Chapter X

200 25 4
                                    

Satu minggu. Dua minggu. Tiga minggu. Hingga empat minggu lama nya Krist terus menjaga jarak dari Singto dan membentuk sebuah tembok diantara kedua nya, ia pun berbicara sangat formal pada Singto.

Namun ada yang aneh beberapa hari ini, Krist tak lagi melihat Singto masuk ke kantor. Sekitar 5 atau 7 hari, Singto menghilang. Tak ada satu pun orang yang tau kemana pergi nya pria itu.

Tapi apa peduli Krist? Bukan kah itu justru bagus karena ia tidak akan berada di jangkauan pria itu lagi, Krist bebas, begitupun dengan si kembar.

Krist menikmati jus pisang dengan kaki nya yang terus melangkah menuju ruang kerja nya. Hidup nya terasa tenang saat tidak ada nya Singto.

Krist masuk ke dalam lift, namun saat pintu lift itu ingin tertutup tiba-tiba saja Krist melihat seorang anak yang berlari ke arah nya seolah meminta untuk menunggu nya. Dengan cepat Krist menahan pintu itu dan membiarkan anak kecil itu masuk bersama nya.

Krist memperhatikan anak kecil perempuan yang menggendong seekor kucing itu dengan senyum manis nya. Tapi, anak siapa itu? Kenapa dibiarkan berkeliaran sendiri di kantor ini?

"Apa itu kucing milik mu?" tanya Krist membuat anak itu mendongak menatap nya.

"Eum, nama nya Nala." ucap anak itu.

Krist mensejajarkan tinggi tubuh nya dengan anak kecil itu, tangan nya yang kosong mencoba mengusap kucing tersebut.

"Nama yang cantik." puji Krist.

"Terimakasih uncle, kau juga cantik." celetuk anak itu.

Seketika Krist terdiam. Ia ingin memprotes ucapan anak itu, namun ia tak tega melunturkan senyum indah yang terlukis indah di wajah anak itu. Jadi yang bisa Krist lakukan hanya tersenyum menerima pujian itu.

Krist agak sensitif jika ada yang menyebut nya cantik, dan tak sungkan Krist akan memprotes kata itu dengan sarkas. Seperti waktu Singto memuji nya lebih cantik dari bunga, saat itu juga Krist melayangkan aura permusuhan pada Singto.

Tunggu! Kenapa Krist jadi memikirkan pria itu? Sialan!

Lift yang biasanya bekerja dengan baik tiba-tiba saja langsung mengalami error sistem yang membuat guncangan keras dan membuat Krist serta anak itu terkejut bukan main.

"Ada apa ini?"

Krist mencoba memencet tombol yang ada, namun hasil nya nihil. Ia juga tak bisa menghubungi siapapun karena di dalam lift tidak ada sinyal.

Krist yang sedang berusaha tiba-tiba mendengar suara isakan seseorang yang terdengar kecil namun begitu dekat. Dengan cepat Krist menoleh kebelakang dan ia langsung menemukan anak kecil yang terjebak bersama nya itu sedang meringkuk di pojokan dengan badan yang bergetar.

"A–ayah, Pic takut." ucap nya dengan bergetar karena tangisan nya.

Krist langsung bergerak untuk menenangkan anak itu dengan membawa nya kedalam pelukan nya dan mengusap punggung kecil anak itu.

"Jangan takut, aku bersama mu. Jangan takut."

Anak itu tak merespon apapun selain menangis dalam pelukan Krist. Membuat nya frustasi karena belum pernah di hadapkan situasi seperti ini. Dengan mencoba tenang, Krist mencoba memutar otak nya dan seketika ia menemukan ide bagus, siapa tau anak itu sedikit teralihkan dari kejadian yang tengah mereka alami sekarang.

"Kau tau, aku juga memiliki putri yang cantik. Usia nya tidak jauh berbeda dengan mu. Melihat mu rasanya aku seperti melihat dirinya karena kalian sama-sama menyukai kucing."

Anak itu menatap Krist dengan ekspresi seolah tertarik dengan apa yang ia ucapkan.

"Uncle punya anak?" tanya nya.

Krist mengangguk. "Nama nya Archaya."

"Nama nya mirip dengan ku."

"Benarkah? Siapa nama mu?"

"Pichaya Ruangroj."

Deg

Tubuh Krist membeku ketika ia mendengar marga yang di gunakan oleh anak itu adalah marga milik Singto. Sibuk terdiam Krist sampai tidak sadar jika pintu lift nya sudah bisa di buka, ia tersadar saat Pic berteriak dan berlari kearah Singto. Di sana juga ada petugas yang seperti nya membantu Krist keluar dari lift.

"Kau tidak apa-apa?"

Krist bisa melihat raut kekhawatiran Singto pada anak itu.

"Krist, kau baik-baik saja?"

Krist menoleh pada Apple dan mengangguk. Lalu Krist langsung memilih pergi dari sana sebelumnya ia melirik Singto sekilas, yang ternyata Singto pun melirik nya.

Langkah Krist terhenti ketika Pic memanggil nya.

"Uncle, bisakah aku bertemu dengan putri mu?"

Krist menatap ragu, tapi kemudian ia pun mengiyakan nya. Membuat Pic tersenyum senang. Krist kembali melanjutkan langkah nya, tidak memperdulikan Singto yang menatap nya heran.

Krist dengan kasar mendudukan dirinya di kursi tempat ia bekerja.

"Menghilang tanpa jejak, lalu muncul dengan seorang anak? Apa maksudnya itu?"

Apple yang baru saja datang tak sengaja mendengar Krist mendumel kesal. "Kau kenapa?"

"Tidak." ketus Krist.

Hal itu membuat Apple heran karena selama ini Krist tak pernah menjawab nya dengan nada seperti itu, selalu dengan nada lembut. Tapi kali ini pria itu seperti nya sedang kesal dengan sesuatu, jadi Apple hanya mewajarkan sikap Krist padanya.

Apple tak sengaja melihat ke tempat sampah Krist yang dimana ada bekas jus pisang, Apple langsung melotot.

"Krist! Kau, minum jus pisang?"

"Huh??"

"Apa kau minum jus pisang?"

Krist mengangguk.

Apple langsung mendekat kearah Krist dengan cepat dan menyentuh kening pria itu. Tidak panas. Krist yang melihat tingkah aneh Apple pun menepis tangan cantik itu dari wajah nya.

"Ada apa dengan mu?"

"Harusnya aku yang bertanya padamu Krist. Ada apa dengan mu? Kau minum jus pisang padahal kau sendiri yang bilang pada ku bahwa kau tidak menyukai nya!"

Krist langsung terdiam. Ia tadi ke kantin berniat ingin beli minuman karena haus, tapi Krist tidak sadar jika ia membeli jus pisang. Bahkan ia tidak sadar ketika minuman itu masuk kedalam tubuh nya.

"A-aku, hanya ingin coba, ternyata tidak begitu buruk rasa nya."

"Kau aneh."

Apple kembali ke meja nya dan melanjutkan pekerjaan nya. Sementara Krist sedang bergulat dengan pikiran nya sendiri.

Hanya ada satu yang mengganggu nya.

Jus pisang!!














Tbc....

Jangan lupa vote dan komen nya buat chapter ini ya. See you....

06.09.22
Dy

Heartbeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang