01

8.9K 613 22
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Johnny mengendarai mobil nya dengan kecepatan tinggi, tidak tau kenapa hasratnya menggebu gebu saat ini, dia sangat ingin melampiaskan amarahnya kepada pria mungil itu

Tok tok tok

Ceklek

Mata Ten membola melihat siapa yang datang, dengan segera dia menutup pintunya, namun gagal Johnny langsung menahannya dengan kakinya dan mendorong pintu itu kuat

BRAKK

mata Johnny memerah melihat Ten seperti itu, dia mencekik pemuda yang lebih pendek dari nya

"Kau menolakku hah!!" Teriaknya di depan wajah Ten

Tangan Ten memukul lengan johnny namun sepertinya Johnny tampak tak perduli

BRUKK

dia menghempaskan tubuh mungil itu kelantai, kemudian menginjak tubuh Ten dengan keras

"A-akhh s-sakit" rintihnya pelan

Merasa sudah cukup Johnny pun langsung berjalan duduk di kursi kayu

"Aku lapar, buatkan aku ramyon" ucapnya santai sambil menatap Ten yang berusaha bangkit

Ten mengangguk cepat dan segera pergi ke dapur dan memasak ramyon untuk Johnny

15 menit berlalu, Ten membawa ramyon nya kedepan dan diberikan pada Johnny

Johnny langsung memakannya dengan lahap sementara ten hanya diam berdiri dan melihat Johnny dengan ragu ragu

Johnny melirik Ten sekilas "kau mau?" Tanya nya dengan datar

Ten menggeleng kaku, sejujurnya itu adalah ramyon terakhir yang dia punya rencana nya dia akan memasak itu nanti malam namun kini Johnny yang memakannya

"Ckk" Johnny berdecak dan memberi satu suapan untuk Ten

"Buka mulutmu" ucapnya menyodorkan ramyonnya

Ten ragu diawal namun akhirnya dia membuka mulutnya dan menerima suapan dari Johnny

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam namun tak ada tanda tanda Johnny ingin pulang, dominan itu malah asik dengan ponsel nya sesekali melirik Ten yang sedang mengerjakan tugas di lantai

"Aku menginap malam ini" ucapnya santai

Mata ten membola "t-tapi..."

"Kau menolakku!" Ucapnya menatap Ten tajam

"B-bukan begitu tapi apa kau mau, r-rumah ku seperti ini" ucapnya pelan

"Hmm.. tak masalah" ucapnya santai kemudian kembali fokus ke ponselnya

Ten menghelakan nafasnya pelan

.
.

"Ini kamarmu?" Tanya nya sembari melirik ke seluruh sudut kamar itu

Ten mengangguk pelan "maaf, kalau kamarku seperti ini" ucapnya

"Hm.. tak apa, sudah aku ngantuk" ucapnya kemudian berbaring di ranjang Ten, ranjang itu hanya muat untuk satu orang, tentu saja akan sempit ketika diisi dua orang sekaligus

Ten berjalan ke lemarinya mengeluarkan selimutnya, dia akan tidur di lantai malam ini

Johnny melirik Ten yang akan merebahkan dirinya "kau tidak mau tidur dengan ku?" Tanya Johnny

"Ranjangnya tidak muat" balas Ten

Johnny menyampingkan dirinya "ini muat, naik" ucapnya

"T-tidak usah, a-aku tidur di bawah saja" ucapnya lalu merebahkan dirinya di lantai yang dingin itu

Johnny berdecak melihat itu, bangkit dan mengendong Ten untuk naik ke ranjang nya

"Kau tau aku tak suka di bantah, diam disini pejamkan matamu" ucapnya kemudian ikut merebahkan dirinya di samping Ten

Ten terdiam ini pertama kalinya dia tidur dengan seorang dominan, dia melirik Johnny yang tampak memejamkan mata

"Tidur Ten!" Ucap Johnny dengan mata tertutup, Ten gelagapan dia ketahuan sedang memandangi dominan itu

Johnny menyampingkan dirinya dan memeluk Ten erat "biarkan aku memelukmu malam ini" ucapnya

Ten menyingitkan dahinya, benarkah Johnny meminta izin padanya saat ini atau dia saja yang kepedean

Akhirnya Ten pasrah membiarkan tubuhnya di peluk erat oleh dominan itu

.
.
.


"Enghh"

Sinar Matahari memasuki celah jendela kecil itu, tampak menganggu lelaki mungil itu, dia membuka matanya perlahan melihat matahari sudah mulai masuk dan menerangi kamarnya

Pandangan nya teralih pada lengan besar yang melingkari perutnya, ahh benar Johnny menginap disini semalam pikirnya

Kringg kringgg

Headphone Johnny berbunyi menampilkan nama 'jalang' disana, dahi Ten menyengit melihat itu kemudian beralih menatap Johnny yang masih tertidur pulas

"J-john bangun" ucapnya takut mencoba menggoyangkan lengan Johnny secara perlahan

"Sebentar lagi" ucapnya dengan mata tertutup

"Headphone mu berbunyi" ucapnya pelan

"Siapa yang menelfon?" Tanya nya tanpa membuka matanya

"Jalang" jawabnya dengan suara sangat kecil namun Johnny bisa mendengarnya dengan jelas

"Biarkan saja"  ucapnya kemudian menarik Ten untuk kembali tidur dan memeluknya dengan erat

"K-kau tidak mengangkatnya" cicit Ten dalam pelukan itu

"Tidak" jawabnya sembari mengelus rambut hitam Ten

"S-siapa jalang itu? Dia orang yang sering kau pesan ya?" Tanya nya dengan takut

"Dia ibuku" jawabnya dengan santai

Mata ten membola mendengar itu, kenapa Johnny menamai ibu nya jalang disana

"J-john ka..."

"Diam Ten aku mengantuk" potonya dan semakin memeluk erat Ten

Ten hanya pasrah wajahnya saat ini pas di depan dada bidang johnny, tinggi yang sangat jauh diantara mereka membuat Ten sangat tenggelam jika berada di pelukan Johnny

Cukup lama Ten berdiam diri di dalam pelukan Johnny, rasanya pegal, Ten ingin menjambak rambut Johnny agar Johnny melepaskan pelukan itu namun itu hanya terlintas di pikirannya saja, dia tak cukup berani untuk melakukannya


Tbc

tenang (Johnten)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang