17

590 70 8
                                    

Setelah semua urusan administasi magang selesai sana bergegas pulang. Dia janji pada adiknya bahwa malam ini sana akan menelponnya. Dalam perjalan pulang sana mampir ke supermarket dekat apartement nya .

Beberapa bahan dapur habis. Sana tak berlama-lama disana, cukup dengan beberapa bahan dan camilan dia bergegas pulang. Hari semakin malam. Sana harus segera pulang kemudian mandi dan menelpon keluarganya di Indonesia.

Pasti dahyun sudah pergi. Biasanya dahyun tak akan lama di apatement sana, kadang dia menginap tapi itupun tak sering. Jika dahyun menginap sana bahkan tak sempat melihat wajahnya ketika dia bangun. Dahyun selalu pergi pagi-pagi saat sana masih terlelap.

Tapi hari ini beda, sana hampir melempar plastik belanjaannya ketika melihat dahyun dengan santainya tiduran di sofa dengan tangan kanan sebagai penyangga, asyik menonton tv.

"Dahyun?" sana terkesiap. Dahyun biasanya tak seperti ini. Entah kenapa itu membuatnya tak nyaman dan senang secara bersamaan.

"Sudah pulang?" Dahyun balik bertanya.

"Apa yang kamu lakukan disini?" sana mendekati dahyun. Dia mengucek kedua matanya, memastikan jika dahyun di depannya itu nyata.

"Menonton tv... kenapa?" Dahyun membenarkan posisinya.

"Tidak biasanya kamu..." sana menggantung ucapannya. Mulutnya tertutup rapat melihat dahyun yang menatapnya intens.

"Biasanya aku bagaimana? Tidak bolehkah aku tinggal lebih lama disini? Ini kan rumahku juga..." Protes dahyun

Ya memang benar ini rumahmu dahyun. Sana yang menumpang. Tapi ini tidak seperti biasanya. Kenapa kamu seperti ini? Sikap ini membuat sana tak nyaman

"tentu saja boleh, ini adalah rumahmu... aku tidak berhak mengusirmu..." Jawab sana sinis sambil berjalan menuju kulkas dan meletakkan belanjaannya disana.

Dahyun menatap nanar tubuh sana yang berjalan menjauhinya.

"Kamu marah? Apa yang aku perbuat salah?"

Suara bisikan dahyun terdengar lembut di telinga sana. Tangan dahyun sudah melingkar di perut sana dan kepalanya terbenam di ceruk leher sana, menciumi leher jenjang sana sekilas kemudian kembali terbenam.

Sana terpejam sejenak. Bagaimana sana bisa marah sama dahyun. Dia selalu termakan rayuan maut dahyun.

"Tidak. Hanya tidak biasanya kamu seperti itu. Aku sedikit terkejut..." sana melanjutkan aktivitasnya.

"Aku rindu kamu..."

Sana diam. Aku juga rindu kamu hyun...

"Tidak ada jadwal hari ini. Bolehkah aku menghabiskannya bersamamu?"

Bimbang. Sana ada janji menelpon adiknya. Kalau ada dahyun bagaimana dia bisa menelponnya.

"Tapi hyun..."

"Tidak boleh? Boleh ya... aku mohon..." Dahyun mengencangkan pelukannya.

"Tapi aku ada janji menelpon keluargaku di Indonesia..."

"Telpon saja. Aku tidak akan mengganggu... apa aku sekalian memberi salam kepada mereka?"

"Hah?" sana membalikkan tubuhnya tiba-tiba. Dahyun mendengus kesal. Tak suka jika pelukannya dipaksa berakhir.

"Kenapa? Aku kan pacarmu. Kamu tidak berencana menyembunyikan aku selamanya kan?"

Astaga. Apalagi ini dahyun. Sana merasa dahyun jadi aneh setelah pulang dari Jepang. Dia tanpa ragu-ragu mengaku pada dua temannya kalau dia adalah kekasih sana, kemudian dahyun sudah menunggu sana pulang dan kali ini dahyun ingin memberi salam pada orang tua sana sebagai kekasihnya.

[END] My boyfriend is a superstarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang