12

593 82 6
                                    


Dahyun terkekeh melihat wajah sana yang memerah. Rasanya dia ingin segera melahap tubuh kecil di bawahnya, melupakan sakit yang sedang menempel di badannya. Setiap kali dahyun menatap matanya sana berpaling. Dua hingga tiga kali seperti itu. Dahyun merasa diacuhkan.

"Jangan berpaling dariku..." Ucap dahyun

"Hah? Aku malu..." Jawaban sana mengejutkan. Sana bisa melihat ekspresi dahyun yang berubah.

"menyingkirlah... kamu berat dahyun..."

Sana mendorong tubuh dahyun menjauh. Namun gagal. Tubuh itu menjulang dengan kokohnya.

"Sstt diam... jangan bergerak..." Gertak dahyun

"Apa yang mau kamu lakukan dahyun?"

"Memakanmu..." Senyum dahyun seperti binatang buas yang melihat mangsanya.

Wajah sana seketika merah padam. Dahyun yang melihatnya terkekeh pelan. Betapa senangnya dia berhasil menggoda sana

"Jangan menggodaku... tubuhmu masih sakit dahyun... jangan aneh-aneh..." sana sekuat tenaga mengendalikan emosinya.

Srukkk

Dahyun berguling di samping sana.

"Kamu benar... aku mungkin tak sanggup melakukannya sampai akhir... kamu pasti akan kecewa jika aku berhenti di tengah-tengah. Mari kita lakukan besok setelah aku sehat..."

Dahyun membenamkan kepalanya di dada sana. Tempat itu adalah tempat favoritnya. Benda kenyal yang sangat nyaman untuknya. Tak berniat untuk melecehkan. Jujur dahyun sangat menyukai tubuh sana

"Melakukan apa?" Tanya sana dengan suara meninggi.

"Apapun..." Suara dahyun tenggelam di dada sana

Sana membelai rambut dahyun pelan. Pria ini. Apapun yang dia lakukan, sana tak pernah bisa marah dan protes.

"Jangan pergi lagi... aku butuh kamu..." Suara dahyun semakin pelan.

Sana hanya bisa diam. Jauh dilubuk hatinya sana ingin mengatakan jika dia tak mungkin meninggalkan dahyun, dia takkan sanggup.

Tapi hubungan mereka hanya simbiosis saling menguntungkan. Friend with benefit, mungkin itulah istilah yang tepat. Suatu saat jika urusan mereka sudah selesai, semuanya pasti akan kembali ke semula.

Dengkuran halus mulai terdengar. Hembusan nafas dahyun juga mulai teratur. Sana bisa merasakan hawa panas di tubuh dahyun sedikit berkurang. Sana melingkarkan tangannya di leher dahyun.

Melihat dahyun yang tidur dengan pulasnya, sana iri. Beberapa menit kemudian sana menyusul dahyun mengembara ke alam mimpi.

.
.

Tiada yang lebih membahagiakan selain bangun pagi melihat wajah orang yang kita kasihi disamping kita. Berdekatan dengan jarak yang amat sedikit. Mendengar nafasnya ketika dua matanya terpejam. Seolah ini adalah pagi terindah di dunia. Satu-satunya pagi untuk mereka.

Dahyun bangun lebih dulu. Kini dia berbaring miring dengan tumpuan salah satu tangannya. Sorot matanya menelusuri setiap jengkal wajah sana. Dari mata, hidung, bibir hingga leher. Senyum menyeringai menghiasi akhir penelusurannya.

Dua jejaknya tertinggal di leher itu. Warna merah keunguan terpampang nyata. Sepertinya sana belum sadar jika gigitan dahyun semalam meninggalkan tanda seperti kissmark.

Kecantikan alami sana mampu memesona dahyun. Bulu matanya yang panjang menjuntai mengenai pipinya yang tirus.

"Sejak kapan ada tahi lalat disitu..." Gumam dahyun

[END] My boyfriend is a superstarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang