Chapter XX

223 28 4
                                    

Pagi itu Krist terbangun lebih dulu di bandingkan dengan Singto. Ia mendongak, menatap wajah damai Singto yang masih terlelap. Jantung nya berdesir karena mengingat ucapan Singto semalam, bisakah dia percaya pada pria itu?

"Apakah wajah ku begitu sangat tampan saat tertidur hingga kau terus menatap ku tanpa berkedip." celetuk Singto yang membuat Krist gelagapan karena ketahuan tengah memandangi wajah nya.

Krist menggeser tubuh nya sedikit. Wajah nya terasa panas hingga ke telinga nya.

"A-aku, t-tidak!" gugup Krist.

Singto terkekeh kecil, gemas dengan wajah imut Krist yang sedang salah tingkah.

CUP!

"Morning papa. Morning anak ayah." Singto mengelus perut buncit Krist.

Krist membuang pandangan nya kearah lain, ia benar-benar sudah tak bisa menyembunyikan rona merah di wajah nya, bahkan telinga nya juga.

"Kau mandilah dulu, biar aku yang membangunkan Chaya juga Sun." Singto mengecup pelan kening Krist lalu ia melangkah keluar dari kamar.

Krist langsung terduduk di atas kasur dan menepuk kedua pipi nya. "Sadarlah Krist!! Wajah ku memanas..."

Selesai mandi Krist penasaran dengan suara ribut-ribut di pagi hari. Ia pun melangkahkan kaki nya untuk mencari sumber suara, dan itu berasal dari kamar Chaya. Ia pun menghampiri nya.

"Apa yang sedang kalian lakukan?!" Krist kaget dengan kondisi kamar Chaya yang berantakan, juga dengan kamar mandi nya dimana ia melihat Singto yang basah kuyup dengan pakaian yang masih melekat di tubuh dan jangan lupakan busa shampo yang ada di kepala nya.

Chaya tertawa terbahak-bahak. "Chaya sedang mandi bersama ayah, papa."

Krist menggelengkan kepala nya, harusnya ia sudah menduga jika hal ini akan terjadi. Bukan nya membantu, Singto justru membuat kekacauan.

"Lebih baik kau lanjutkan mandi mu di kamar, biar aku yang mengurus Chaya." titah Krist.

"No!! Chaya mau mandi sama ayah." protes si cantik.

"Tapi Chaya, ayah harus bekerja atau dia akan terlambat nanti nya." Krist mencoba memberi pengertian pada Chaya, tapi ya anak itu keras kepala dan tidak mau jika Singto pergi. Chaya tetap ingin mandi dengan ayah nya.

"Sudah lah Krist, aku ambil libur hari ini untuk bermain dengan Chaya."

"Tapi pekerjaan mu?"

"Kan masih ada Apple kalau kau lupa."

"Terserah kau saja lah. Tapi ingat! Jangan terlalu lama bermain air atau kalian akan masuk angin nanti nya."

"Ayay captain!!" seru Singto dan Chaya bersamaan dengan tangan yang hormat pada Krist.

Krist terkekeh gemas melihat tingkah ayah dan anak itu. Ia memutuskan untuk meninggalkan kedua nya dan menuju kamar anak laki-laki nya.

"Sun, kau sudah bangun?" tanya Krist dengan membuka pintu kamar anak itu.

"Ya pa!"

"Sudah bangun rupanya. Kau mandilah dulu, papa akan membuat sarapan untuk kalian."

"Ya pa."

Krist ke dapur dan mulai berkutat dengan semua bahan dan alat masak yang ada di sana. Krist rindu saat ia menjadi chef di restoran Lee. Selesai dengan pekerjaan nya Krist berniat memanggil semua orang untuk sarapan.

"Chaya, dimana ayah mu?" tanya Krist yang melihat Chaya sudah rapih.

"Ayah ke kamar."

Krist mengangguk mengerti kalau Singto mungkin melanjutkan mandi nya di kamar mandi sendiri. "Chaya ajak kak Sun untuk sarapan ya, papa akan panggil ayah dulu."

Heartbeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang