Chapter III

231 29 7
                                        

"Bagaimana kabar mu?" tanya Singto.

Krist dengan terpaksa harus duduk bersama dengan Singto karena pria itu tak membiarkan nya pergi.

"Aku baik. Bisakah aku pergi, pekerjaan ku masih banyak."

"Kembali lah pada ku Kit."

Krist yang mendengar nya pun langsung menatap Singto dengan tak percaya. Krist menggeleng.

"Aku tidak mau." tolak Krist.

"Kenapa?"

Kenapa? Pria itu bertanya kenapa? Apa Singto tidak ingat jika dirinya sudah menikah dengan Mook?

"Aku tidak mau bersama dengan milik orang lain. Aku tidak sejahat itu." tukas Krist dengan mengarahkan pandangan nya ke arah lain.

"Jadi, kau mau jika aku bukan milik orang lain?" tanya Singto memancing Krist.

"Tentu saja! Apa? Tidak! Maksud ku, itu, lupakan saja. Aku tidak bisa kembali padamu, maaf."

Krist merutuki kebodohan bibir nya dalam berbicara. Sedangkan Singto sudah tersenyum tipis.

Krist menghela nafas nya sejenak. "Kau dan aku, sudah selesai. Jadi ku mohon lanjutkan saja hidup mu sendiri tanpa mengganggu kehidupan ku."

"Selesai? Bahkan kau tidak mengatakan kata perpisahan saat itu, bagaimana bisa kau bilang kita selesai." Singto menaikkan satu alisnya menatap Krist.

Krist terdiam. Memang benar dulu Krist pergi hanya sekedar pergi tanpa perpisahan apapun karena menurut Krist mereka berdua sudah selesai ketika Singto bersumpah dengan Mook di hadapan Tuhan dan juga semua orang.

"Terserah padamu, tapi aku tidak mau kembali padamu lagi."

Krist bergerak menuju pintu ruangan Singto, namun langkah nya terhenti saat Singto mengucapkan sebuah kalimat yang sangat mengejutkan dirinya.

"Bukan kah Sun terlihat tampan? Dan Chaya, gadis kecil itu terlihat cantik dengan warna mata biru nya. Persis seperti milik ku."

Krist berbalik menatap Singto.

"Bagaimana kau—"

"Bagaimana aku mengetahui dua anak itu? Kau penasaran?"

Krist diam menatap Singto yang semakin berjalan mendekat padanya. Hingga pria itu berdiri persis didepan nya.

"Tega nya kau. Menyembunyikan hal sebesar ini dari ku." Singto menatap Krist dengan tajam.

"Apa yang kau katakan?" Krist berusaha untuk tidak terlihat gugup didepan Singto.

"Kau masih tidak mengerti? Kau menyembunyikan keberadaan kedua anak ku Kit!!"

Krist menutup mata nya saat Singto meninggikan volume suara nya dan terdengar membentak dirinya. Sejak dulu Singto tak pernah menaikkan nada bicara nya, tapi hari ini pria itu berteriak padanya, dan itu membuat Krist merasa takut.

"Mereka bukan anak mu. Mereka anak ku." sanggah Krist.

"Kau yakin? Hanya anak mu? Lalu ini apa!" Singto melemparkan kertas dari dalam saku celana nya.

Krist tidak bodoh untuk tidak tau kertas apa itu. Itu adalah kertas hasil pemeriksaan nya dulu, tapi bagaimana itu bisa ada di tangan Singto?

"Aku mendapatkan nya saat aku mengunjungi rumah mu ketika kau sudah pergi entah kemana. Bagaimana bisa kau sekejam itu, kau menjauhkan anak dari ayah nya?"

Krist terlalu sulit untuk kembali bersuara. Ia masih tidak percaya jika Singto mengetahui rahasia yang telah ia sembunyi kan selama 10 tahun ini.

"Aku akan mengajukan hak asuh kedua anak itu pada pengadilan."

"Tidak! Kau tidak bisa melakukan nya!"

"Aku bisa. Mereka anak ku, dan aku memiliki bukti nya. Kau sendiri tau jika seorang ibu menyembunyikan kehadiran anak dari sang ayah, maka hak asuh anak itu sepenuhnya akan jatuh pada ayah nya."

Krist tau itu. Dan Krist tak mau kehilangan kedua anak nya.

Krist memejamkan mata nya, menarik pelan nafas nya. "Apa yang kau inginkan?"

"Kembali lah padaku."

Krist keluar dari ruangan Singto dengan kesal terlihat dari wajah pria itu yang sedang menahan amarah nya.

"Kau kenapa?" tanya Apple yang terkejut dengan kedatangan Krist yang tiba-tiba saja menggebrak meja.

"Tidak apa." balas Krist singkat.

Apple menggidikkan bahu nya acuh.

"Krist, lusa tuan Prachaya ada jadwal perjalanan bisnis, tapi lusa aku ada janji dengan kekasih ku."

"Lalu?" Krist menatap Apple dengan raut yang menuntut penjelasan.

Apple memberikan cengiran nya. "Kau yang pergi dengan nya."

"Apa? Tapi—"

"Terimakasih, kau memang terbaik Krist. Aku menyayangimu."

Krist masih memasang wajah tidak percaya nya. Hei! Krist bahkan tidak mengatakan bahwa ia setuju untuk pergi bersama Singto. Sialan!

Sementara itu, di ruangan nya Singto tersenyum licik. Entah apa yang ia pikirkan didalam otak nya itu, yang jelas hanya Tuhan dan dirinya sajalah yang tau.

"Mau tidak mau, kau harus kembali pada ku Kit, karena aku tidak menerima penolakan untuk saat ini." gumam nya dengan menatap foto Krist yang sedang tersenyum lebar hingga menunjukkan lesung pipi nya yang sangat manis.

Singto melirik ponsel nya yang berdering dengan malas saat ia tau kalau Mook lah yang menelpon nya. Awal nya Singto membiarkan panggilan itu, namun tak kunjung berhenti juga hingga membuat Singto geram.

"Apa?!" tanya Singto dengan nada ketus nya.

"Apa ini caramu menyapa istri mu Sing?"

Singto memejamkan mata nya, ia mencoba menahan untuk tidak melemparkan ponsel nya itu sekarang juga.

"Jangan bertele-tele, katakan apa mau mu?"

"Kapan kau pulang? Pic merindukan ayah nya."

Ya, Singto sudah memiliki anak dengan Mook yang mereka beri nama Pichaya Ruangroj yang kini berusia 7 tahun, selisih 2 tahun dari si kembar. Tapi brengsek nya pria itu justru meminta Krist untuk kembali padanya.

"Aku belum bisa pulang, pekerjaan ku disini masih banyak."

"Pekerjaan? Kau yakin itu sebuah pekerjaan, bukan karena kau sudah bertemu dengan nya di sana."

Singto terdiam karena terkejut dengan Mook yang mengetahui soal Krist. Bagaimana bisa?

"Ah, jadi tebakan ku benar rupanya, kau sudah bertemu dengan pria yang kau cintai itu. Tapi sayang nya, kau tidak akan bisa kembali pada nya Sing, karena aku tidak akan membiarkan mu kembali bersama dengan pria masa lalu mu itu lagi."

"Kau tidak punya hak untuk mengatur hidup ku."

"Tentu aku punya. Aku istri mu, kita sudah menikah dan juga kita mempunyai Pic. Apa yang kau harapkan dengan kembali bersama nya"

"Aku mengharapkan pernikahan yang sesungguhnya, bukan pernikahan palsu seperti saat ini."

Singto langsung memutuskan panggilan nya begitu saja dengan sepihak, membiarkan Mook di sana memanggil nama nya.












Tbc...

Jangan lupa vote nya dan komen juga sebelum meninggalkan chapter ini ya🙌

27.08.22
Dy

Heartbeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang