-23 Benci-

32 10 0
                                    

1 minggu kemudian...

"Bagaimana keadaan Razor, Dok?" tanya Bram dengan raut wajah yang khawatir.

"Razor sudah melewati masa kritisnya, dan beberapa menit lagi pasien segera siuman."

Semuanya tersenyum, merasa lega karena kabar yang diberikan oleh dokter itu.

Begitupun dengan Citra, cewek yang tidak pernah tersenyum kini tersenyum dari kejauhan, memang dia memantau selalu keadaan Razor selama disini.

"Alhamdulillah, tapi sudah bisa di jenguk 'kan Dok?" tanya Maira.

"Off course, tapi tidak boleh lebih dari dua orang."

Maira mengangguk dengan raut wajah penuh haru. "Kalau begitu saya permisi, langsung panggil saja saya jika ada apa-apa," ucap Dokter itu.

"Iyah Dok, pasti!"

Maira mengeluarkan benda pipih dari sakunya untuk mengabari putrinya. "Sebentar yah Pa, aku mau kabarin Zia dulu, dia pasti seneng banget denger kabar ini!" serunya.

Bram hanya mengangguk.

"Halo Ma? Tumben pagi-pagi gini Mama telpon aku? Bang Razor gakpapa 'kan Ma?!"

Maira tersenyum, merasa gemas dengan seputar pertanyaan kecil yang terdengar menggemaskan di telinganya.

"Abang baik-baik aja sayang."

"Terus, kenapa Mama telpon aku?"

"Mama punya berita baik buat kamu!"

"Berita baik apa, Ma?"

Kenzia yang tengah mengemil di Pagi hari Minggu yang cerah pun terpaksa menghentikan aktifitasnya, dan menaruh toples isi snack itu.

"Abang, Abang sudah berhasil melewati masa kritisnya!"

Kenzia membelalakkan matanya, sekarang gadis itu lebih semangat dari sebelumnya, dia beranjak dari ranjangnya dan berdiri dengan wajah yang sumringah.

"Seriusan Ma?!! Abang udah lewatin masa kritisnya? Alhamdulillah aaa seneng banget!"

"Terus Abang udah siuman belum Ma? Aku mau video call dong Ma!!" seru Kenzia histeris.

Renzi keluar dari kamar mandi seraya berjalan kedepan kaca, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk yang ada diantara bahunya.

"Belum sayang, tapi Dokter bilang sebentar lagi Abang kamu akan siuman!"

"Nanti setelah Abang siuman, Mama pasti akan langsung video call kamu! Abang juga pasti seneng banget karna bisa lihat kamu lagi!"

Wajah yang sebelumnya sedikit suram kini menjadi tersenyum lagi, yah Kenzia. "Syukurlah aku seneng banget! Tapi bener yah Mama video call aku!"

"Iyah sayang, yasudah kalau gitu Telponnya Mama matiin dulu yah, Mama mau lihat Bang Razor sudah bangun atau belum."

Gadis itu mengangguk beberapa kali. "Iyah Ma!"

Sambungan terputus, Kenzia langsung menghampiri suaminya untuk memberi kabar bahagia ini.

"Nzi, lo tau gak?!" lelaki itu hanya menoleh tanpa bersuara.

"Abang gue udah lewatin masa kritisnya, dan dia akan siuman sebentar lagi! Gue seneng banget!!!"

"Terus?"

"Kok terus sih?!" omel Kenzia, merasa aneh dengan lelaki itu, 'padahal 'kan itu kakak iparnya!' batin Kenzia.

"Ngaruhnya ke gue apa?"

"Yah tapi 'kan itu Kakak ipar lo, Nzi!"

"I don't care!" katanya sambil mengambil jaket.

RENZITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang