Saat Imel kembali ke ruang perawatanya, ia mendapati seluruh keluarga Jovan minus pria itu ada disana, Mama mertuanya menyambut Imel sumringah seolah baru memenangkan lotre. Wanita paruh baya itu tampak semangat menarik Imel untuk duduk di sofa bersamanya sebelum ia menyampaikan keinginannya yang baru disetujui suami, putri dan manajer putrinya disana.
"Ada apa ma?"
"Gini nak, mama sebenarnya udah kepikiran sejak kamu sama Jovan baru nikah sayang. Terus karena semalam mama ketemu banyak teman mama yang mau jodohin anak mereka sama Jovan. Mama papa rasa kita memang harus buat resepsi pernikahan buat kamu dan Jovan agar semua kolega papa mama tahu kalau Jovan udah ada pawangnya. Kamu setuju kan nak? "
Imel POV
Gue hanya bisa tersenyum kikuk tanpa sempat beralasan apapun karena setelahnya mama Maya langsung menunjukan katalog online dari gedung beserta WO yang akan digunakan untuk menggelar resepsi pernikahan gue yang entah sejak kapan telah dibahas, karena bahkan telah mendapat persetujuan dari orang tua gue dirumah.
Please kenapa semua orang dan Semesta demen banget ngejebak gue sih ah!?
Senja pun ditelan malam yang kini menyelimuti tidur malam gue yang tak nyaman di ranjang pesakitan rumah sakit. Gue meminta orang tua Jovan bermalam di apartemen, karena disini akan ada Jovan yang menemani gue malam ini.
Gue ga memusingkan mengapa di jam yang sudah menujuk pukul setengah sebelas malam Jovan masih belum muncul sekedar basa-basi atau apa. Tapi otak ini masih berputar akan bagaimana kacaunya acara resepsi pernikahan gue nanti, semakin banyak orang yang datang artinya akan semakin banyak orang tahu semakin besar kemungkinan Tanya dan teman-teman kampus gue mengetahui hubungan gue dan Jovan. Ah! Gue harus gimana!
Suara pintu terbuka mendistrak pikiran bercabang gue dan menyita seluruh perhatian.
Jovan.
Pria itu masuk dengan tenang membuka jas putihnya lalu duduk di sofa tunggu sibuk berkutat dengan handphonenya. Gue bangun dan duduk diatas ranjang menatapnya. Wajah tegas itu tanpa ekspresi terlarut dalam Game di handphonenya hingga tak sadar gue disini.
"Bang."
Barulah pandangannya teralih pada gue dan ia berujar pelan.
"Kenapa, Mel?"Menyebut nama gue diakhir, berarti ia masih baik sama gue. Jadi gue pun bertanya santai.
"Lo udah tahu bang perihal rencana orang tua kita buat bikin acara resepsi pernikahan kita?"
Seolah tak tertarik dengan bahasan gue, Jovan kembali mengalihkan pandangannya ke Smartphone digenggamannya.
"Iya, mama udah nanya pendapat aku."
"Terus apa jawaban lo? Lo nolak kan?"
"Ngak... Aku ikut gimana baiknya menurut mama papa kita aja."
Gue ternganga tak percaya. Bagaimana untuk satu masalah darurat sebesar ini dia hanya berpasrah pada orang tuanya? Apa masuk akal?
"Emangnya Lo ga masalah bang kalau temen-temen kampus kita bahkan Tanya, pacar lo sendiri tahu perihal pernikahan kita? Kok lo malah pasrah gini sih?"
"Lantas aku harus bagaimana, Mel? Orang tua kita ngelakuin ini kan juga untuk kebaikan kita. Agar ga ada yang gangguin aku atau kamu sampai waktunya perjanjian kita berakhir. Perihal anak-anak dikampus aku ga peduli dan tentang Tanya... Aku tinggal jelasin semua. Setelahnya, keputusan ada di tangan dia akan kelanjutan hubungan kami atau enggak."
Lagi- lagi gue hanya bisa ternganga heran bercampur takjub pada kewolesan dan bijaknya Pikiran Jovan yang hanya membuat gue semakin sakit kepala.
