Part 6

847 54 12
                                    

AUTHOR POV

Bagas berjalan menuju lobi setelah ia diusir paksa oleh teman kamarnya, Keenan. Dia duduk di salah satu kursi lobi sambil memainkan games di hpnya.

"Agas.."

Bagas menengadah melihat seorang laki-laki berdiri di hadapannya. Alisnya bertautan dan matanya menyipit, "Biru?"

Laki-laki di hadapan Bagas menatap Bagas sayu dengan air mata yang sudah nampak di sudut matanya.

"Agas.. Di-dia.. Dia siapa?" Tanya laki-laki itu dengan suara lirih menahan tangis.

Bagas mengangkat sebelah alisnya, "Dia? Maksud lo siapa? Dan ngapain lo di sini?" Jawab Bagas sekaligus menanyakan mengapa laki-laki itu ada di sini. Padahal dia tahu jika laki-laki itu tidak tinggal di apartemen yang sama dengannya.

"Kenapa kamu bersamanya? Apa itu alasannya kamu tidak bisa bersamaku lagi?" Laki-laki itu memegang tangan Bagas dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.

"Maksud lo apa sebenarnya? Dia siapa?" Bagas menatapnya heran sebenarnya siapa yang dia maksud.

"Keenan. Perempuan itu tinggal di ruangan yang sama denganmu. Dan aku yakin dia bukan sepupumu. Aku yakin itu." Dia menangis sejadi-jadinya.

Bagas menatapnya dengan mata bulat. Ia terdiam saat laki-laki di hadapannya itu menyebutkan nama Keenan. Dia heran kenapa dia bisa tahu tentang Keenan.

"Apa suara samar yang gue denger tadi itu suara dia?" Batin Bagas mengingat dia mendengar suara laki-laki saat berbicara dengan Keenan.

"Jawab aku Gas! Jawab! Benarkan?! Dia bukan sepupumu! Siapa perempuan itu sebenarnya?! Apa karena dia kamu tidak mencintaiku lagi?!" Serunya memukul-mukul dada Bagas cukup keras. Dia sudah tidak peduli lagi dengan sikapnya yang menarik perhatian orang-orang yang berlalu lalang di lobi.

"Gue sudah bilang, Bir. Gue ngga bisa balik lagi sama lo. Hubungan kita sudah berakhir dua tahun lalu."

Kata-kata Bagas membuat tangisannya semakin kencang.

"Kenapa?! Tidak ada diantara kita yang mengatakan putus!" Serunya.

"Saat lo menghilang tanpa mengatakan sepatah katapun. Itu adalah akhir hubungan kita. Jadi stop membahas hal ini lagi. Jalan lo masih panjang dan pasti ada seseorang yang lebih baik dari gue." Ujar Bagas menepuk pundaknya.

"Tidak! Kamu yang terbaik bagiku, Gas! Jangan pernah berpaling dariku!"

"Sorry, Bir. Gue ngga bisa. Gue ngga tahu kenapa lo bisa kenal Keenan. Tapi, lo bener, cewek yang lo lihat bukan sepupu gue, tapi dia istri gue."

Biru tercengang. Mulutnya menjadi kaku mendengar ucapan Bagas. Ia tidak bisa mempercayai perkataannya. Dia tidak bisa.

"Kamu jangan bercanda." Matanya menatap kosong.

"Gue ngga bercanda. Kalau dia bukan istri gue. Kita tidak akan satu ruangan bahkan satu kamar."

"Ngga, Gas. Kamu pasti bercanda." Biru tersenyum miris.

Bagas memalingkan wajahnya, "Terserah lo, Bir. Gue udah bilang semuanya."

"... Gue balik dulu. Hati-hati lo di jalan."

Bagas melewati Biru. Biru masih berdiri kaku dengan wajahnya yang sudah tidak karuan. Rasanya dadanya sangat sakit. Laki-laki yang sangat ia cintai meninggalkannya.

Bagas kembali ke ruangannya. Dia duduk sembari memainkan ps. Dia dapat melihat dari sudut matanya jika Keenan juga berada di sampingnya. Dia memberikan sedikit masukkan agar Keenan tidak mengajak seseorang terutama laki-laki. Ya, dia harap dia tidak mengajak Biru lagi ke ruangan ini. Saat pertama kali Bagas melihatnya malam hari setelah manggung mendadak di kafe. Ia dihampiri oleh Biru dengan pakaiannya yang menyerupai perempuan dan wig panjang yang ternyata sudah menguntitnya hingga apartemen. Ia terkejut laki-laki yang meninggalkannya dua tahun lalu ternyata ada di hadapannya. Wajah itu wajah orang yang pernah ia cintai dulu. Namun, mengapa dia kembali lagi? Setelah menghilang bertahun-tahun.

SWITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang