-21 Minggir-

36 13 4
                                    

"Are you crazy hah?!!" tanya Renzi tegas dan menyeramkan tapi tidak membuat seorang Kenzia takut akan hal itu.

"Lo yang gila!"

"Bi?" tanya Renzi, agar Bi Pinem menjelaskan semuanya.

"Saya juga gak tau Den, tadi saya lihat Non Zia berbicara sendirian makannya saya samperin, pas saya samperin tau-tau Non Zia langsung bersujud sama saya dan meminta maaf."

"Den? Bi? Ini maksudnya apalagi? Kenapa Bi Pinem manggil suami Bibi itu Den? Dan lo, kenapa lo juga panggil Bi Pinem itu Bi? 'kan Bi Pinem itu istri muda lo!"

Hal itu membuat keduanya kaget. "Hah? Gue? Bi Pinem?" tanyanya, membuat Zia mengangguk-angguk.

Renzi membuang nafasnya kasar karena ulah Kenzia yang membuatnya sampai tak habis pikir.

"Kan tadi lo bilang gue bukan istri lo, tapi gue pembantu lo. Yaa orang yang udah nikah itu pembantu, dan berarti Bi Pinem itu istri lo, dan Bi Pinem lo madu sama gue?!" katanya antusias tidak jelas.

"Cantik, tapi bego."

"Masuk kamar."

"Ta-tapi Bi Pinem gimana?"

"Gak usah banyak bacot."

Tanpa aba-aba Renzi menarik tangan Kenzia kasar ke kamar. Hal itu membuat Bi Pinem menggeleng-geleng kepala karena aneh.

*****

Bruggg!

Renzi membanting pintu, membuat Kenzia ketakutan dan khawatir kalau dia akan di mutilasi oleh suaminya itu.

Perlahan Renzi melangkahkan kakinya ke arah Kenzia, membuat Kenzia dilanda kepanikan seribu bahasa.

"Mau apa lo hah?!" tanya Kenzia sambil gemetaran.

"Hukum lo."

"H-hukum?"

Lelaki itu sudah menghampiri Kenzia dan mendekatkan wajahnya pada wajah Kenzia. "Ya Tuhan, apa jangan-jangan Renzi mau gigit gue?" batinnya.

Karena takut, gadis itu memejamkan matanya. "Tidur di sofa." hanya itu yang Renzi keluarkan dari bibir Renzi.

Setelahnya dia menjauhkan wajahnya dari wajah Kenzia, hingga membuat Kenzia membuka matanya secara perlahan.

"Tapi gue 'kan--"

"Selama pernikahan ini masih di atas kertas, jangan harap lo bisa tidur di kasur gue."

"Dan ... semoga tetap di atas kertas dan jangan harap kalau gue bakalan ada perasaan sama lo," sambungnya.

"Ihh apaan sih lo, lagian gue juga ogah kali ngadain perasaan buat lo!"

"Bagus."

"Tapi lo gak lupa 'kan apa kata orang tua kita?" tanya Kenzia sungguh-sungguh.

"Gak. Dan kalau kita ketemu sama ortu lo atau gue nanti, gue mau lo gak usah bicara apa-apa soal ini, dan kita harus terlihat romantis, paham?"

"G--"

"Gue suami, lo."

"O ke."

*****

Baru saja Kenzia sampai di parkiran bersama Renzi, gadis itu sudah di wawancarai oleh ketiga temannya.

Karena merasa tidak penting baginya, Renzi langsung masuk kelas. Sejujurnya dia sangat malas berangkat berdua bareng Kenzia, kalau bukan suruhan dari Nizah, lelaki itu tidak akan berangkat dengan gadis polos itu.

RENZITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang