Chapter XIV

200 25 5
                                    

"Terimakasih sudah menjaga mereka untuk ku Jane."

"Sudah tugas saya untuk melakukan perintah dari anda tuan." balas Jane.

Singto menggeleng. "Kau bukan hanya anak buah ku, tapi kau juga teman ku. Bicara santai lah dengan ku Jane."

Ada kisah antara Jane dan Singto beberapa tahun silam. Mungkin saat itu Jane sudah tiada jika saja ia tidak bertemu dengan Singto. Saat itu Jane berada dalam kejaran ayah tiri nya yang ingin menjual nya pada seorang pria tua yang kaya untuk bisa melunasi hutang nya yang hampir tidak masuk akal karena hobi nya yang sering berjudi.

Jane menolak dengan cara melarikan diri, dan di dalam pelarian nya itu ia bertemu dengan Singto, yang siapa sangka adalah teman kuliah nya sekaligus kekasih dari Krist. Ya, Jane tau karena Singto selalu menceritakan soal Krist padanya, hanya saja Jane dan Krist tak pernah bertemu sekalipun.

Jane mencoba keberuntungan nya dan mendekati Singto saat ia melihat sosok ayah nya yang mulai mendekat. Saat itu kedua nya berada di depan club, dengan kondisi Singto yang tidak karuan. Kejadian itu terjadi selang 3 hari setelah pernikahan Singto dan Mook.

Jane meminta bantuan Singto untuk menyelamatkan nya dari sang ayah dan sebagai ganti nya, Jane akan melakukan apapun yang Singto perintahkan. Jane bersedia untuk menjadi budak nya seumur hidup daripada harus mengikuti keinginan sang ayah.

Singto pun menyetujui nya dan membantu Jane untuk bernegosiasi dengan sang ayah, walaupun ayah Jane sempat menolak karena ia belum tau jika Singto adalah calon penerus kekayaan keluarga Ruangroj. Namun setelah nya pria tua itu bersedia melepaskan Jane tentu nya dengan bayaran yang tidak murah.

Mulai sejak itu lah, Singto merencanakan sesuatu yang sampai kini tak pernah Krist sadari jika pria itu selalu berada di sekitar dirinya.

"Aku benar-benar berterima kasih padamu. Andai saat itu aku tidak melihatmu, mungkin saat ini hidup ku sudah hancur, atau mungkin aku sudah bunuh diri." pungkas Jane.

"Itu sudah lama sekali Jane. Tak perlu diingat lagi."

Jane setuju jadi ia mengangguk.

Kedua orang itu tidak lagi berada di rumah Krist. Mereka berada di sebuah tempat yang selama ini memang di jadikan tempat pertemuan rahasia yang tak siapapun tau selain orang yang terlibat.

"Krist mengajukan surat pengunduran dirinya." seorang perempuan cantik datang dengan menyerahkan sebuah amplop cokelat pada Singto.

"Tolak itu Lea." tegas Singto.

Masih ingat dengan Lea? Sosok perempuan yang Krist hubungi untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan Singto. Tentu nya tanpa Krist tau jika Lea sebenarnya adalah anak buah Singto sama seperti Jane.

Dari awal, Singto sudah menjadi dalang dari semua kejadian itu. Bahkan sebelum kedua anak mereka lahir, tanpa Krist sadari Singto selalu berada di sekitar nya seperti bayangan.

"Tay bilang kau meminta nya untuk membuatkan surat cerai. Apa kau sudah tidak takut dengan ayah mu lagi Sing?" tanya Lee.

Lee Thanat. Mantan bos Krist dulu yang merupakan anak dari adik ibu nya, yang kini ikut andil dalam permainan yang diciptakan oleh Singto sendiri.

"Aku tidak akan menjadi bodoh untuk kedua kali nya Lee. Cukup sekali saja. Lagipula kali ini aku sudah memiliki kekuasaan ku sendiri jika memang nantinya ayah akan mendepak ku keluar dari Ruangroj. Aku tidak perduli karena aku sudah lelah." ucap Singto dengan penuh tekat.

"Kapan kau akan mengurus nya?"

"Besok aku akan kembali ke Bangkok, untuk itu aku meminta mu dan juga Jane untuk mengawasi Krist. Aku tau dia akan kembali mencoba untuk menghilang dari jangkauan ku lagi."

Singto sudah bertekad ia akan mulai memperjuangkan milik nya lagi, memperjuangkan sumber kebahagiaan nya. Ia tak mau lagi menjadi boneka sang ayah dan terus tunduk pada semua kebohongan yang diciptakan oleh Mook dan Godt.

Singto tidak bodoh untuk tidak melihat berapa sedih dan kecewa nya Godt saat Mook mengakui Pic sebagai anak mereka. Jelas Godt terpukul karena harusnya pengakuan itu diberikan pada nya. Sayang pria itu terlalu buta akan cinta, hingga membuat nya seperti pria idiot yang diperbudak oleh cinta.

Sementara itu, Krist merasa frustasi dengan semua kejadian yang menimpa nya. Ia tak ingin kembali pada Singto dimana nanti nya ia akan menjadi penyebab hancurnya rumah tangga seseorang, tapi ia juga tak bisa berbuat apapun karena Krist sadar Singto yang sekarang sudah memiliki kekuasaan dimana pria itu tidak akan pernah main-main dengan ucapan nya.

"Papa."

Sun mendekat pada Krist dan membuat Krist tersenyum menyambut nya. Krist meminta Sun untuk duduk di sebelah nya.

"Ada apa? Dimana adik mu?" tanya Krist dengan mengusap sayang kepala anak laki-laki nya itu.

"Chaya sedang bermain di kamar nya."

Krist mengangguk. "Apa ada yang kau butuh kan sayang?"

Krist bisa melihat keraguan di raut wajah anak nya. Hal itu membuat Krist berpikir jika ini pasti ada hubungannya dengan Singto.

"Apa benar pria tadi adalah ayah ku?"

Dan benar saja. Pertanyaan tentang Singto pun terlontar dari mulut anak laki-laki itu.

"Ataukah yang papa ucapkan itu benar jika ayah sudah tiada? Jika memang benar, bisakah aku dan Chaya melihat makam nya? Aku hanya ingin bertanya pada ayah kenapa dia meninggal kan kita."

Krist tertegun. Ia tak menyangka jika anak laki-laki nya yang selalu bersikap jahil, dan terkadang sesuka hati hingga membuat Krist merasa pusing dengan kelakuan nya. Hari ini anak itu justru berubah menjadi sosok dengan aura yang berbeda, bersikap seperti orang dewasa.

Krist menarik Sun kedalam pelukan nya, dan untuk pertama kali nya ia menangis di depan anak nya. Untuk pertama kali nya Krist menunjukkan sisi lemah nya pada sang anak.

"Maaf..." kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Krist. Ia tak tau harus bagaimana menceritakan semua nya, Sun masih begitu kecil untuk tau tentang masa lalu nya.

"Papa, aku tau usia ku masih begitu muda hingga membuat papa bingung untuk menceritakan nya. Tapi aku ingin tau kebenaran tentang ayah ku."

Krist mengangguk mengerti. Sudah saat nya ia menceritakan tentang siapa Singto. Tapi disisi lain ia merasa takut jika anak anaknya justru memilih ikut pergi dengan Singto. Ia belum selapang itu untuk menerima nya.

Krist mengusap air mata nya ia menatap Sun dengan lembut. "Papa tidak tau harus memulai ceritanya darimana, tapi mengenai ayah mu, memang benar dia adalah ayah mu. Singto Prachaya adalah ayah mu dan Chaya."

"Papa minta maaf tidak pernah mengatakan nya pada kalian karena papa takut jika kalian lebih memilih ayah kalian yang memiliki segala nya dibandingkan papa yang harus berjuang sendirian untuk kalian. Maafkan keegoisan papa."

Sun memeluk Krist saat pria dewasa itu kembali menangis. "Tidak pa. Justru aku dan Chaya sangat bangga pada papa karena perjuangan papa untuk kami. Aku tidak pernah tau masalah besar apa yang papa dapatkan dulu karena kami, tapi mengetahui papa yang mau mempertahankan kami berdua, bagaimana mungkin papa berfikir jika kami akan meninggalkan papa hanya demi untuk bersama ayah yang memiliki segalanya."

"Tapi dia akan akan mengambil kalian berdua dari papa."

Sun terdiam. Dia semakin memeluk erat sosok papa nya itu.

"Jangan takut, dia tidak akan bisa membawa kami pergi dari papa. Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkan papa."

"Benarkah? Kalian tidak akan meninggalkan papa?"

Sun mengangguk mantap. "Aku berjanji."

Krist sedikit lega. Setidak nya Singto tidak bisa mengambil hak asuh kedua anak nya jika kedua anak nya menolak untuk ikut dengan nya.

"Jadi, Singto Prachaya adalah ayah ku?"

Krist mengangguk. "Dia ayah biologis kalian."













Tbc...

Jangan lupa vote dan komen nya buat chapter ini. Biasakan ya hehe

12.09.22
Dy

Heartbeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang