4. 🔙⏳ Part 3

544 80 5
                                    

"Mau kemana dia..." Gumam dahyun dengan tangan memegang kemudi mobilnya. Matanya menatap tajam pada sana yang keluar dari taksi.

Sana setengah berlari menaiki tangga. Dia tergersa-gesa kembali ke kamar kosnya. Ada sesuatu yang ingin dia ambil kemudian dia harus segera pergi.

"sana..." nayeon teman sekamar sana terkejut ketika pintu kamarnya dibuka dengan kasar.

Sana tak menjawab sapaan temannya. Dirinya tengah sibuk mengambil bungkusan coklat yang dia taruh di bawah bajunya. Setelah mengambilnya, sana langsung saja pergi tanpa menoleh pada nayeon.

Mata nayeon mengerjap pelan, otaknya masih belum bisa merespon peristiwa yang dia saksikan. Teman satu kamarnya tiba-tiba membuka pintu dengan mata yang merah karena menangis kemudian tergesa-gesa mengambil sesuatu dan langsung pergi. Mulut nayeon menganga lebar.

Dahyun masih setia menunggu sana keluar dari gedung berlantai yang ada di depannya. Matanya masih saja mengamati pintu masuk gedung itu. Dia bertanya-tanya, apa yang dilakukan sana di gedung yang terlihat kumuh tersebut. Apapun itu, dahyun tetap menunggu sana keluar.

Tak berapa lama sana keluar dengan langkah gonta keluar dari gedung apartemantnya. Kakinya dia pacu menuju mesin ATM terdekat. Namun tangannya tiba-tiba terasa nyeri, tanpa dia sadari tangan bekas selang infus tadi masuh mengeluarkan darah.

"Awwhhh..." sana meringis pelan. Langkahnya berhenti sejenak. Matanya menatap nanar pada tangannya yang berdarah. Namun dia tidak ingin mempedulikan rasa sakit itu, keluarganya yang ada di Indonesia sedang membutuhkannya.

Kaki sana melangkah lagi menuju mesin ATM yang dekat dengan bangunan kostnya. Baru beberapa langkah pergerakan sana terhenti karena tangannya dicekal. Sana terkesiap.

"Dahyun.." sana terkejut, tangan yang mencekal nya adalah dahyun. Dia bisa dengan jelas mengenali dahyun. Karena pria itu tidak menutupi wajahnya sama sekali, tidak seperti kebanyakan artis yang menyamar ketika di tempat umum.

"Kamu terluka..." Ucap dahyun mengangkat tangan sana yang berdarah.

"Lepaskan... aku baik-baik saja hiks..." sana melepaskan tangannya dari dahyun, namun gagal. Dahyun menarik tangan sana, menuntutnya untuk masuk ke dalam mobil dahyun.

"Apa yang kamu lakukan?" sana protes atas perlakuan dahyun

"Diam... masuk dan pakai sabuk pengaman mu..." Tutur dahyun menutup pintu mobil, kemudian dia berputar ke pintu mobil satunya.

"Aku harus pergi... aku buru..."

"Aku antar... tapi obati dulu lukamu..."

"Aku buru-buru... aku ada urusan, aku harus pergi..." sana terus saja berusaha keluar dari mobil dahyun.

Ceklek

Dahyun mengunci otomatis semua pintu mobilnya.

"Hiks hiks... lepaskan aku... aku harus segera pergi... apa sebenarnya salahku? Hiks hiks..." sana menangis sejadi-jadinya, dia merasa tidak berdaya. Dia harus segera ke mesin ATM kemudian mengirim uang untuk ibunya di Indonesia. Perlakuan dahyun ini membuatnya tak berdaya.

"Apa yang terjadi? Ceritakan padaku... aku tidak mengerti bahasamu ditelpon tadi... aku akan membantumu... aku janji..." Jelas dahyun memandang sana yang menangis. Hati dahyun jadi ikut bersedih menatap air mata tak hentinya keluar dari mata teduh gadis itu.

"Ayahku kecelakaan... aku harus segera mengirim uang ke ibuku di Indonesia... tolong lepaskan aku... aku harus segera ke ATM..." Ucap sana. Uang di ATMnya memang tak seberapa, tapi setidaknya itu bisa membantu beban ibunya sedikit. Yang bisa sana lakukan hanya ini.

[END] My boyfriend is a superstarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang