-13 Jalan Tunas-

68 55 17
                                    

Setelah Kenzia dan Renzi berunding tadi, dan memutuskan untuk menerima perjodohan itu—walaupun dengan adanya keterpaksaan—mereka langsung kembali kemeja dimana tempat Nizah, Maira, dan Bram tempati.

Mereka duduk kembali dan melempar senyum kepada orang tua mereka masing-masing.

"Kalian ini habis darimana?" tanya Nizah.

"Kita habis omongin tentang perjodohan kita Tante."

"Terus, gimana? Kalian setuju akan perjodohan ini 'kan? Seperti yang kalian bilang?" tanya Nizah dan Maira bersamaan.

Renzi melirik Kenzia, dan Kenzia melirik Renzi. Keduanya saling melirik, bingung harus jawab apa, padahal mereka sudah menemukan jawabannya sendiri.

Kenzia menunjuk Renzi dengan dagunya, yang artinya Renzi 'lah harus menjawab. Renzi menggeleng pelan satu kali, lalu menunjuk dagunya ke arah Kenzia, sebagai jawaban bahwa Kenzia sajalah yang menjawab. Jangan Renzi.

"Lho, lho, lho, kok ini pada saling main mata seperti ini?" tanya Bram kepada keduanya.

"Iyah, jadi gimana jawaban kalian? kami tidak ingin ada yang di kecewai, diantara kalian," timpal Nizah.

"Eee iyah Ma, Pa, Tante, biar aku aja yang jawab pertanyaan kalian semua."

"Yasudah, jadi jawabannya apa nak?" tanya Maira.

"Kami setuju dengan perjodohan ini," jawab Kenzia lantang, sambil tersenyum simpul. "Dengan terpaksa," lanjutnya dalam hati.

"Alhamdulillah!" ketiganya mengucap syukur karena merasa puas dengan jawabannya, dan tidak dikecewakan.

"Renzi, kalau begitu silahkan kamu lamar Kenzia."

Renzi menatap datar Kenzia, dia mengutuk dirinya sendiri karena telah menyesal karena sudah menerima perjodohan konyol ini dari jauh-jauh hari, sebelum dia mengetahui siapa wanita yang akan dijodohkan dengannya.

"Sial! Kenapa harus dia!"

Renzi tidak henti-hentinya mengumpat dalam hati karena malam ini. Dia selalu menyebutnya bahwa malam ini adalah malam yang paling sial dalam hidupnya.

"Renzi?" setelah beberapa detik lamanya Renzi terdiam, lamunannya buyar akibat Nizah memanggilnya.

Lelaki tampan nan manis itu langsung menoleh pada Mommy nya. "Ayok Nak," ujarnya.

Renzi mengangguk lalu mengeluarkan sebuah kotak perhiasan kecil. Dibukanya oleh dia. Kenzia menganga juga terbelalak melihat itu, karena itu adalah cincin yang dia idamkan sejak lama.

Kenzia selalu berkhayal bahwa ada yang melamarnya dengan cincin itu—cincin berwana putih dengan satu mata yang indah, mata itu memiliki warna putih namun ada warna pink pucat, terkesan manis jika dipakai di jari manis Kenzia.

Kenzia selalu berkhayal bahwa ada yang melamarnya dengan cincin itu—cincin berwana putih dengan satu mata yang indah, mata itu memiliki warna putih namun ada warna pink pucat, terkesan manis jika dipakai di jari manis Kenzia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Will you marry me, Kenzia Twinzy?" tanya Renzi, mencoba untuk melamar Kenzia dengan cara Mommy nya.

"Iyah!" balas Kenzia lantang. Setelahnya Renzi memasangkan cincin tersebut di jari manis Kenzia, begitu pun sebaliknya.

RENZITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang