.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Siang ini ibu dan anak itu tengah menatap ruang kerja Johnny, hari ini adalah hari spesial suaminya itu. Johnny tegah menginjak usia 23 tahun.
Ten dengan telaten memberi tahu anak sulungnya apa yang harus di kerjakan.
"Apa Daddy akan lama Mae?" Tanya bocah itu pada ibunya.
"Tidak.. tadi kata bibi Joy hanya 2 jam bukan, sebentar lagi Daddy akan kembali" balas Ten pada anaknya.
Bibir hendery mengerucut ini akan sangat lama pikir anak itu walaupun sudah satu setengah jam berlalu namun tetap saja dia harus menunggu ayahnya setengah jam lagi.
Ten dan hendery tersenyum senang karena semuanya berjalan lancar hiasan yang sangat cocok dengan Johnny pikir Ten.
"Kamu sudah membelikan hadiah untuk Daddy?" Tanya Ten menatap anak nya.
Si kecil mengangguk kemudian menunjukkan mobil mobilan yang sedang di pegangnya. "Ini untuk Daddy, dely tidak tau hadiah apa yang cocok untuk Daddy Mae, Daddy bisa membelinya sendiri jika ingin sesuatu" celetuk anak itu polos.
Ten Yang melihat itu langsung menggeleng, itu mainannya dari rumah dan juga itu Johnny yang membelikannya, astagaa.
Ten menatap pintu, rasanya ada orang diluar yang sedang berbicara dia yakin itu Johnny dan Joy. Ten langsung bersiap mengambil kue sementara hendery dia memegang terompet kecil.
Ceklek
"Aku tak mau tau Joy kau har___"
Prutttttt.....!!!
"Happy birthday Daddy/ happy bisdey Daddy...!!!" Teriak anak dan ibu kompak menghentikan ucapan Johnny pada Joy.
"Selamat ulang tahun sajangnim" ucap Joy tersenyum lembut pada atasannya.
Ten mendekat kearah suaminya yang terdiam. "Selamat ulang tahun suamiku" ucap Ten mengarahkan kuenya di hadapan Johnny.
"Ten... Hendery..." Ucapnya kaku, dia begitu terkejut menerima semua ini.
"Ini kejutan untukmu, atas bantuan Joy" ucap Ten melirik Joy.
Joy tersenyum kecil. "Jika begitu saya permisi sajangnim" ucap Joy membungkuk kemudian keluar dari ruangan Johnny meninggalkan keluarga kecil itu.
"Aku pikir kalian lupa" ucap Johnny menatap istri dan anaknya itu bergantian.
"Dely memang lupa dad, Mae yang ingatkan dely" celetuk anak itu secara tiba tiba.
"Make a wish" ucap Ten mengarahkan kue dengan lilin yang masih hidup itu.
Johnny tersenyum dan memejamkan matanya berdoa apa yang terbaik untuknya dan keluarga kecilnya ini hingga dominant itu membuka matanya dan meniup lilin itu dengan senyuman bahagia.
"Daddy Daddy... Ini untuk daddy" ucap hendery memberikan mainan mobilnya tanpa di bungkus apapun.
Dahi Johnny menyingit saat melihat itu. "Ini kan Daddy yang belikan" ucap Johnny pada anaknya.
"Iya.. dely tidak tau mau ngasih Daddy apa, jadi dely kasih saja mainan kesayangan dely, lagian uang daddy Kan banyak, Daddy bisa membelinya sendili" ucap anak itu.
Johnny menatap datar anaknya, apa apaan itu pikirnya. "Anakmu" ucap Johnny menatap Ten yang terkekeh.
"Kau tidak memberikanku hadiah?" Tanya Johnny menatap istri tercintanya.
Ten menyembunyikan senyumnya saat mendengar pertanyaan sang suami. "Ada di atas mejamu, kau tak mau melihatnya?" Ucap Ten.
Johnny berjalan ke arah mejanya dan mengambil kotak yang di sebut Ten. "Apa ini? Jam tangan?" Tanya Johnny menebak, dominant itu menggoyang goyangkan kotak itu untuk menebak isinya.
"Ayo buka dad.. jika bagus nanti kita bagi dua yah" ucap hendery dengan begitu semangat
"Ya.. tidak tau, Daddy tidak janji" ucap Johnny kemudian langsung membuka kotak itu dengan ten yang menahan senyumnya.
Mata Johnny membola menatap isi dari kotak itu, tangannya mengambil benda pipih dan menatapnya intens.
"T-ten..." Lirihnya menatap sang istri dengan berkaca.
Ten tersenyum ke arah suaminya, tangannya mengusap perut datarnya "hallo daddy" ucapnya menirukan anak kecil.
Johnny meletakkan benda pipih itu dan berjalan ke arah istrinya dengan mata yang berair
Johnny memeluk Ten dengan erat. "Terima kasih... Aku bahagia hiks..." Tangisnya dalam pelukan istrinya.
Hendery menatap bingung kedua orang tuanya, anak itu mengambil benda pipih yang ayahnya pegang tadi, "ini apa? Tidak berguna" ucap anak itu kemudian berjalan ke arah ayah ibunya yang sedang berpelukan.
Tangan kecil bocah itu menarik baju ayahnya. "Daddy.. ini apa altinya?" Tanya hendery menunjuk benda pipih itu.
Johnny menghapus air matanya dan melepas pelukan Ten, kemudian menyamakan dirinya dengan anak nya.
"Disini..." Ucap Johnny mengelus perut istrinya pelan. "Disini ada adik bayi, adik Hendery" jelas Johnny pada anak nya.
"Kenapa bisa disana?" Tanya anak itu polos.
"Daddy yang memasukkannya."
"Johnn..!!!" Ucap Ten saat mendengar jawaban suaminya yang mulai mengarah ke eumm.. hendery tak perlu tau.
"Tidak mau memeluk Mae?" Tanya Ten menatap anaknya.
"Tidak.. Mae sudah bersama adik, dely mau ke Daddy aja" ucap hendery kemudian menghambur ke pelukan ayahnya.
"Kenapa?" Tanya Johnny mengelus bahu anaknya.
"Hiks.. nanti Mae nda sayang dely lagi.. hiks... Nda mauuu"
Ahh ternyata ini masalahnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
tenang (Johnten)
Fanfictionpemuda itu harusnya bersenang senang di usianya yang sekarang, namun takdir berkata lain dia memendam semuanya sendiri disaat dia ingin bercerita dia Ten lee