Chapter XIX

203 30 6
                                    

Krist terbangun di tengah malam, dia merasa haus, namun air minum di kamar nya ternyata kosong. Jadi, ia harus keluar untuk mengambil nya di dapur. Selesai, Krist ingin kembali tidur, namun ia tak mengantuk. Ia pun memutuskan untuk melihat lihat rumah Singto.

Krist sampai di sebuah rak yang penuh dengan botol alkohol, ada meja pantry juga, seperti sebuah mini bar. Tertarik dengan minuman alkohol itu, Krist pun menyentuh nya, namun tiba-tiba saja ia tak sengaja tersandung hingga tangan nya berpegang erat di rak itu dan tiba-tiba saja rak itu terdorong kebelakang.

Krist terkejut melihat ada ruangan yang gelap dibalik rak itu. Ruang rahasia? Krist benar-benar penasaran, tapi juga takut melangkah kedalam. Namun nyatanya rasa penasaran itu lebih besar dibanding ketakutan nya sendiri, Krist melangkah masuk kedalam. Tangan nya meraba raba karena saking gelap nya ruangan tersebut.

KLIK!!

Lampu menyala terang saat tangan nya menemukan saklar. Mata Krist melotot kaget, ia hampir terjungkal ke belakang dengan apa yang terpampang didepan nya. Fotonya dengan ukuran yang sangat besar terpajang di dinding. Bukan hanya itu, masih banyak foto-foto dirinya yang lain, entah kapan foto itu di ambil karena semuanya berlatarkan di Korea dan candid.

Langkah nya semakin mendekat dan semakin ia di hadapkan banyak nya foto-foto yang ia tak tau kapan diambil dan kenapa ada disini. Atensi nya beralih pada sebuah kotak yang ada di atas meja, ragu-ragu Krist membuka nya dan ia kembali terkejut karena isinya adalah foto hasil USG dan foto kedua anak nya.

Bagaimana Singto bisa punya?

"Sedang apa kau disini?"

Krist berbalik saat suara Singto terdengar. Pria itu berdiri tepat di pintu masuk dengan wajah tanpa ekspresi nya.

"Apa maksud semua ini?" tanya Krist.

Singto berjalan mendekat pada Krist, mengambil foto yang ada di tangan Krist dan menarik pria itu untuk keluar dari sana.

"Lepaskan!!" Krist menepis tangan Singto, menatap pria itu dengan menuntut. "Apa maksud semua yang ada di ruangan tadi? Bagaimana bisa ada foto ku dan juga foto kedua anak ku di sana?"

"Anak kita Krist." ralat Singto memperbaiki ucapan Krist yang sampai saat ini masih terus menyebut kedua nya adalah anak dia sendiri.

Singto menghembuskan nafas nya sejenak. Harusnya Krist tak tau tentang ruangan itu, tapi pria itu sudah mengetahui nya. "Apa yang ingin kau ketahui?" tanya Singto dengan menatap lekat wajah Krist.

"Semua nya!" tuntut Krist.

Singto mengangguk. Di tutupi pun percuma, toh, Krist sudah mengetahui nya. Mungkin memang sudah saat nya ia mengatakan kebenaran nya pada Krist.

"Baiklah, aku akan mengatakan semua nya padamu tapi dengan satu syarat."

"Apa?"

"Jangan memotong ucapan ku, kau hanya cukup mendengarkan nya sampai selesai. Setelah itu, terserah padamu."

"Oke."

Singto menuntun Krist untuk duduk di pinggir kasur sedangkan ia berlutut didepan nya. Singto menyentuh kedua tangan Krist, mengusap nya dengan lembut.

"Aku tidak tau harus mengatakan nya dari mana."

Singto mulai menceritakan dari awal, bagaimana ia bisa menikah dengan Mook. Singto selalu menghentikan Krist saat pria itu ingin memotong cerita nya, lalu ia terus melanjutkan nya hingga tak ada lagi respon apapun dari Krist.

Krist hanya diam tanpa bersuara. Krist merasa seperti orang bodoh yang berpikir bahwa ia sudah bebas, nyatanya tidak.

"Jadi, Pic bukan anak mu?" tanya Krist setelah Singto menyelesaikan ceritanya.

Singto menggeleng. "Pic anak Godt dan Mook. Aku bersumpah, aku tak pernah menyentuh nya meskipun aku dan dia sudah menikah."

Krist mencoba mencari kebohongan didalam mata Singto. Namun hasil nya nihil. Haruskah Krist merasa senang dengan cerita Singto, bahwa pria itu ternyata masih mencintai nya, atau kah ia harus sedih karena kenyataan nya orang tua Singto tak menyukai hubungan nya dan Singto? Apalagi, alasan Singto menceraikan Mook adalah dirinya, walaupun bukan hanya itu tapi karena ulah Mook sendiri yang sudah berbohong. Tapi tetap saja.

"Hei. Apa yang kau pikirkan?" Singto menyentuh wajah Krist.

"Entah lah, rasanya masih tak bisa ku cerna dengan baik."

"Tak perlu dipikirkan. Lebih baik kau istirahat, begadang tak baik untuk nya." Singto beralih mengusap perut Krist yang semakin membesar.

Singto membantu Krist untuk merebahkan posisi nya, namun nyatanya sampai pagi Krist masih terbangun. Semua cerita Singto benar-benar mengganggu nya.

"Kau belum tidur?"

"Aku tidak bisa tidur."

Singto merubah posisi nya sedikit lalu menarik Krist kedalam pelukan nya. Tangan nya mengusap kepala Krist pelan. "Jangan di pikirkan. Semua itu sudah berlalu, aku sudah memperbaiki nya dan kita akan bersama lagi."

"Kenapa kau melakukan semua itu, padahal kau bisa saja hidup dengan Mook dan bahagia bersama dengan nya. Kenapa kau justru mencari ku?"

"Jika kebahagiaan ku adalah kau, bagaimana bisa aku bahagia tanpa mu?"

"Bagaimana jika saat kau berhasil menemukan ku, aku sudah bersama dengan orang lain? Bukan kah itu akan menyakiti perasaan mu dan semua pencarian mu akan menjadi sia-sia."

"Tidak ada hal yang sia-sia jika itu menyangkut dirimu. Dan jika saat itu aku mengetahui kau bersama orang lain, mungkin aku akan mencari cara untuk menyingkirkan nya. Bukan kah kau tau kalau aku egois jika menyangkut dirimu?"

"Kenapa kau begitu mencintai ku disaat ada seseorang yang lebih sempurna dari ku?"

Singto menunduk dan mengecup singkat puncak kepala Krist. "Tidak ada kesempurnaan di dunia ini. Jika kau tidak sempurna justru itu bagus, karena aku akan melengkapi nya."

"Apa—"

"Hentikan, lebih baik kita kembali tidur. Sudah ku bilang begadang tidak bagus untuk bayi nya."

Krist mengerucutkan bibir nya kesal. Padahal ada satu pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada pria itu.

"Aku mencintaimu Krist."

Krist mendongak keatas, ia bisa melihat Singto tengah tersenyum padanya.

"Aku akan mengatakan nya meski kau tidak bertanya, dan aku akan membuktikan nya meski kau tidak meminta nya. Aku selalu mencintaimu dari dulu, kemarin, hari ini, esok, dan sampai selama nya."











Tbc....

Ini apa miskah? Kok begini?🤧
Tapi ya udah lah gapapa, lanjut aja ya🥲

20.09.22
Dy

Heartbeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang