"Tuan Singto Prachya sebaik nya anda pergi dari rumah saya. Saya memaafkan ucapan lancang anda yang mengaku sebagai ayah dari anak saya." ucap Krist.
"Kau tidak bisa mengusir ku dari sini." tegas Singto.
"Ini rumah saya jika anda lupa tuan. Jadi pergilah dari sini sekarang."
"Aku tidak akan pergi tanpa kedua anak ku."
Krist mendelik tajam pada Singto.
Singto sudah tak tau harus dengan cara apa untuk bisa berbicara dengan Krist, pria itu sudah terlanjur membenci dirinya.
"Mereka anak ku bukan anak mu!! Pergi dari rumah ku!!" ucap Krist dengan meninggikan suara nya.
"Ku bilang aku tidak akan pergi tanpa kedua anak ku!" Singto tak ingin mengalah dengan pria itu.
"Dasar brengsek! Keluar dari sini!!" Krist berteriak pada Singto dan menarik pria itu untuk pergi dari rumah nya.
Hal itu tentu di lihat oleh kedua anak nya. Chaya merasa takut saat papa nya berkata kasar dengan volume suara yang kencang, bahkan anak itu meringkuk pada Sun.
Singto menyentak tangan Krist lalu membalik keadaan dengan ia yang mencengkeram tangan pria itu. Tatapan Singto begitu tajam dan mengintimidasi. Tapi Krist tidak akan takut dengan tatapan itu, ia justru berbalik menantang Singto.
"Ya! Aku memang brengsek! Itu sebab nya aku akan mengambil kedua anak ku dengan paksa! Kau tentu tidak lupa dengan ucapan ku, jika aku bisa dengan mudah merebut hak asuh mereka berdua."
Singto kembali mengingatkan Krist akan ancaman dan kuasa nya yang bisa dengan mudah mengambil hak asuh anak nya.
Singto mencondongkan badan nya pada Krist dan berbisik pada pria itu.
"Menurut lah pada ku, atau aku akan benar-benar merebut kedua anak itu dan menjauhkan nya dari mu. Kali ini aku tidak bercanda Krist."
"Brengsek!!" Krist mendorong Singto dan berlalu masuk kedalam kamar nya, mengabaikan kedua anak nya yang memanggil nya.
Singto bergerak untuk menahan kedua anak itu saat mereka ingin menyusul Krist.
"Tidak apa, papa hanya lelah. Biarkan dia beristirahat."
Sementara itu didalam kamar Krist melampiaskan amarah nya. Ia meluapkan semua nya hingga membuat kondisi kamar nya seperti kapal pecah.
"Aarrrgghh!!! Brengsek!"
Krist benar-benar merasa kesal, bukan karena ancaman Singto, melainkan ia kesal dengan dirinya sendiri yang tak bisa melawan Singto dengan benar. Selalu saja ia kalah.
"Aku membenci mu Singto Prachya!! Aku membencimu!!"
Dari luar pintu Singto bisa mendengar suara Krist yang tengah berteriak. Jujur saja ia tak ingin melakukan semua ini, ia tak mau menekan Krist. Namun ia tak tau harus dengan cara apa lagi untuk bisa meluluhkan pria itu, akhirnya ia memilih untuk menjadi jahat dan menekan titik lemah nya, yaitu, Chaya dan Sun.
"Maaf." lirih Singto. Hanya itu yang bisa ia katakan.
Singto merogoh saku nya dan menelfon seseorang kepercayaan nya yang kini menggantikan dirinya untuk meng-handle perusahaan nya yang di Thailand.
"Tay, aku akan kembali ke Bangkok, tolong siapkan surat perceraian ku dengan Mook secepatnya."
Singto menatap sendu pada pintu yang tertutup di depan nya. Ia mengusap pelan pintu itu.
"Aku akan memperbaiki semua nya Krist. Maaf jika cara ku menyakiti mu. "
Singto berlalu dari depan kamar Krist, membiarkan pria itu tanpa mengganggu nya.
Singto tersenyum melihat Chaya dan Sun yang tengah menonton film kartun, ia pun menghampiri kedua nya.
"Apa kau benar ayah kami?"
Singto menatap saat ia mendengar pertanyaan dari anak laki-laki nya itu. Singto mengerti jika anak laki-laki nya itu masih tidak percaya dengan kenyataan bahwa ia adalah ayah nya, apalagi Krist yang mengatakan bahwa ayah mereka sudah tiada.
Singto mengangguk. "Ayah tidak akan berbohong pada kalian. Aku ayah kalian, memang terlalu mendadak bagi kalian bisa menerima fakta itu, tapi sungguh aku adalah ayah biologis kalian."
"Lalu kemana saja kau selama ini? Kenapa baru sekarang kau muncul di depan kami? Apa yang kau ingin kan?"
Singto melihat kebencian yang tersirat di tatapan anak laki-laki nya itu terhadap dirinya.
"Maaf. Tapi ayah tidak bisa mengatakan nya padamu, kau masih terlalu kecil untuk mengerti keadaan nya. Tapi ayah berjanji ayah akan memperbaiki semua nya."
"Tuan Singto."
Chaya, Sun, dan Singto kompak menoleh pada kedatangan Jane yang tiba-tiba.
"Aunty, kau mengenal nya?" tanya Sun dengan menunjuk kearah Singto.
Sejenak hanya ada keheningan, hingga akhirnya Jane bersuara. "Dia teman aunty."
Tbc...
Fakta baru mulai muncul:)
Masih bingung?
Biar di jelaskan dikit.Fakta nya adalah
1). Godt itu teman sekaligus saudara tiri Singto karena orang tua mereka menikah. Tapi hubungan mereka renggang saat Mook, pacar Godt, ternyata menyukai Singto saat Godt memperkenalkan kedua nya.
2). Alasan kenapa Singto bisa nikah dengan Mook karena itu sudah di rencana kan Mook sendiri yang menjebak Singto yang di ketahui oleh kedua orang tua Singto hingga menyudutkan Singto untuk menikahi Mook. Padahal saat itu Mook adalah kekasih Godt, dan Singto kekasih Krist. Dan itu juga alasan yang bikin Krist memilih pergi jauh dengan kondisi nya yang saat itu tak sadar jika ia sedang mengandung.
Tentang Jane, tunggu di next chapter buat penjelasan nya ya wkwkwk
Jangan lupa vote dan komen nya buat chapter ini. Terimakasih 🙌
11.09.22
Dy
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat [END]
Teen FictionPemberitahuan!!! Cerita ini mengandung unsur hubungan sesama gender, dan memiliki beberapa adegan dewasa, jadi di mohon untuk yang ingin membaca cerita ini bisa bersikap bijak🙏 [Meet Singto Prachaya] Sosok pria tampan dengan manik mata biru nya itu...