Chapter II

215 27 2
                                        

Krist datang ke sebuah perusahaan untuk memenuhi panggilan seseorang yang ia hubungi kemarin.

"Permisi, aku Krist Perawat. Aku ingin bertemu dengan nona Lea" ucap Krist pada seorang resepsionis di sana.

"Tunggu sebentar aku akan memberitahu nya."

Krist tersenyum mengangguk.

Sementara si resepsionis itu menghubungi orang yang bernama Lea itu, Krist menyempatkan untuk melihat lihat gedung itu. Krist berdecak kagum karena bukan hanya gedung nya yang indah, karyawan pun terlihat saling rukun dan disiplin.

"Tuan Krist."

Krist menoleh saat namanya di panggil.

"Kau bisa menemui nona Lea di ruangan nya."

Resepsionis itu memanggil seseorang untuk mengantarkan Krist ke ruangan yang dituju nya.

"Terimakasih." ucap Krist pada orang yang telah mengantar nya itu.

Sebelum masuk Krist mengetuk pintu dahulu lalu barulah ia masuk ketika sudah mendapatkan izin dari si pemilik ruangan.

"Akhirnya kau datang juga. Aku Lea."

"Krist Perawat."

"Rileks, jangan tegang seperti itu."

Krist tersenyum canggung. Jujur saja, ini pertama kali nya ia akan bekerja di sebuah perusahaan, jelas saja ia merasa tegang dan canggung.

Krist memberikan surat lamaran kerja nya pada Lea. Perempuan yang Krist yakini asli dari warga negara Korea itu pun membaca dengan teliti.

"Kau diterima." Krist hampir berteriak saat ia dinyatakan diterima bekerja dengan sangat mudah, tanpa interview.

"Semudah itu?" tanya Krist yang masih tak percaya.

Lea mengangguk lalu menatap pada Krist. "Kau bisa mulai bekerja hari ini. Mari ku antar ke ruangan mu."

Krist hanya menurut dan mengikuti kemana Lea membawa nya.

"Nah Krist, mulai hari ini kau akan bekerja bersama dengan Apple sebagai sekretaris kedua CEO."

"Hah? Tapi, aku tidak tau bagaimana caranya." jujur Krist.

"Tenang saja, aku akan mengajari mu. Sementara ini kau cukup membantu ku menata ulang jadwal bos saja." ucap Apple pada Krist.

"Bagus, sekarang pekerjaan sudah selesai. Aku permisi dan selamat bekerja Krist." Lea meninggalkan kedua nya.

Apple mengambil sesuatu dan memberikan nya pada Krist. "Bantu aku untuk menyusun ulang jadwal ini. "

"Ah, oke."

Hari pertama bekerja, Krist masih sedikit belum terbiasa. Ia yang selalu berkutat dengan barang barang di dapur, kini berubah dengan duduk didepan sebuah komputer. Rasanya sedikit aneh.

"Krist, kau tidak makan siang?" tanya Apple.

"Apa sudah waktunya?" Apple mengangguk.

"Ayo kita makan bersama."

Krist dan Apple berjalan bersama menuju kantin. Sampai di sana mereka bergabung dengan yang lainnya.

"Nah Krist, kenalkan ini Joel dan yang ini Anne." Apple memperkenalkan kedua orang berbeda gender itu pada Krist.

"Nama ku Krist." ucap Krist.

"Astaga, kau manis sekali." puji Anne dengan mata yang berbinar menatap Krist.

"Hentikan itu! Mata mu hampir meloncat keluar." cibir Joel.

"Maafkan dia Krist, dia memang seperti itu." ucap Apple pada Krist.

"Tak apa."

Mereka berempat akhirnya sibuk menyantap makan siang dengan sedikit obrolan dan canda tawa. Krist mulai merasa nyaman karena di hari pertamanya ia sudah mendapatkan 3 teman.

Krist menyempatkan diri untuk menghubungi Jane, tetangga nya yang selalu ia repotkan untuk menjaga kedua anak nya selagi ia masih bekerja.

"Bagaimana dengan anak-anak? Mereka tidak merepotkan mu kan?" tanya Krist pada Jane.

"Tenang saja, mereka itu anak yang pintar."

Krist menghela nafas nya lega. "Syukurlah kalau begitu."

"Bagaimana hari pertama mu bekerja sebagai seorang karyawan di perusahaan?"

"Kau tau, aku lebih baik berkutat dengan alat masak di dapur dibanding kan harus berkutat dengan berkas berkas yang tak ku mengerti." keluh Krist.

Jane tertawa mendengarnya.

"Tak apa, kau akan terbiasa nanti nya." ucap Jane.

Krist mengangguk. "Yasudah, ku tutup dulu."

Krist beruntung memiliki tetangga seperti Jane yang bisa ia mintai tolong untuk menjaga kedua anak nya itu. Setidaknya ia tak perlu khawatir dengan keadaan mereka berdua jika bersama dengan Jane.

"Krist, bisa kau bawa ini ke ruang CEO aku sedang menyelesaikan ini dulu." pinta Apple pada Krist.

"Tentu."

"Terimakasih."

Krist berjalan menuju ruang CEO untuk mengantarkan sebuah berkas. Seperti biasa, ia akan mengetuk lebih dulu sebelum masuk.

"Permisi tuan, ini berkas yang anda—"

Ucapan Krist terhenti saat ia menatap pada sosok pria yang tengah duduk di kursi kebesaran nya.

"K-kau?"

"Lama tidak bertemu, Kit." seringan kecil muncul di sudut bibir pria itu saat ia melihat wajah Krist yang terkejut.

Krist tak pernah berpikir jika ia akan kembali bertemu dengan sosok pria dari masa lalu nya. Singto Prachaya.

Krist memejamkan mata nya sejenak, mencoba menetralkan degub jantung nya yang tiba-tiba saja berdetak dengan cepat. Setelah di rasa membaik, Krist berjalan mendekat dan memberikan berkas yang dibawa nya pada Singto.

"Ini berkas yang tuan minta. Saya permisi."

"Siapa yang memperbolehkan mu pergi?"

Krist menghentikan langkah kaki nya dan berbalik menatap Singto.

Singto bangun dari tempat nya dan berjalan pelan mendekat pada Krist. Lengan kemeja nya yang ia gulung sampai ke siku, tiga kancing atas nya yang dibiarkan terbuka, dan mata biru nya yang menatap Krist tanpa berkedip itu seolah menghipnotis Krist saat itu juga.

Nafas Krist tercekat saat Singto mencondongkan tubuh nya dan wajah nya hanya berjarak beberapa senti saja.

"Aku merindukan mu Kit."

Singto mengusap pipi Krist dengan lembut disaat Krist masih terdiam. Mata biru milik Singto menatap lekat pada mata Krist yang berwarna cokelat. Terlihat sangat indah bagi Singto.

"Sudah lama ku mencari mu, akhirnya aku menemukan mu juga."













Tbc..

Double up!!🙌

Yuk vote dan komen nya dulu untuk chapter ini sebelum lanjut ke chapter selanjutnya.

26.08.22
Dy

Heartbeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang