.
.
.
.
.
.
.
.
.Ten menerima hendery dari gendongan winwin. Wajah anak itu memerah karena kebanyakan menangis akibat dijahili oleh yuta
"Terimakasih Winnie.. maaf merepotkan" ucap Ten tersenyum lembut
"Tidak merepotkan, kau menyukai anak kecil, tapi maaf yuta membuat anakmu menangis"
Ten mengusap rambut hendery sesekali "tidak apa apa, wajah yuta memang menyeramkan seperti preman" ucap Ten
"Kau benar! Kadang aku takut dengan nya"
"Winnie.. aku dengar.." sahut yuta dari arah samping, sementara Johnny hanya tertawa melihat temannya seperti itu
"Aku akan menidurkan hendery dulu" ucapnya kemudian berjalan ke arah kamarnya
"Kau langsung membuatnya?" Tanya yuta menatap Johnny
"Membuat apa?"
"Adik untuk hendery?" Balas yuta
"Tentu saja, aku dan Ten sudah menikah. Hendery juga sudah besar sudah cocok untuk mempunyai adik" jawab Johnny
Sementara winwin yang dari tadi hanya menyimak percakapan dominant itu hanya memutar bola matanya malas
"Apa para dominant selalu membicarakan hal ini? Apa di otak kalian hanya ada bercinta saja?"
Yuta dan Johnny pun langsung menatap winwin
"Itu hal yang wajar. Hasrat biologi kami harus tersalur" jawab Johnny
"Jangan bilang kau dan yuta belum pernah.." lanjutnya lagi menatap dua pasangan itu secara bergantian
"Memang belum, itu pasti sakit" ucap winwin membidik ngeri
"Kekasihmu tidak seru yut, cari saja yang lain"
Winwin menatap yuta, yuta pun demikian "coba saja maka hubungan kita berakhir" ucap winwin mengancam sang kekasih
"Tidak sayang, tidak akan" ucap yuta
Ten kembali dan duduk di samping winwin
"Kalian membicarakan apa?" Tanya Ten
"Tidak usah ikut pembahasan dominant ini Ten, otak mereka kotor"
"Hah?"
"Mereka membahas masalah ranjang, kau tau"
"Memangnya kenapa? Bukankah itu hal wajar" balas Ten yang mendapat tatapan kesal dari winwin.
"Wajar apanya. Mereka tidak melihat jika ada submisive disini? Jelas aku kesal." Jawabnya
"Sudahlah kenapa kalian yang berdebat sekarang? Ngomong ngomong dimana jaehyun? Biasanya dia selalu ikut dengan mu?" Ucap Johnny.
Yuta mengangkat kedua bahunya "dia menghilang setelah pesta pernikahan"
.
Taeyong tak bisa menahan rasa terkejutnya saat melihat Jaejoong ibu jaehyun berdiri di depan pintu apartemen nya.
"Boleh saya masuk?" Ucap Jaejoong pada taeyong. Taeyong mengangguk kaku kemudian mempersilahkan Jaejoong masuk dan mempersilahkannya untuk duduk.
"Nyonya... Anda ingin minum apa? Biar saya buatkan" tawar taeyong.
Jaejoong tersenyum kecil. "Sirup tak apa" ucapnya pada taeyong. Taeyong mengangguk dan langsung berjalan menuju dapur.
Tak lama dia kembali dengan sirup yang di berikan nya pada Jaejoong. Jaejoong meminum sirup itu kemudian meletakkannya di atas meja.
Taeyong duduk di sebrang Jaejoong dengan perasaan takut dihatinya. Jaejoong menatap taeyong dari bawah hingga atas matanya kemudian terintensi pada perut taeyong.
"Sudah berapa bulan?" Tanya Jaejoong pada kekasih anaknya.
Taeyong terdiam sebentar menatap perutnya "belum ada sebulan nyonya.." ucapnya pelan.
Jaejoong mengangguk "Tae.. suamiku tidak menyetujui hubungan kalian.." ucapnya kemudian.
"Kau.. tak ingin menggugurkannya saja?" Lanjutnya lagi. Taeyong meremat bajunya setelah mendengar ucapan itu keluar dari mulut ibu jaehyun.
"Dia masih sangat kecil. Tidak akan sakit jika kau menggugurkannya. Jika sudah besar itu akan menyulitkan mu Tae.."
"Jaehyun.. anakku mempunyai masa depan yang panjang. Kau tau kan. Dia satu satunya yang akan meneruskan marga Jung di keluarga kami."
"Seharusnya kau mengerti taeyong. Kau hanya anak yang terlahir dari rahim simpanan ayahmu. Kau pasti mengerti bagaimana citra jaehyun jika publik tau kalau jaehyun menikahi anak seorang simpanan."
"Nyonya.. anda seorang submisive bukan?" Ucapnya tanpa menatap Jaejoong
"Bagaimana perasaan anda jika anda membunuh anak anda sendiri? Aku dan jaehyun kami saling mencintai." Lanjut taeyong mendongak menatap Jaejoong.
"Jika anda dan keluarga anda tidak setuju jaehyun bersama ku kenapa tidak minta jaehyun sendiri yang menjauhiku? Kenapa malah menyuruhku untuk menggugurkan anakku?" Ucapnya menahan tangis.
"Aku sudah menderita dengan keluargaku. Kumohon jangan membuat penderitaan ku bertambah nyonya.."
Tit tit tit
Baru saja Jaejoong akan menjawab namun tampaknya seseorang menekan pin apartemen yang membuat Jaejoong menahan ucapannya.Ceklek
"Sayang... Aku hanya belum dua cukup kan?"
Itu jaehyun dengan dua buah semangka yang ada di kantong belanjaannya. Jaehyun terdiam ketika melihat ibunya berada di apartemen taeyong kemudian melirik Taeyong yang sedang menghapus air matanya.
"Apa yang eomma bicarakan dengan taeyong?" Tanya jaehyun dengan pandangan mengintimidasi.
"Jae.. ayo kembali ke rumah.. ikuti apa yang ayahmu katakan. Tinggalkan submisive ini.. eomma bisa mencari kan mu submisive yang lain.. hm ayo nak." Ucapnya berdiri kemudian berjalan ke arah jaehyun.
Jaehyun dengan cepat menghindar dari ibunya mendekati taeyong. "Apa yang eomma ku katakan taeyong?" Ucapnya memegang tangan kekasihnya.
Perlahan taeyong melepas tangan itu. "Jae.. kembali lah ke rumahmu. Aku bisa hidup dengan anakku berdua saja" ucap taeyong menahan tangisnya.
"Apa yang kau bicarakan?! Aku tak akan meninggalkanmu" balas jaehyun dengan nada tidak suka
"Jae.. ayo pulang. " Ucap Jaejoong menarik lengan jaehyun. Jaehyun kemudian menatap Jaejoong dengan kesal menarik ibunya keluar
"Jangan pernah menganggu keluarga ku lagi eomma. Jika eomma masih ingin melihat ku di negara ini" ucap jaehyun kemudian menutup pintu apartemen dengan kuat yang membuat Jaejoong terkejut.
Jaehyun berbalik menatap kekasihnya yang menangis. Tangan jaehyun memegang pipi yang basah karena air mata itu
"Jangan dengarkan eomma ku taeyong... Dan jangan menyuruhku untuk meninggalkanmu. Aku tak mau.." ucapnya memeluk taeyong dengan erat.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
tenang (Johnten)
Fanfictionpemuda itu harusnya bersenang senang di usianya yang sekarang, namun takdir berkata lain dia memendam semuanya sendiri disaat dia ingin bercerita dia Ten lee