"Kok lo... Cuma segitu perasaan lo sama Tanya? Gimana bisa lo meremehkan perasaan orang begitu gampang ha—Tanya itu tulus sama lo Bang! Dan dia sahabat gue! Lo bisa kan pikirkan posisi dia lebih serius sedikit, lo mungkin cuma akan nambah koleksi mantan tapi gue— Gue akan kehilangan sahabat gue selamanya bang! Dan Cakra... Dia pasti akan semakin terluka ngelihat gue harus pura-pura bahagia bersandiwara di pelaminan sama elo! Udah cukup buruk ijab kita meski hanya diam-diam dan sekarang harus ditam—"
"Huss Mel! Apa maksud kamu Buruk hah?! Ijab aku untuk kamu itu bukan lelucon, Mel! Yang sakral dan Sah itu pernikahan kita! Bukan hubungan kamu dengan bajingan itu, meski sulit setidaknya kamu paham mana yang harusnya saat ini lebih kamu hargai dan pertahankan... Kita melakukan ini bukan atas keuntungan aku atau kamu saja tapi kita berdua, ingat? !"
"... Jika kamu merasa selalu terpaksa dan berpikir aku tidak terpaksa, karena selalu pasrah pada titah orang tua kita maka kamu salah, Mel. Aku selalu memikirkan semua sebelum mengambil keputusan yang kamu anggab bodoh ini... Aku tidak pernah bercanda atas tiap langkah yang aku ambil untuk hubungan kita, karena kita telah mengorbankan banyak hal untuk hubungan ini. Aku ga mau mengecewakan siapapun lagi... Tidak orang tua kita, tidak kamu atau bahkan Tanya... Namun. Untuk setiap pilihan... Kita menanggung konsekuensi, Mel. Ku mohon kamu harus belajar pahami itu."
"Enggak! Kita pasti bisa nemuin cara yang lebih baik, gue janji akan jalani pernikahan ini, Sampai waktu yang kita sepakati iya gue mau... Tapi gue ga ingin ada yang tahu bang... Gue bisa menerima pernikahan kita hanya... Gue... Ingin hubungan kita ini tetap rahasia... Toh mau banyak orang yang tahu atau tidak... Pernikahan kita ini emang nyata adanya. Tapi Please bang, bantu gue cari cara, gue ga mau kehilangan Tanya bang. Lo kan tau gue bahkan ga menentang hubungan lo sama Tanya, terserah lo mau serius atau enggak tapi perasaan Dia tulus ke elo bang... Gue ga mau Tanya terluka dua kali lipat jika tahu hubungan kita ini... Kecewa sama lo dan merasa terkhianati oleh gue... Dia terlalu baik bang."
Jovan bangkit dan mendekat ke ranjang gue lalu tanpa ada angin atau hujan ia merengkuh tubuh gue. Merasa memang gue tengah membutuhkannya, gue pun hanya diam menerima pelukan hangat Jovan dan gue bersandar di dada tegab itu.
Semakin hari Walau masih terliputi pertengkaran -pertengkaran kecil tak berujung, gue merasa kami jadi semakin memahami perasaan satu sama lain.
Jovan mengelus punggung gue menenangkan sedangkan gue menghalau air mata yang sudah bergumul di pelupuk mata.
"Kamu tahu Mel... Aku ga pernah sekalipun menyesali pernikahan kita. Meski caranya sangat tidak masuk akal... Namun aku senang karena gadis yang menjadi istri aku itu kamu..."
Jantung gue seolah dihentak palu raksasa yang menguarkan ribuan kupu-kupu yang terperangkap di dalam jantung gue.
Tubuh gue meremang horror, tak percaya baru mendengar kalimat syahdu yang herannya keluar dari mulut seorang Jovan Ryanzah.
Suami laknat gue...
"Elo... Confesh, bang?"
To be Continue...
30Agustus22

![](https://img.wattpad.com/cover/275591239-288-k604085.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Blue Sky : JOVAN (END)
RomantizmCakra itu romantis namun kadang terlalu overprotektif. Menikah dengan Cakra bagai sebuah cita-cita bagi Imel, namun apa mau di kata saat sebuah prahara tak terduga menimpa dan buatnya harus terpaksa menikah dengan Jovan, pria Misterius yang sulit I...