Lusa nya dengan sangat terpaksa Krist harus menemani Singto untuk melakukan perjalanan bisnis nya dan meninggalkan Chaya juga Sun pada Jane untuk beberapa hari.
Krist duduk bersebelahan dengan Singto. Sejak awal pemberangkatan ia terus mengabaikan kehadiran Singto dan seolah-olah pria itu orang asing.
Krist terkejut dan tanpa sadar memegang lengan Singto saat pesawat yang mereka naiki mengalami turbulensi. Mengetahui itu tanpa menyiakan kesempatan Singto dengan sengaja menggenggam tangan Krist dengan erat.
Krist yang tersadar bahwa tangan nya di genggam pun berusaha melepaskan nya dari Singto, namun tak bisa karena Singto semakin mengeratkan genggaman nya.
"Lepaskan."
"Tidak mau."
Krist mendelik kesal pada Singto yang sedang menatapnya dengan seringaian nya yang menyebalkan.
Krist membiarkan tangannya di genggaman Singto karena percuma saja ia terus berusaha melepaskan tangan nya, pria itu semakin memegang erat.
Setelah beberapa jam berada di pesawat. Krist dan Singto sudah sampai di salah satu kota yang ada di negara Prancis, yaitu Paris.
Mereka berdua menuju ke sebuah hotel yang dimana sudah di pesan.
"Apa-apaan ini?!"
Krist menatap Singto menuntut penjelasan karena mereka hanya mendapatkan satu kamar.
Singto menggidikkan bahu nya acuh. Mengabaikan Krist yang sedang protes padanya. Pria dengan mata se-biru air laut itu justru merebahkan tubuh nya di atas kasur empuk.
"Aku akan memesan kamar lagi."
Singto menatap kepergian Krist dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.
"Excuse me. Can I get another room?" tanya Krist pada resepsionis hotel.
"Sorry sir, but our room is full."
Krist mengusap wajah nya. Sekarang bagaimana?
Bisa saja Krist satu kamar dengan Singto, tapi dia akan tidur dimana nanti jika di kamar itu hanya ada satu kasur. Krist tak bisa tidur di sofa ataupun lantai, pagi hari nya tubuh nya akan merasa sakit.
Krist kembali ke kamar dan menghembuskan nafas nya saat melihat Singto yang sedang berkutat dengan laptop nya dan beberapa berkas yang terlihat berserakan.
Mau tak mau, ia harus sekamar dengan Singto.
Krist menjatuhkan diri nya di kasur dan memejamkan mata nya. Semua itu tak luput dari lirikan Singto yang duduk di sofa yang terletak tak jauh jaraknya.
Singto tersenyum menyeringai.
Sebenarnya yang terjadi adalah masih ada kamar lain nya yang masih kosong, semua itu ulah Singto yang sudah bekerja sama dengan pihak hotel agar tidak memberikan kamar pada Krist.
Singto mendekati Krist yang terbaring dengan menutup mata nya. Pria itu tertidur. Singto menyingkap rambut yang menutupi kening Krist, menatap lekat wajah pria yang ia cintai itu.
Ya Tuhan, betapa rindu nya ia pada wajah tampan tapi juga cantik itu.
Tubuh Singto langsung terdorong kebelakang saat Krist membuka mata dan terkejut dengan jarak antara dirinya dan Singto hingga membuat tangan nya reflek mendorong keras tubuh pria itu.
"Sedang apa kau?!" sungut Krist.
Singto tak menjawab ucapan Krist, ia hanya fokus pada pantat nya yang mendarat keras di atas lantai. Singto meringis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat [END]
Dla nastolatkówPemberitahuan!!! Cerita ini mengandung unsur hubungan sesama gender, dan memiliki beberapa adegan dewasa, jadi di mohon untuk yang ingin membaca cerita ini bisa bersikap bijak🙏 [Meet Singto Prachaya] Sosok pria tampan dengan manik mata biru nya itu...