Chapter XVIII

208 24 3
                                    

Keseharian Singto berubah semenjak tinggal dengan Krist dan juga kedua anak nya, apalagi kondisi Krist yang juga sedang mengandung anak nya lagi. Singto benar-benar menjadikan mereka prioritas di atas segalanya. Sedangkan Krist, awalnya ia risih dengan semua perhatian Singto, tapi lambat laun ia pun menerima nya.

Sesuai ucapan Singto yang meminta waktu 365 hari untuk membuat nya jatuh nya, Krist memberikan kesempatan itu. Dia hanya membiarkan Singto melakukan apapun.

"Kau sudah makan dan minum obat mu?"

Krist menoleh pada Singto yang muncul dengan tangan nya yang melepaskan jas dan juga melonggarkan dasi nya yang terasa mencekik leher.

Krist meneguk ludah nya, ia memperhatikan setiap gerakan pria itu yang seperti slow motion dalam penglihatan nya. Krist bisa dengan jelas melihat lekukan tubuh atletis Singto yang hanya terbalut kemeja putih yang begitu pas di tubuh pria itu.

Merasa di perhatikan Singto pun tersenyum miring melihat Krist yang tak berkedip menatap nya dengan kedua bola mata bulat nya itu. "Menyukai nya heh?"

Krist terlonjak kaget saat melihat Singto sudah berada di jarak paling dekat dengan nya. Krist tak sadar kapan pria itu mendekat.

"K-kau bau!" Krist mendorong tubuh Singto menjauh dari nya dan menutup hidung nya. Semua itu jelas bohong karena Krist tak mencium bau apapun selain aroma maskulin parfum Singto.

Singto mencium aroma tubuh nya sendiri tapi ia tidak menemukan bau apapun. Sadar ia tengah di kerjai oleh Krist, Singto malah mendekat pada pria itu hingga membuatnya panik.

"Mau apa kau?!" Krist menahan Singto dengan kedua tangan nya saat pria itu mencondongkan tubuh nya.

Mata Singto bergerak pada bibir Krist dan secepat kilat ia mencuri ciuman pria itu lalu kabur masuk ke kamar mandi sebelum Krist melemparkan bantal kearah nya.

"Dasar brengsek!!" umpat Krist pada Singto karena pria itu mencium nya.

"Kau dilarang mengumpat ingat!"

Krist menutup mulut nya dan mengusap perut nya. "Maafkan papa, jangan dengarkan umpatan tadi oke. Jadi lah anak yang baik."

Di dalam kamar mandi Singto terdiam, sudah selama ini tapi hubungan nya dengan Krist tidak ada respon apapun. Mereka memang memilih untuk berbaikan tapi Krist masih belum membuka hati nya.

Apa yang harus ku lakukan?

Krist memilih untuk berjalan memeriksa kedua anak nya, ternyata mereka sedang sibuk bermain. Krist ingin menghampiri kedua anak itu tapi suara bel mengalihkan perhatian nya. Ia pun berjalan dan membuka pintu, betapa terkejut nya ia melihat orang tua Singto berdiri di depan nya.

Keadaan begitu canggung diantara tiga orang yang duduk di sofa ruang tamu itu. Hingga tiba-tiba suara Chaya terdengar menangis membuat Krist langsung berlari untuk melihat anak itu.

"Ada apa?" tanya Krist saat Chaya memeluk nya erat. Mata nya tertuju pada satu orang yang sedang berdiri dengan sikap pura-pura nya.

Krist tau sumber masalah nya. Sun pasti menjahili Chaya lagi hingga anak itu menangis.

Singto yang baru menyelesaikan mandi nya pun berlari karena mendengar suara tangis Chaya. "Ada apa?"

Melihat kedatangan Singto Chaya langsung melepaskan pelukan nya dari Krist dan beralih memeluk ayah nya itu. "Kak Sun menjahili ku lagi, dia melemparkan serangga menjijikkan pada ku."

"Hei! Itu hanya serangga mainan, aku tidak benar-benar melemparkan serangga pada mu." tukas Sun.

Krist sudah biasa dengan kelakuan jahil anak laki-laki nya itu. Krist bingung darimana sifat itu hadir.

Heartbeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang