47

649 51 8
                                    

"Sana... sayang... kamu marah? Maafkan aku..." Ucap dahyun putus asa.

Situasi tadi tidak bisa dia hindari. Dia tidak menyangka jika lia akan terus mencarinya.

"Sana..." dahyun membuntuti sana dibelakangnya. Sana sama sekali tak menoleh. Otaknya sedang mencari cara untuk membujuknya lagi.

Diam-diam dahyun menghela nafas kasar. Bujukan kali ini akan lebih sulit dari bujukan pertama.

Beberapa jam sebelumnya...

Setelah kepergian nayeon dan Jeongyeon, perdebatan panjang kembali berlangsung. Sana yang keras kepala bertemu dengan dahyun yang tak mau mengalah.

"Kembalikan ponselku..." sana berteriak histeris.

"Tidak mau..."

Sana geram. Entah kenapa tiba-tiba dahyun menyita ponselnya padahal dia harus menelpon mina untuk memberikan kabar tentangnya.

"Apa maksudmu mengambil ponselku?"

"Kamu akan tahu besok. Besok pasti akan aku kembalikan..."

"Kembalikan sekarang..."

"Ssshhh... ayolah sayang. Aku hanya ingin melihat isi ponselmu. Apa kamu juga berhubungan dengan pria lain selama dua tahun ini?" Alis dahyun terangkat satu.

"Tidak ada yang seperti itu..."

"Oh berarti aku adalah orang pertama dan terakhir dihatimu..." Ucap acuh dahyun seraya jarinya berselancar pada ponsel sana

Mata sana mendelik melihat dahyun telah membuka ponselnya yang terkunci.

"Darimana kamu tahu kode ponselku?" sana mencoba merebut.

"Mengira-ngira dan itu benar. Tanggal ulang tahun lia kan?" Timpal dahyun masih acuh dan fokus pada ponsel sana

"Kembalikan sekarang dahyun..."

"Akan aku kembalikan kalau kamu mau memenuhi satu permintaanku..." Ucap dahyun lembut. Dia berjalan ke arah meja kerjanya kemudian menyimpan ponsel sana ke dalam brankas kecil dibawah mejanya.

"Apa?!" Kesabaran sana hilang sudah. Sikap dahyun memang kekanak-kanakan.

"Mmm... apa ya... bagaimana kalau kita berikan adik untuk lia segera?"

"Hah?" Suara teriakan sana memantul. Untung saja ruang kerja dahyun kedap suara. Jika tidak mungkin para asisten dahyun diluar sudah pecah gendang telinganya mendengar teriakan sana berkali-kali.

"Sayang pelankan suaramu. Kenapa kamu suka sekali berteriak... sakit telingaku..." Keluh dahyun

"Maka dari itu jangan bercanda denganku..."

"Aku tidak bercanda. Lagian besok kita juga akan menikah. Kenapa heboh begitu sih..."

"Hentikan omong kosongmu dahyun. Aku juga lelah berdebat denganmu..."

Akhirnya sana menyerah juga berdebat dengan Dahyun. Dia membanting tubuhnya ke sofa dengan suara nafas yang kasar. Dia tahu jika tidak mungkin menang melawan dahyun. Jadi ya sudahlah. Sana memilih diam sekarang.

Hening sesaat. Sana tak memperhatikan dahyun. Pikirannya melayang kemana-mana. Ditengah khayalan nya, sana dikejutkan dengan dahyun yang sudah membawa lia yang masih tidur dalam pelukannya, berdiri tegak di depan sana

"Ayo pulang..."

"Masih siang sudah pulang? Kamu tidak ada pekerjaan lain?"

"Perusahaan ini tetap bisa beroperasi tanpa ada aku sayang..."

"Tapi kan..."

"Semunya sudah dipegang oleh kepala divisi masing-masing. Aku memutuskan hari ini adalah hari liburku..." Senyum dahyun mengembang.

[END] My boyfriend is a superstarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang