Prolog

787 16 0
                                    

Seorang wanita muda memandang gundukan tanah dengan rerumputan serta bunga segar yang terlihat sangat basah akibat hujan yang deras melanda kota Manhattan sore hari ini.

Skylar Kennedy menghela napas panjang dengan kasar. Ia mengelus batu nisan yang mengukir nama Kakek dan Ayahnya itu. It's been one years since kepergian Kakek dan Ayahnya yang di bunuh secara misterius satu tahun lalu akibat kebakaran di mansion milik kakek nya.

Walaupun pihak kepolisan mengatakan kebakaran yang merenggut nyawa Kakek dan Ayahnya adalah hanyalah sebuah kecelakaan atau kebetulan, ia tidak percaya dengan hal itu. Sky yakin bahwa kebakaran itu disengaja dilakukan, walaupun hingga saat ini teorinya itu belum ia bisa buktikan.

Sky melempar payung yang sedari tadi melindunginya hingga membuat buliran air hujan mulai membasahi tubuhnya.

"Nona Sky..." Seorang pria yang memiliki usia tidak terlalu jauh di atas Sky yang sedari tadi berdiri di belakang  begitu kaget dengan aksi yang dilakukan oleh wanita itu hingga ia langsung melindungi Sky dengan payung yang dipegangnya.

"Please, Echo."

"Anda bisa sakit, Nona."

"Please."

Sky menatap bodyguard pribadinya dengan tatapan sedikit tajam membuat Echo akhirnya mengalah dan mundur selangkah. Dan yah... Hujan kembali membasahi tubuh Sky.

Echo diam-diam memandang Sky dengan tatapan ... 'kasihan'. Ia tahu betul bagaimana perjalanan hidup Sky yang bisa dikatakan cukup tragis selama satu tahun belakangan ini, karena dimanapun Sky berada, Echo akan selalu menjaga Sky karena itu adalah tugas utama yang diberikan oleh Tuan Kennedy sejak enam tahun belakangan ini.

Sky memandang ke langit yang berwarna abu itu dan menutup matanya menikmati air hujan yang membasahi tubuhnya. Ia bahkan tidak peduli dengan guntur dan petir yang sedari tadi saling bersahutan.

Jika ia bisa diberikan pilihan, ia lebih baik mati bersama Kakek dan Ayahnya. Beban yang ia tanggung terlalu berat untuk wanita lemah sepertinya, perusahaan raksasa milik Ayahnya 'Kennedy's Group' harus ia ambil ahli di usia 23 tahun yang terbilang masih cukup muda, which is nasib belasan ribu karyawan yang bekerja untuk perusahaannya di berbagai penjuru dunia berada dalam genggaman tangannya. Kadang ia menyalakan takdir bahwa mengapa ia harus terlahir sebagai anak tunggal dan tidak memiliki keluarga siapapun selain Kakek dan Ayahnya.

Sky tersenyum miring mengingat ia beberapa kali mencoba untuk bunuh diri akibat depresi yang di alaminya, tetapi semua usaha yang ia lakukan itu selalu gagal. Always. Mungkin Tuhan belum mengizinkannya pergi dari dunia ini.

Setelah puas merasakan air hujan yang membuat dirinya menggigil, akhirnya Sky memutuskan untuk pergi kembali ke kediamannya.

"Semoga hari kalian menyenangkan, Dad, Grandpa. See you again when i see you."

"Let's go Echo." Ucap Sky dan bodyguard pribadinya itu dengan sigap mengambil payung yang dilempar oleh Sky dan memberikannya pada wanita itu, dan untung saja Sky tidak menolak.

"Kemana kita akan pergi, Nona?" Tanya Echo kepada Sky yang duduk di kursi penumpang disampingnya setelah ia berhasil menghidupkan mesin red ferrari milik Wanita itu.

"Mansion."

Echo langsung menginjak gas dengan dalam setelah mendengar itu dan tentu saja setelah melepaskan dan memberikan long coat yang ia pakai agar menutupi tubuh Sky yang mengigil. Sky memang lebih sering meminta agar Echo yang mengemudi tanpa embel-embel supir. She don't know why, ia hanya merasa lebih aman jika Echo yang mengemudi jika ia sedang tidak mood berkendara sendiri.

Jarak perkuburan dari mansion miliknya cukup jauh, setidaknya menempuh waktu empat puluh menit karena mansion milik Skylar cukup jauh dari pusat kota.

"Ada kabar dari Adam tentang Ibu-ku?" Tanya Sky sambil memandang jendela disampingnya.

"Belum ada, Nona."

Jawaban Echo membuat Sky tanpa sadar menghela napas panjang. Entah mengapa ia begitu bodoh mencari keberadaan Ibunya yang bahkan tidak pernah menginginkan dirinya.

Sky masih mengingat bagaimana ia memohon kepada Ibunya agar tidak berpisah darinya saat ia masih kecil, mungkin sekitar saat ia masih berumur tiga tahun.

Ayah dan Ibunya bercerai karena Tuan Kennedy a.k.a Ayahnya mendapati Ibunya berselingkuh dengan pria lain. But she still her mother. Sky akan tetap mencari keberadaan Ibunya yang seperti ditelan bumi itu, and then what? Entahlah, Sky akan memikirkannya nanti.

Setelah menempu perjalanan beberapa puluh menit, akhirnya mereka sampai di mansion milik Sky. Wanita itu melepaskan long coat milik Echo dan mengembalikannya pada pria itu.

"Tidak perlu, Nona." Tolak Echo dan kembali melingkari long coat itu di tubuh ramping Sky.

Karena malas berdebat, akhirnya Sky hanya mengangguk pelan dan tersenyum tipis nyaris tak terlihat kepada Echo lalu ia masuk ke dalam mansion dengan keadaan setengah basah.

"Nona, Sky." Sapa wanita paruh baya bernama Wandah, wanita itu adalah dulunya kepala pelayan di mansion milik Kakeknya.

Wandah adalah salah satu korban kebakaran yang berhasil selamat dari api maut itu. So lucky. Dan sekarang, Skylar merekrutnya menjadi kepala pelayan di mansion milik pribadinya karena wanita itu memohon dan mengatakan tidak memiliki pekerjaan setelah kebakaran itu.

"Saya akan menyiapkan air hangat untuk anda." Wandah menunduk hormat sambil menatap Sky dengan wajah panik.

"No need, Wandah. I'm not a baby. I can handle myself." Ucap Sky dengan dingin. Yap! Sejak kebakaran itu, Sky menjadi sangat tertutup dan berusaha menjauhi siapapun kecuali Echo, Adam, dan sekretaris pribadinya yang dimana mereka adalah tiga orang kepercayaan Sky. Hanya mereka, dan Wandah tidak termasuk dalam list tersebut walaupun wanita paruh baya itu selalu terlihat ramah pada Sky.

And she doesn't care about Wandah, about anyone, even about herself.

TBC
.
.
.
.

DEPTH OF DESPAIR
26 agustus 2022
Happy reading❤️

Depth Of Despair | on going ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang