Seorang pria berdiri didepan jendela kamar nya, menatap setiap tetesan air hujan yang turun dengan begitu deras nya. Pria itu adalah Krist. Tak terasa, sudah 10 tahun ia meninggalkan Bangkok, tempat kelahiran nya, dan menetap di Korea. Meninggalkan keluarga, teman, dan juga seseorang yang ia cintai.
Bukan tanpa alasan ia pergi. Dia memiliki alasan yang sangat kuat, dan itu adalah...
"Papa!"
Krist yang semula sedang melamun pun sontak menengok kala seorang anak perempuan masuk kedalam kamar nya dengan boneka kura-kura di tangan nya, sementara satu tangan nya yang lain mengucek mata ngantuk nya.
"Chaya, kenapa bangun?" Krist membawa anak itu kedalam gendingan nya dan meletakkannya di atas kasur.
"Chaya takut." ujar nya.
"Takut? Kenapa?" tanya Krist.
"Ada monster di kamar Chaya."
Krist yang mendengar nya pun hanya bisa menggeleng kan kepala nya. Ia tau penyebab kenapa anak nya itu ketakutan dan berpikir ada monster dalam kamar nya. Semua itu adalah ulah dari saudara kembar Chaya, yaitu Sun Perawat.
Walaupun kembar, kedua nya sangat lah berbeda.
Sun adalah anak laki-laki yang super aktif dan terkadang membuat Krist pusing dengan kelakuan nya yang selalu membuat Chaya menangis hingga mengadu pada Krist.
Sedangkan Chaya justru tumbuh menjadi sosok anak yang pendiam, dan juga penurut. Sangat berbeda dengan kembarannya.
Walaupun begitu, Krist tau jika Sun selalu bisa ia andalkan untuk menjaga Chaya karena anak nya itu tumbuh menjadi sosok yang pemberani dan penyayang.
Merasa Chaya sudah kembali tertidur, Krist bergerak untuk pergi ke kamar anak laki-laki nya itu. Ia ingin mengecek keadaan anak nya yang satu itu.
Tangan Krist membuka pintu yang berwarna cokelat, di depan nya bertuliskan nama Sun Perawat.
"Belum tidur?" ucap Krist saat melihat anak nya masih asik bermain game.
"Sebentar lagi Pa." saut Sun dengan mata nya yang tetap fokus pada benda pipih pintar nya itu.
Krist melirik kearah jam dinding, dimana sudah menunjukkan pukul 9 malam.
"Berhenti bermain game dan cepat tidur. Kau akan terlambat ke sekolah besok." ucap Krist dengan menarik paksa ponsel milik Sun.
"Papa! Aku hampir saja menang!" protes Sun.
"Kau masih bisa melanjutkan game nya besok, sekarang pergi tidur." tegas Krist dengan mata yang menatap lekat pada Sun.
Krist mencium kening Sun dan mengucapkan selamat tidur sebelum akhirnya ia pergi dengan membawa ponsel milik anak itu.
Sun yang semula menutup mata nya tiba-tiba saja kembali membuka lebar kedua mata nya sesaat setelah Krist keluar meninggalkan kamar nya. "Yah, ponsel nya di bawa. Tapi tak apa, masih bisa bermain di komputer."
Dengan senyum licik nya anak itu mulai mengaktifkan komputer di kamar nya dan kembali bermain game. Namun tiba-tiba saja suara petir terdengar dan seketika listrik di rumah nya padam.
"Sialan!" umpat Sun.
Jika sudah begini, tak ada yang bisa ia lakukan selain pergi tidur dan bermimpi.
Pagi hari Krist selalu bangun tepat waktu, bahkan sebelum kedua anak nya itu bangun. Krist sudah sibuk dengan menyiapkan keperluan sekolah kedua anak nya dan sarapan untuk mereka.
Pagi hari ini Chaya terlihat memasang wajah kesal nya pada Sun. Krist menduga jika anak itu masih kesal dengan ulah jahil kakak nya.
"Kau kenapa?" tanya Sun pada adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat [END]
Teen FictionPemberitahuan!!! Cerita ini mengandung unsur hubungan sesama gender, dan memiliki beberapa adegan dewasa, jadi di mohon untuk yang ingin membaca cerita ini bisa bersikap bijak🙏 [Meet Singto Prachaya] Sosok pria tampan dengan manik mata biru nya itu...