08

6K 414 22
                                    

.
.
.
.
.

Tok tok tok

"Johnny.., ini ibu.. boleh ibu masuk" ucap nya mengetok pintu kamar anaknya, tak ada jawaban dari dalam, Hannie pun memutuskan untuk membuka pintu kamar anaknya yang tak terkunci itu

Hannie menatap Johnny yang membelakanginya, terlihat anaknya itu sedang mengemas baju ke dalam kopernya

"Johnny.."

"Kenapa kau bisa masuk" tanya nya datar

Hannie menghembuskan nafasnya pelan "kau tidak mengunci pintunya nak" ucapnya kemudian ikut duduk di samping anaknya

"Johnny mau kemana?" Tanya nya lembut seraya menatap baju di dalam koper itu

"Kemana saja, asal tak di neraka ini" jawabnya

"Kau ingin meninggalkan ibu?"

Johnny terkekeh "aku bahkan tak pernah merasa punya ibu" jawabnya acuh

"Johnny..."

"Tidak bisakah kau keluar dari kamarku! Aku cukup muak denganmu"

"Kenapa Johnny berubah, kemana Johnny ibu yang dulu.." lirihnya

Johnny terdiam sebentar "kau sendiri yang menghancurkan Johnny mu yang dulu, jangan salahkan aku jika sikapku seperti ini padamu"

Hannie tersenyum kecut mendengar ucapan sang anak "sikap ibu yang mana? Kau percaya dengan apa yang ayahmu katakan?"

"Aku tidak akan percaya jika aku tidak melihatnya langsung, saat kau dan lelaki itu berciuman nyonya"

Hannie terdiam, benarkah anaknya melihat semuanya

"J-johnn.. ibu.. ibu minta maaf.."

"Tidak usah meminta maaf denganku, bukan hanya aku yang hancur disini, tapi kehidupanku juga hancur, kalian berdua dengan kompak menghancurkan mimpiku yang sudah lama aku tata! Sekarang jangan melarangku pergi" jelasnya kemudian membawa koper itu keluar dan pergi dari kediaman orang tuanya

.
.
.
.

BRAKK

Ten terkejut menoleh ke belakang melihat johnny yang datang dengan koper besarnya, mata itu memerah, apakah Johnny habis menangis?! entahlah Ten tak tau itu.

"Johnn.. kau baik baik saja?"

Ten berjalan menghampiri kekasihnya yang menunduk itu, mengangkat wajah itu pelan, ahh benar Johnny menangis!

"Ada apa? Kenapa seperti ini?"

Tanya nya sembari menghapus jejak air mata di wajah kekasihnya itu

"Aku membenci ibu dan ayahku Ten! Aku benci mereka!"

Johnny memeluk Ten erat sementara Ten mencoba menenangkan kekasihnya, dan membawanya menuju kamar mereka

"Ada apa? Kenapa?" Tanya nya dengan lembut

Johnny enggan melepaskan pelukannya, dia membenamkan wajahnya ke perut ramping kekasihnya itu

Ten tersenyum melihat kekasihnya yang bisa di bilang dalam mode manja, Johnny terlihat menggemaskan jika begini

Tangannya terangkat mengelus rambut lebat kekasihnya "ada apa John.. kau tak mau bercerita padaku?"

Johnny mendongak menatap Ten, posisi mereka saat ini Ten yang duduk dengan Johnny yang berbaring menjadikan paha Ten sebagai bantalannya

Johnny menceritakan semua masalahnya tentang orang tuanya, Ten mendengarkan dengan serius bagaimana kekasihnya itu melampiaskan emosinya melalui cerita itu

Ten pendengar yang baik, itu yang disimpulkan Johnny

"Sudah bertanya pada kedua orang tuamu? Pasti mereka mempunyai alasan melakukan itu"

Johnny menggeleng "apapun alasan itu, perselingkuhan tetap tidak bisa di maafkan. Itu kesalahan paling fatal"


"Setidaknya kau mendengarkan mereka"

"Kau masih beruntung mempunyai orang tua Jhon.. aku.. selama hidupku tak tau siapa orang tuaku"

Johnny menatap ten, terlihat senyum kecil yang memancarkan kesedihan disana

"Ceritakan padaku, aku akan mendengarmu" ucap Johnny menatap Ten

Ten menggeleng "tidak ada yang menarik dari masa laluku, hanya menemukan surat 'beri nama anak itu chitaporn leechayapornkul' di dalam keranjang bayiku dulu" ucapnya

"Itu nama aslimu? Panjang sekali!"

Ten terkekeh mendengar ucapan Johnny

"Hmm.. terlihat jelas aku bukan berasal dari negara ini bukan? Itu nama thailand"

"Mungkin orang tua mu berada disana"

"Mungkin.. aku harap aku bisa bertemu dengan mereka"

"Kenapa? Mereka bahkan telah membuangmu, untuk apa mencari mereka"

"Hanya ingin mendengar alasan mereka membuangmu itu saja" jawabnya


Johnny terdiam sebentar "bagaimana kau bisa memiliki sifat seperti ini Ten?"

"Hmm ntahlah.. aku sudah terbiasa"

"Aku berharap anak anak kita nanti memiliki sifat yang sama dengan mu"

Kalimat yang di ucapkan Johnny barusan membuat pipi Ten memerah, anak anak kita! Astaga Ten pernah berfikir akan memiliki anak dari Johnny


Johnny tersadar atas keterdiaman Ten melihat lelaki semburat merah di wajahnya tidak bisa di tutupi

"Kenapa? Aku berkata benar! Aku mengeluarkan berkali kali di dalam kemarin malam, mungkin saja mereka sedang menyesuaikan diri di dalam rahimmu" ucapnya enteng

Tak tau kenapa tapi Ten merasa kesal mendengar ucapan Johnny yang begitu frontal

"Diamlah John.. menyingkir aku akan memasak makan malam" ucapnya mendorong kepala johnny, berjalan meninggalkan kamar itu

Johnny tertawa memegang perutnya saat melihat Ten salah tingkah







Tbc

tenang (Johnten)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang