.
.
.
.
.Ten kembali membuka matanya pukul 8, Johnny masih tetap setia memeluknya sambil tertidur, oh ayolah ini sudah sangat siang pikirnya
"John bangun, aku harus bersiap" ucapnya pada Johnny
"Jangan sekarang aku masih mengantuk" balasnya semakin mempererat pelukannya pada Ten
Ten terpaku sesuatu yang keras menyentuk perut datarnya, perlahan dia melirik ke dalam selimut untuk melihat benda apa itu
Matanya membola melihat itu kemudian dia melirik Johnny "John.. kau ereksi" ucapnya pelan
"Hmm.. kau mau menuntaskannya?" Tanya Johnny
"T-tidak" ucapnya melonggarkan pelukannya dan pelukan itu kemudian terlepas
Mata Johnny terbuka melihat Ten dengan wajah yang memerah
"S-selesaikan urusan mu itu" ucapnya, kemudian segera keluar dari kamarnya
Johnny mengusak kasar rambutnya "kenapa harus sekarang sialann" ucapnya melihat kepergian Ten
Ten berdiri di depan kompor yang sedang merebus 2 butir telur, dia memegang dadanya dari tadi dia merasa ada yang salah dengan jantungnya, terasa detakan jantungnya terlalu kuat
"Kau sedang apa" suara berat itu membuyar kan lamunannya dia menoleh ke belakang melihat johnny yang berdiri tak jauh darinya
"Merebus telur, maaf di rumahku hanya ada ini" ucapnya melihat johnny
"Hm" dehemnya singkat kemudian mendekat ke arah Ten dan memeluknya dari belakang
Ten tentu saja terkejut saat tangan Johnny melingkar di pinggangnya "j-john.." panggil Ten dengan pelan, sungguh dia merasa tak nyaman saat ini
"Biarkan seperti ini sebentar, aku mohon" ucapnya menyembunyikan wajahnya di celuk leher Ten
Ten terdiam 'aku mohon' kata kata itu yang di pikirkan Ten saat ini, Johnny yang dia kenal adalah Johnny yang kasar, bersama dua orang lagi teman Johnny biasanya dia menindas orang yang lebih lemah di bawahnya, namun kini Johnny tampak tak demikian, dia melihat johnny yang rapuh yang ada bersamanya
"K-kau baik baik saja?" Tanya nya membiarkan Johnny menenggelamkan wajahnya ke leher Ten
"Tidak" jawabnya pelan, Ten sebenarnya tidak nyaman sesekali nafas Johnny menggelitik di lehernya
Ten diam sebentar mematikan kompornya dan berbalik menatap Johnny, membiarkan tangan kekar itu melingkar di pinggangnya
"Apa ada masalah? Kau sangat berbeda" ucapnya pelan memberanikan diri untuk menatap Johnny
Johnny melihat Ten dengan sedikit menunduk "Hm.." balasnya melihat wajah cantik lelaki mungil itu
Ten mengangguk "ayo makan dulu, setidaknya isi perutmu" ucapnya kemudian mengambil piring dan menyiapkan satu butir telur yang sudah di rebus tadi
Ten melihat johnny makan dengan lahap, Johnny melihat telur di depan Ten yang belum tersentuh
"Kau tidak makan?"
Ten menggeleng "aku masih kenyang" jawabnya
Johnny mengambil telur itu dan mengupasnya "buka mulutmu"
"Untuk ap.."
Belum selesai Ten mengucapkan kalimatnya satu butir telur itu di masukkan secara paksa oleh Johnny ke dalam mulut Ten
"Kunyah"
Mau tak mau Ten harus mengunyah telurnya dan menelannya, Johnny dari tadi memantau yang di lakukan lelaki mungil itu
"S-sudah" ucapnya setelah menelan habis telur itu
Johnny mengangguk, Ten mengambil air dan meminumnya
"Orang tua ku selalu berkelahi" ucap Johnny membuat Ten menghentikan minumnya
"Aku sangat muak dirumah" ucapnya lagi
Johnny melihat Ten yang juga lagi menatapnya "aku iri dengan mu yang selalu menunjukkan senyummu, bahkan ketika aku membulymu" ucapnya
Ten hanya diam dia tak tau harus menanggapi apa kepada lelaki dominan di depannya ini
"Bagaimana cara nya?" Tanya nya menatap Ten
Ten menggeleng "tidak ada, hanya tersenyum saja, orang yang selalu menampilkan senyumnya belum tentu orang itu sedang bahagia, ada luka yang ditutupinya, yang hanya dirinya yang tau" jawabnya menatap Johnny
Johnny terdiam "ten.. jadilah kekasihku"
Ucapan Johnny yang tiba tiba membuat mata Ten melebar
"A-apa.."
"Jadilah kekasihku Ten.." ucapnya kini dengan lembut
"A-aku.."
"Kau tau aku tidak suka penolakan, mulai hari ini kau kekasihku" ucapnya santai sementara Johnny berlalu pergi ke kamar Ten, meninggalkan Ten yang terdiam disana
.
.
.
."Dari mana saja kau!" Teriak seo gong yo ayah Johnny, saat melihat anak semata wayangnya memasuki rumahnya
"Bukan urusanmu" jawabnya berlalu meninggalkan ayahnya disana
"Hei!!! Johnny!"
Tak ada jawaban dari anak itu, dia tetap mengacuhkan panggilan ayahnya
Keluarga seo yang selama ini orang lain bicarakan sebagai keluarga terharmonis sekorea itu hanya kebohongan, nyatanya keluarga ini pandai menyembunyikan sisi aslinya
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
tenang (Johnten)
Fanfictionpemuda itu harusnya bersenang senang di usianya yang sekarang, namun takdir berkata lain dia memendam semuanya sendiri disaat dia ingin bercerita dia Ten lee