Rei ngasal. Sambil ngobrol sama Hikaru, dia diem-diem chattingan sama seseorang.

Yunjin nyimak kedua murid tersebut dari pintu ruang BK. Dia agak cemas, anak si pembunuh bayaran itu jadi pusat perhatian banyak murid. Bisa aja ada butterfly effect terhadap kerja sama antar para lembaga rahasia dengan Hybe.

Oh ya bahas itu, Yunjin jadi keinget sama momen lucu di minggu lalu. Dia sama Yujin beneran tersesat di tempat antah berantah. Karena ga ada sinyal, mereka pun sempet meminta bantuan sapi liar untuk memberitahu arah. Untung aja sapinya ngerti dan nunjukin jalan keluar pake kepalanya.

Tapi sebagai ganti mereka pusing tersesat, rupanya ada satu rahasia yang mereka temukan di perimbaan sawah-hutan itu. Untuk lebih lanjutnya, Yujin kemarin-kemarin selidiki ulang sambil ngajak tim kerjanya. Yunjin sih gak mau ikut campur lebih jauh lagi. Mending dia fokus aja ke pernikahannya dia sama Kazuha.

Tap tap

Perhatian Yunjin teralih ke murid yang kemarin absen tiga minggu.

Anaknya si Yujin, Leeseo. Hari Jumat itu dia datengnya agak siangan karena ga ikut olahraga ke lapangan. Dia mulai masuknya semenjak Selasa kemarin. Ga jadi hari Senin, karena waktu itu Leeseo mendadak ragu.

.

"Leeseo... seneng rasanya lihat dia udah bisa masuk..."

Kalimat itu keluar dari mulut seorang murid laki-laki. Dan murid itu gak sadar kalo Eunchae yang juga lagi nengokin Leeseo dari lantai dua ga sengaja nyimak ucapannya.

Leeseo's Week \\ IVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang