Sejak tadi Singto dan Krist terus mengikuti kemana pun kedua anak itu ingin pergi, tapi seperti nya Krist sudah lelah, Singto bisa melihat dengan jelas beberapa kali Krist mengeluh.
Singto menahan kedua anak nya itu terutama Chaya untuk berhenti sejenak karena Krist sudah lelah, apalagi Singto hampir melupakan bahwa Krist sedang mengandung. Ok, Singto memang terkadang bodoh.
"Krist!"
Si pemilik nama pun menoleh saat Singto memanggil nya.
"Kau baik-baik saja?" tanya nya khawatir dengan keadaan Krist.
Krist mengangguk. "Tak apa, aku baik-baik saja."
"Ayah, Chaya ingin ini!" tunjuk anak itu pada sebuah hidangan yang terlihat menggiurkan di mata. Krist yang ikut melirik pun merasakan keinginan ingin merasakan hidangan manis itu masuk di mulut nya.
Singto terkekeh dalam hati saat ia tak sengaja melihat Krist yang sedang meneguk ludah nya dengan wajah lucu karena menahan keinginan nya karena rasa gengsi nya yang tinggi.
"Kau mau?"
Semua mata memandang pada Krist membuat pria manis itu sedikit gelagapan karena ditatap tiba-tiba.
"T-tidak!" bantah Krist.
"Kau yakin? Ku rasa pilihan Chaya terlihat enak. Sun, kau mau?" tanya Singto pada anak laki-laki nya.
"Eum..." Sun mengangguk kan kepala nya dengan mata yang berbinar.
"Okay, kita pesan itu. Krist, kau yakin tak mau?" tanya Singto sekali lagi.
"T-tidak!" lagi, Krist menolak nya. Meskipun dalam hati nya ia sangat ingin memakan nya, tapi apa daya gengsi nya begitu tinggi seperti harapan orang tua author😔🙏
Singto pun mengangguk dan hanya memesan 3 untuk nya, Chaya, dan juga Sun. Ketiga nya menikmati dengan perasaan senang, apalagi rasa nya benar-benar sangat lezat, membuat Chaya terpekik kegirangan.
"Buka mulut mu!"
Singto menyodorkan satu sendok di hadapan Krist.
"Aku tidak mau." tolak Krist.
"Jangan berpura-pura, aku tau kau menginginkan nya. Makan cepat, setidaknya biarkan bayi nya merasakan apa yang kedua kakak nya itu makan."
"Aku bilang tidak mau. Kenapa kau memaksa sekali?"
"Karena gengsi mu terlalu tinggi. Aku tau kau ingin ini, tapi kau menahan nya karena gengsi mu itu yang setinggi menara di Dubai."
Krist berdecak sebal lalu menerima yang di sodorkan Singto untuk merasakan selezat apa rasanya itu. Dan benar saja, Krist langsung memasang wajah sendu nya karena ia menolak pemberian Singto.
Ini enak! Aku ingin memakan nya...
Singto kembali menyodorkan satu sendok lagi ke hadapan Krist, dan kali ini dengan cepat Krist menerima nya. Hingga Krist tak sadar jika Singto terus menyuapi nya sampai habis.
"Papa bilang tidak mau, tapi papa menghabiskan milik ayah." celetuk Chaya.
Krist mendelik terkejut, ia jadi salah tingkah karena melihat piring Singto yang kosong. Sedangkan Singto sudah menahan tawa nya agar tidak keluar karena melihat wajah Krist yang begitu lucu seperti anak kecil.
"Papa sedang manja dan hanya ingin di suapi oleh ayah." ucap Singto dengan jahilnya sengaja menggoda Krist.
"Aku tidak sedang manja! Aku tidak sadar saja telah menghabiskan nya." elak Krist.
"Papa tidak mau mengakui nya kalau dia sedang manja pada ayah." Singto terus menggoda Krist didepan kedua anak nya.
"Sudah ku bilang aku tidak sedang manja padamu! Berhenti mengatakan nya."
"Ewhh, papa seperti kak Sun. Tidak pernah mau mengaku tentang sesuatu hal." ucap Chaya.
"Kenapa kau membawa bawa nama ku dalam hal seperti ini?!" tanya Sun karena merasa tidak terima.
"Memang kenyataan nya begitu. Kak Sun bilang selalu menatap ayah dengan wajah datar seolah kakak tidak menyukai kehadiran ayah, tapi diam-diam kakak memikirkan cara agar ayah dan papa kembali bersama. Iya kan?"
Bukan hanya Sun saja yang terkejut, tapi Singto dan Krist juga. Karena memang setiap bertemu Singto Sun hanya memasang tampang datar dan terang-terangan menunjukkan sikap tak suka nya. Jelas saja ucapan Chaya barusan membuat mereka terkejut.
"Kau!! Jangan sembarangan! Aku tidak pernah memikirkan hal itu, lagipula aku tidak perduli ayah dan papa ingin kembali atau tidak!" sarkas Sun.
"Sun!" ingatkan Krist pada anak itu agar menjaga bicara nya.
"Bagaimana jika ayah benar ingin kembali bersama dengan papa?"
Krist menatap Singto yang tengah menatap anak laki-laki nya itu.
"Maka buktikan!" balas Sun.
"Apa itu artinya 'iya' untuk ku?"
"Ku bilang buktikan! Aku belum mengatakan iya!"
"Tapi, bukan kah itu sama saja dengan kau mengijinkan aku dekat dengan kalian?"
"Bukan nya kita sekarang sudah dekat? Bahkan kita tinggal di rumah ayah! Jadi, mau sedekat apa lagi? Saling menempel seperti perangko?"
Singto tertawa mendengar ucapan sarkas anak laki-laki nya itu yang memang benar. Ia bahkan sudah tinggal bersama dengan mereka bertiga.
"Baiklah, ayah akan membuktikan nya padamu."
Sedetik kemudian bukan hanya Sun yang mendelik kaget, tapi juga Krist hingga tubuhnya mendadak menjadi patung saat Singto mencium nya sekilas. Hanya sebuah kecupan seringan kapas di bibir nya.
TBC
Update!!
Maaf lama update karena lupa🤣 becanda gaes. Lama update karena kesibukan di dunia real🥴
Jangan lupa vote dan komen nya buat chapter ini. See u gaes🙌

KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat [END]
Teen FictionPemberitahuan!!! Cerita ini mengandung unsur hubungan sesama gender, dan memiliki beberapa adegan dewasa, jadi di mohon untuk yang ingin membaca cerita ini bisa bersikap bijak🙏 [Meet Singto Prachaya] Sosok pria tampan dengan manik mata biru nya itu...