27

643 74 5
                                    

Sana keluar setelah dahyun. Dia perlu merapikan riasannya kembali. Bukan hanya itu, cairan dahyun yang tak tertampung semua di dalam perutnya menetes ke lantai dan sana perlu membersihkannya. Dia menyemprotkan parfum ke beberapa titik untuk menyamarkan bau. Bau cairan itu masih kental tercium. Dia tak ingin siapapun curiga.

Dahyun jadi liar selama mereka ada di LA. sana kewalahan mengatasi gairah dahyun yang tak tahu tempat. Untungnya besok adalah hari terakhir mereka di LA. Jika mereka tinggal lebih lama sana pasti akan mati berdiri karena malu.

.
.

"Impianku berbelanja dengan anak perempuanku akhirnya terkabul berkat sana... terima kasih sayang..." Ucap Nyonya kim.

Sana tersenyum simpul. Rasa tidak nyamannya tadi kabur tak bersisa.

Dia keluar dari ruang istirahat dahyun di tempat pemotretan tadi dengan keadaan yang sedikit kacau. Wajah sana pucat pasih karena takut ketahuan. Tapi untung saja Nyonya kim ataupun Chaeyoung tak bereaksi apapun. Dahyun apalagi. Setelah membuat sana berantakan tak ada perubahan apa-apa pada dirinya. Secara alami dia melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.

"Dasar manusia tak punya hati nurani..."

Jika dahyun punya hati nurani. Dahyun pasti akan seperti dia, malu dan takut. Dahyun malah baik-baik saja. Seolah tak ada yang terjadi. Hal itulah yang membuat sana kesal. Selalu sana yang harus menanggung perasaan itu sendiri.

"Hari ini mari kita shopping sepuasnya. Apa yang kamu inginkan sana? Bilang saja. Mommy akan membelikannya untukku..."

Sana menggeleng.

Barang yang diinginkan?

Sana tak pernah sungguh-sungguh menginginkan sesuatu. Dia telah lupa pernah menginginkan sesuatu. Kerasnya hidup membuatnya harus menelan semua keinginannya. Apapun yang dia inginkan pasti tak akan terwujud karena hidupnya yang miskin.

"Barang-barang ini cantik bukan?"

Nyonya kim mengajak sana ke Madison Avenue. Terletak di daerah Manhattan, Madison Avenue adalah pusat toko–toko barang bermerek. Disana banyak barang-barang merek terkenal seperti Prada, Gucci, Coach, hingga masuk ke Department Store terkenal Barney's New York.

Sana tak begitu mengenal barang kelas atas. Menurutnya hanya ada barang yang bagus atau batang yang kurang bagus. Karena semua sama bagi sana, dia tak begitu tertarik. Dahyun sering membawakan sesuatu ketika pulang dari bepergian jauh. Sana tak suka tampil glamor jadi dia menyimpannya di lemari.

Sementara Nyonya kim berbicara dengan pelayan toko, sana berjalan melihat-lihat seluruh isi toko.

Alis sana terangkat. Bulan lalu dahyun pulang dari Jepang membawakannya sebagai oleh-oleh. Persis. Sebuah tas yang familiar dengan tagline 'Blind For Love'. Sana baru tahu jika tas itu dari Gucci.

Walaupun miskin, sedikit banyak sana tahulah merk barang-barang mewah. Tas itu langsung masuk lemari sejak pertama kali datang ke apartementnya. Tas kecil berwarna biru muda dengan ukuran kecil. Sana biasa membawa banyak barang jadi dia memerlukan tas yang besar. Tas itu tentu tak menarik hatinya.

Tangan sana iseng meraih label harga yang menempel di tas itu.

6.700 $

90 juta rupiah? Sana hampir tersedak salivanya sendiri. Hanya untuk satu tas kecil? Seketika kepala sana pusing. Memikirkan uang sebanyak itu hanya untuk satu tas, jiwa miskin sana berontak.

Tiba-tiba dia memikirkan tas miliknya di lemari apartementnya. Ada sekitar lima tas yang pernah diberikan oleh dahyun. Itu belum dihitung dengan sepatu, perhiasan dan beberapa pakaian. Sana menyimpannya dengan rapi di lemari.

[END] My boyfriend is a superstarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang