Minggu ke-21

107 20 0
                                    

Gaeul mampir ke rumah Sunghoon. Ceritanya semenjak empat hari lalu Leeseo kemah, dia pakai waktu itu buat pulang ke rumah keluarga sekalian ke kerabatnya. Gaeul tau tanggal libur bulan Desember ini dia bakal sibuk ngurus tamu yang berdatangan, makanya sekarang aja mumpung di rumah gak ada siapa-siapa. Yujin? Biarin aja. Palingan asik nongki ma temen-temennya sambil nonton FIFA.

Khusus hari ini Leeseo udah pulang tapi Gaeul pergi bentar ke rumah Sunghoon. Tinggal orang itu aja yang belum Gaeul mampirin.

"Tahun baru kamu pulang ke rumah?" tanya Gaeul sambil main-main sama anjingnya Sunghoon.

"Kapan tu aku pernah pulang malah diusir," cemoh Sunghoon. Orangtua mereka lagi di masa-masa pingin bebas berduaan. Bisa dibilang masa paling aktif di umur tua.

"Aku mau pulang tapi kayaknya gak bisa nok," Gaeul ngeliat jadwal bulanannya di hape.

"Gausah kalo gitu. Mending habisin waktu sama keluargamu," saran Sunghoon. "Bapak sama ibuk mungkin ada rencana jalan-jalan pas akhir tahun."

Sunghoon ngambil uang seratus dua dari dompetnya dan ngasih ke Gaeul.

"Uang saku," ucapnya.

.
.
.

Besok lusa...

Eunchae, kelas 10 MIPA 4, absen 17. Kabar terkininya anak itu sekarang tengah berbaring lemas di kasur. Bukan karena karena efek kemah, melainkan ada hal lain yang terus muncul di pikirannya.

"Egois..." ucapnya dalam hati. "Sayang sih sayang, tapi rasa sayangnya kelebihan..."

Grek

Mata Eunchae tertuju pada Garam yang bangun dari kursi dan kayak nyiapin dirinya buat keluar.

"Mau ke mana?" tanya Eunchae.

"Main ke kafe deket lapangan mumpung sepi," jawab Garam.

"Ikut," pinta Eunchae agar dia nggak sendirian di rumah.

Garam noleh ke dia. "Aku berdua sama temenku. Kamu sendirian di sana mau ngapain?"

"Kalo gitu aku ajak temenku juga. Jadi berangkatnya bareng, trus sampe sana kakak main sama temen kakak, aku sama temenku. Untuk pulangnya kita ngikut kakak," Eunchae murung karena pingin banget ikut.

Garam mikir bentar. Dia bayangin kalo dirinya ada di posisi Eunchae pasti rasanya gak enak juga kalo ditinggal sendirian.

"Ajak dah temenmu," dia mengangguk dan duduk kembali sambil ngasih tau temennya lewat chat.

Eunchae pun langsung gas ngajak Leeseo.

.
.
.

Kafe deket lapangan, tepatnya area lapangan yang khusus buat nongki. Lagi sepi karena memang jamnya orang sekolah. Untuk di SMA Puncak Komedi, hari ini yang masuk cuma kelas 12 buat sosialisasi. Garam sama temennya nangkring di kafe, sementara Eunchae sama Leeseo milih di lapangan yang deket kebun bunga aja biar lebih sepi dan si Garam sama temennya gak keganggu karena kehadiran mereka. Apalagi tadi si Eunchae yang udah maksa mau ikut.

"Tumben aku dateng ke tempat-tempat begini," ujar Leeseo sambil memerhatikan sekeliling. Anginnya sejuk sekali, ditambah langitnya biru semua, tidak ada awan. Bunyi dedaunan semak dan pohon pun sangat terdengar jelas.

"Sama," Eunchae juga baru pertama kalinya. Tapi wajahnya keliatan gak terlalu cerah kalau Leeseo lihat.

"Kenapa?" tanya Leeseo.

"Kenapa apanya?" Eunchae nanya balik.

"Mukamu gak kayak biasanya. Waktu kemah kemarin pun kamu juga beda gitu," ucap Leeseo.

Leeseo's Week \\ IVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang