Chapter XXIV

217 30 12
                                    

Selama tiga hari Singto di buat uring-uringan karena Krist mendiamkannya. Tidak sepenuhnya mendiamkan dirinya, Krist masih melakukan kegiatan nya seperti biasa. Hanya saja Krist tak pernah merespon ucapan Singto, bahkan kedua nya kini sudah pisah ranjang. Krist tidur di kamar Chaya.

Karena rasa frustasinya itu selama tiga hari pula Singto menjadi manusia paling sensitif, sepertinya. Saat di kantor Singto bahkan memarahi siapapun yang menurutnya membuat mood nya jatuh, tak pandang bulu bahkan Apple dan Lea.

Dan saat berada di rumah Singto akan berubah menjadi kucing yang minta dikasihani. Dia terus memepet pada Krist dan bertanya apa salahnya, namun Krist tetap pada pendirian nya. Krist menutup rapat mulutnya.

Seperti sekarang contoh nya. Singto tengah berlutut pada Krist yang sibuk membaca di ruang tamu. Abai pada apa yang tengah Singto lakukan.

"Krist~, ku mohon jangan seperti ini, katakan apa salah ku." lirih pria tan itu.

Singto menjatuhkan kepalanya di atas pangkuan Krist, badan nya bergetar kecil menandakan pria itu menangis.

Krist yang terkejut bahwa Singto menangis pun rasanya tak tega.

Jujur saja. Awal nya Krist memang marah pada Singto atas apa yang di lakukan pria itu, namun berkat penjelasan Lee kemarin yang mengatakan bahwa semua hanya salah paham membuat Krist sebenarnya sudah memaafkan Singto karena ia yang salah paham.

Namun entah darimana terbesit rasa keinginan Krist untuk menjahili pria itu, jadilah Krist mendiamkannya sampai sekarang dan tak pernah menyangka bahwa Singto akan menangis di depan nya.

"Ku mohon maafkan aku... Jangan mendiamkan ku seperti ini." isak Singto.

Singto tak perduli jika Krist menganggapnya pria cengeng karena menangis. Singto hanya ingin Krist nya kembali, ia tak mau usaha nya untuk membuat Krist kembali padanya menjadi sia-sia hanya karena sesuatu hal yang mungkin tak sengaja ia lakukan dan membuat Krist sakit hati padanya.

Singto terlalu takut untuk kembali kehilangan Krist lagi, juga kedua anak nya dan calon anak nya yang lain.

Krist mengusap kepala Singto dengan pelan.

"Ayo akhiri semuanya sampai disini."

Mendengar ucapan Krist membuat Singto terdiam sejenak sebelum akhirnya ia menggeleng kuat dan kembali menangis.

"Tidak mau..." raung Singto yang seperti anak kecil menangis pada ibunya.

"Aku lelah Sing, memang nya kau tidak lelah?" tanya Krist.

Singto kembali menggeleng kencang.

"Kau bilang kau mencintai ku."

Singto mengangguk.

"Lalu, apa kau akan terus seperti ini? Kau tidak ingin menikah dengan ku?"

Hening. Tak ada pergerakan apapun dari Singto membuat Krist bingung.

Setelah beberapa saat, Singto memberanikan diri untuk mendongak, menatap Krist dengan wajah berantakan nya yang basah akibat air mata nya.

Krist tersenyum menatap balik Singto.

"Ayo menikah." ajakan dari Krist membuat Singto benar-benar blank.

"A-apa?" tanya Singto dengan terbata.

Krist mendengus. "Ayo menikah! Aku mau menikah Singto. Tapi, jika kau tidak mau ya sudah ta—"

"Tentu saja mau!" Sela Singto.

Pria itu langsung bangkit dan berpindah posisi menjadi duduk di sebelah Krist. Tangan nya menggenggam erat pada tangan Krist. Sedangkan mata nya menatap Krist dalam, seolah bertanya apakah ini sungguhan.

Heartbeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang