Hubungan Krist dan Singto menjadi lebih baik setelah ulang tahun Krist saat itu. Dan sekarang Krist sudah kembali membuka hati nya untuk Singto, apalagi kedua orang tua Singto pun sudah setuju dengan hubungan keduanya.
Godt selalu menjenguk Mook yang keadaan nya sedikit mulai stabil. Godt juga selalu menghubungi Singto jika Pic merindukan pria itu.
"KRIST DIMANA DASI MERAH KU?"
Krist yang sedang berkutat di dapur langsung menghembus kan nafas nya karena Singto selalu saja berteriak jika tidak bisa menemukan barang-barang nya.
"PAPA KAOS KAKI KU TIDAK ADA!!"
Krist semakin pusing ketika mendengar teriakan Chaya yang melengking keras. Sungguh Krist ingin sekali menyumpal mulut ayah dan anak itu jika saja ia tidak ingat kalau ia mencintai kedua nya.
"Pagi papa." sapa Sun yang sudah dudu di kursi depan meja makan.
Krist bersyukur setidak nya Sun tidak seperti ayah dan putri nya, meskipun kelakuan Sun kadang membuat nya pusing.
"Pagi sayang." Krist mencium pipi Sun dan menyajikan makanan untuk anak itu.
"Mereka berdua berisik sekali." celetuk Sun.
Krist mengangguk setuju.
"KRIST!"
"PAPA!!"
"AKU DATANG!" Teriak Krist membalas kedua teriakan anak dan ayah itu. "Nikmati sarapan mu, papa akan mengurus mereka berdua dulu."
Krist langsung pergi untuk menghampiri Singto dan juga Chaya yang sejak tadi meneriaki namanya.
"Apa yang kau lakukan? Kau menghancurkan ruangan ini." frustasi Krist saat melihat walk in closet nya sudah tidak berbentuk.
Semua barang-barang yang ada di dalam sudah berantakan, bahkan baju-baju sudah berceceran di mana-mana.
"Aku tidak bisa menemukan dasi merah ku." ucap Singto.
Dengan menahan kesal Krist berjalan ke arah laci dan membuka nya, lalu kemudian tangan nya meraih sebuah benda yang di cari Singto sejak tadi.
"Ini?" Krist menunjukkan dasi merah itu di depan wajah Singto.
"Astaga, kenapa ada di sana? Aku mencari nya sejak tadi tapi tidak menemukan nya." ucap Singto.
"Jika kau mencari nya dengan mulut mu itu tidak akan pernah ketemu, jadi gunakan mata mu untuk mencari nya. Lagipula sejak dulu semua dasi mu sudah ku susun di sana!" ketus Krist.
Singto hanya menyengir bodoh mendengar ucapan sarkas dari Krist.
"Ah sudah lah! Aku akan ke kamar Chaya. Kalian berdua benar-benar membuat ku pusing."
Krist menghampiri kamar Chaya yang kondisi nya juga sudah tak jauh beda dengan kamar nya.
"Sayang, kenapa kau menghancurkan kamar mu?" tanya Krist.
"Aku tidak bisa menemukan kaos kaki kesukaan ku." ucap anak itu.
Krist hanya bisa menghela nafas nya lalu berjalan menuju ke sebuah tempat biasa ia menaruh kaos kaki milik Chaya.
"Yang ini?"
Chaya tersenyum sumringah saat Krist bisa menemukan nya.
"Pakai cepat lalu turun. Kakak mu sudah lebih dulu sarapan."
Selesai dengan drama yang dibuat oleh Singto dan Chaya akhirnya Krist bisa beristirahat setelah ketiga orang itu pergi. Ya, Singto sudah tidak mengijinkan Krist bekerja karena perut nya yang semakin besar dan juga bulan depan sudah memasuki bulan ke-9 untuk nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat [END]
Teen FictionPemberitahuan!!! Cerita ini mengandung unsur hubungan sesama gender, dan memiliki beberapa adegan dewasa, jadi di mohon untuk yang ingin membaca cerita ini bisa bersikap bijak🙏 [Meet Singto Prachaya] Sosok pria tampan dengan manik mata biru nya itu...