02

8K 536 41
                                    

.
.
.
.
.

Ten kembali membuka matanya pukul 8, Johnny masih tetap setia memeluknya sambil tertidur, oh ayolah ini sudah sangat siang pikirnya

"John bangun, aku harus bersiap" ucapnya pada Johnny

"Jangan sekarang aku masih mengantuk" balasnya semakin mempererat pelukannya pada Ten

Ten terpaku sesuatu yang keras menyentuk perut datarnya, perlahan dia melirik ke dalam selimut untuk melihat benda apa itu

Matanya membola melihat itu kemudian dia melirik Johnny "John.. kau ereksi" ucapnya pelan

"Hmm.. kau mau menuntaskannya?" Tanya Johnny

"T-tidak" ucapnya melonggarkan pelukannya dan pelukan itu kemudian terlepas

Mata Johnny terbuka melihat Ten dengan wajah yang memerah

"S-selesaikan urusan mu itu" ucapnya, kemudian segera keluar dari kamarnya

Johnny mengusak kasar rambutnya "kenapa harus sekarang sialann" ucapnya melihat kepergian Ten

Ten berdiri di depan kompor yang sedang merebus 2 butir telur, dia memegang dadanya dari tadi dia merasa ada yang salah dengan jantungnya, terasa detakan jantungnya terlalu kuat

"Kau sedang apa" suara berat itu membuyar kan lamunannya dia menoleh ke belakang melihat johnny yang berdiri tak jauh darinya

"Merebus telur, maaf di rumahku hanya ada ini" ucapnya melihat johnny

"Hm" dehemnya singkat kemudian mendekat ke arah Ten dan memeluknya dari belakang

Ten tentu saja terkejut saat tangan Johnny melingkar di pinggangnya "j-john.." panggil Ten dengan pelan, sungguh dia merasa tak nyaman saat ini

"Biarkan seperti ini sebentar, aku mohon" ucapnya menyembunyikan wajahnya di celuk leher Ten

Ten terdiam 'aku mohon' kata kata itu yang di pikirkan Ten saat ini, Johnny yang dia kenal adalah Johnny yang kasar, bersama dua orang lagi teman Johnny biasanya dia menindas orang yang lebih lemah di bawahnya, namun kini Johnny tampak tak demikian, dia melihat johnny yang rapuh yang ada bersamanya

"K-kau baik baik saja?" Tanya nya membiarkan Johnny menenggelamkan wajahnya ke leher Ten

"Tidak" jawabnya pelan, Ten sebenarnya tidak nyaman sesekali nafas Johnny menggelitik di lehernya

Ten diam sebentar mematikan kompornya dan berbalik menatap Johnny, membiarkan tangan kekar itu melingkar di pinggangnya

"Apa ada masalah? Kau sangat berbeda" ucapnya pelan memberanikan diri untuk menatap Johnny

Johnny melihat Ten dengan sedikit menunduk "Hm.." balasnya melihat wajah cantik lelaki mungil itu

Ten mengangguk "ayo makan dulu, setidaknya isi perutmu" ucapnya kemudian mengambil piring dan menyiapkan satu butir telur yang sudah di rebus tadi

Ten melihat johnny makan dengan lahap, Johnny melihat telur di depan Ten yang belum tersentuh

"Kau tidak makan?"

Ten menggeleng "aku masih kenyang" jawabnya

Johnny mengambil telur itu dan mengupasnya "buka mulutmu"

"Untuk ap.."

Belum selesai Ten mengucapkan kalimatnya satu butir telur itu di masukkan secara paksa oleh Johnny ke dalam mulut Ten

"Kunyah"

Mau tak mau Ten harus mengunyah telurnya dan menelannya, Johnny dari tadi memantau yang di lakukan lelaki mungil itu

"S-sudah" ucapnya setelah menelan habis telur itu

Johnny mengangguk, Ten mengambil air dan meminumnya

"Orang tua ku selalu berkelahi" ucap Johnny membuat Ten menghentikan minumnya

"Aku sangat muak dirumah" ucapnya lagi

Johnny melihat Ten yang juga lagi menatapnya "aku iri dengan mu yang selalu menunjukkan senyummu, bahkan ketika aku membulymu" ucapnya

Ten hanya diam dia tak tau harus menanggapi apa kepada lelaki dominan di depannya ini

"Bagaimana cara nya?" Tanya nya menatap Ten

Ten menggeleng "tidak ada, hanya tersenyum saja, orang yang selalu menampilkan senyumnya belum tentu orang itu sedang bahagia, ada luka yang ditutupinya, yang hanya dirinya yang tau" jawabnya menatap Johnny

Johnny terdiam "ten.. jadilah kekasihku"

Ucapan Johnny yang tiba tiba membuat mata Ten melebar

"A-apa.."

"Jadilah kekasihku Ten.." ucapnya kini dengan lembut

"A-aku.."

"Kau tau aku tidak suka penolakan, mulai hari ini kau kekasihku" ucapnya santai sementara Johnny berlalu pergi ke kamar Ten, meninggalkan Ten yang terdiam disana

.
.
.
.

"Dari mana saja kau!" Teriak seo gong yo ayah Johnny, saat melihat anak semata wayangnya memasuki rumahnya

"Bukan urusanmu" jawabnya berlalu meninggalkan ayahnya disana

"Hei!!! Johnny!"

Tak ada jawaban dari anak itu, dia tetap mengacuhkan panggilan ayahnya

Keluarga seo yang selama ini orang lain bicarakan sebagai keluarga terharmonis sekorea itu hanya kebohongan, nyatanya keluarga ini pandai menyembunyikan sisi aslinya


Tbc




tenang (Johnten)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang