Chapter XXII

257 30 4
                                    

Krist terbaring tenang di atas ranjang dengan wajah nya yang menatap layar yang sedang memperlihatkan kondisi janin nya di dalam perut. Singto memandang haru pada calon anak ketiga nya itu, ia tersenyum mendengar kondisi anak dan juga Krist yang baik-baik saja.

"Janin nya sehat, detak jantung nya juga normal. Tapi tetap harus menjaga pola makan nya."

Krist mengangguk tersenyum mendengarkan setiap petuah dari dokter yang memeriksa nya. Singto membantu Krist untuk turun dari ranjang.

Selesai melakukan cek up, Singto mengajak Krist ke suatu tempat. Pantai, menjadi tempat pilihan yang di kunjungi Singto bersama Krist.

"Kenapa kesini?" tanya Krist dengan menerima baik uluran tangan Singto.

"Hanya ingin mengajakmu ke sini."

"Tapi Chaya dan Sun sendirian di rumah."

"Tenang saja. Mereka tidak sendirian, ada Jane yang menjaga mereka. Ayo!"

Singto menarik pelan tangan Krist dan membawa pria itu hingga ke bibir pantai. Mata Krist langsung berbinar indah melihat pemandangan di hadapan nya.

Deburan ombak, kicauan burung, serta hembusan angin menerpa mereka berdua. Krist tersenyum saat melihat hamparan air berwarna biru yang sangat luas menyejukkan mata nya.

Krist melepaskan tangan Singto dan merentang kan kedua tangan nya, memejamkan kedua mata nya dan menikmati angin yang berpadu dengan suara ombak. Menyenangkan sekaligus menenangkan.

Tubuh Krist tersentak dan ia langsung membuka mata nya saat merasakan ada sesuatu yang melingkar di leher nya. Sebuah kalung yang di pasangkan oleh Singto.

"Happy birthday to you." bisik Singto tepat di telinga Krist karena pria itu berdiri di belakang nya.

Krist berbalik, menatap Singto dengan penuh rasa tidak percaya nya karena pria tan itu masih mengingat tanggal ulang tahun nya.

"Kau ingat?" tanya Krist.

Singto merapihkan rambut Krist yang menghalangi mata pria itu karena tertiup angin.

"Setiap hal tentang dirimu masih selalu ku ingat dengan jelas Krist, aku tak bisa sedikit pun melupakan mu karena kau adalah cinta pertama ku."

Singto mengecup pelan kening Krist cukup lama sampai memejamkan mata nya. Begitu pula dengan Krist yang memejamkan mata nya merasakan betapa tulusnya perasaan Singto untuk nya, hingga tanpa sadar Krist meremat ujung pakaian nya.

"Happy birthday my Sunshine."

Krist menggigit bibir bawah nya, menahan agar tidak menangis karena mendengar Singto kembali memanggilnya dengan sebutan 'Sunshine' seperti saat mereka berpacaran dulu.

"Terimakasih sudah mempertahankan kedua malaikat kecil itu hingga mereka tumbuh menjadi anak yang cantik dan juga tampan, dan maaf karena aku dulu menjadi pecundang karena tidak berani melawan perintah orang tua ku hingga membuatmu pergi menjauh."

"Aku sudah melupakan itu." ucap Krist.

Singto tersenyum. "Jadi, bisakah kita kembali lagi?"

"A-aku,"

"Tidak apa! Tak perlu di paksa, lagipula bukan kah aku masih punya waktu dari 365 hari itu? Kau tidak perlu memutuskan nya sekarang. Aku akan selalu menunggumu sampai kau siap!"

"Maaf."

"Hei! Jangan bersedih! Ini hari ulang tahun mu, ayo kita rayakan dengan bahagia. Kau mau?"

Krist mengangguk.

Heartbeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang