Part 11

651 41 8
                                    

Author POV

Pada sore itu. Bagas mendapat sebuah pesan dari kontak bernama Biru. Dia mencoba untuk mengabaikan pesan tersebut dan bersiap untuk mandi karena Keenan sudah menyeretnya dengan sedemikian rupa.

'Ada apa lagi sebenarnya?'

Hela Bagas lalu menyimpan ponselnya di atas tatanan kaca di kamar mandi.

Sesaatnya, dia bergegas memakai pakaian yang sudah disiapkan Keenan dan kembali mengambil remote tv dan menyalakan ps 5 kesayangannya.

Tinung~

Bagas tak menghiraukan dan memilih menyelesaikan misi dalam sebuah permainan.

Drrt drrt~

Ponselnya bergetar, dia mengintip sesaat dan melihat nama Biru di layarnya. Bagas memilih mengabaikan dan melanjutkan permainannya.

Drrt drrt~

18.20
From Biru
Gas, tolong balas chat aku.
Nanti seusai manggung, bisa kan ketemu aku?
Aku mohon Bagas.
Aku ngga bisa kayak gini terus.
Aku tunggu kamu.

Bagas tak membalas, jelas dia hanya membaca pesan tersebut dari notifikasi ponselnya dan menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas selempang miliknya.

21.30
From Biru
Aku nonton kamu saat manggung.
Sekarang aku berada di jalan belakang.
Aku tunggu sampai kapanpun.
Gimana pun kamu menjauh, aku pasti ngejar kamu.
Aku ngga peduli dengan seseorang yang saat ini sama kamu.
Kamu tetap milikku.
Pokoknya aku tunggu kamu.
Atau kalau ngga aku akan muncul dan menggandengmu di depan semua orang.

Bagas menghela nafas berat. Orang itu tidak akan berhenti sebelum apa yang dia inginkan dituruti. Akhirnya, Bagas meminta untuk pulang berpisah dengan Gilang dan Keenan.

Menunggu semua pulang. Bagas menyusul Biru ke jalan belakang menemuinya.

Secercah senyum merekah dari seseorang yang sudah menunggunya di dalam mobil. Dia membuka kunci pintu dan membiarkan Bagas masuk ke dalam mobilnya.

"Aku senang kamu datang." Ujar Biru tersenyum lembut melihat Bagas dan tampak matanya berbinar namun sedikit sendu ketika Bagas meresponnya datar.

"Ada apa lagi, Bir? Gue udah bilang, gue ngga bisa sama lo lagi."

Bagas tak menghiraukan tatapan Biru kepadanya. Dia takut, hatinya melemah dan jatuh kembali kepada pesona seseorang di hadapannya.

"Bagas, aku udah bilang. Aku ngga akan lepasin kamu, sedikitpun." Biru menanggapi dengan sedikit menekankan nada bicaranya.

Bagas memandang pembatas jalan dari jendela memalingkan wajah dari seseorang di sampingnya.

Biru menarik wajah Bagas, "Lihat aku, Bagas. Apa kamu benar-benar tega ninggalin aku?"

Bagas memandang mata Biru yang sudah berkaca-kaca dan memerah. Di hatinya masih ada sedikit rasa yang menggantung, namun di sisi lain, dia tak bisa untuk menerima Biru untuk kembali mengisi bagian dari hidupnya.

Bagas diam tak bersuara sedikitpun hingga seseorang yang menatapnya terpaku dan terisak dalam tangisnya. Ia memukul pelan dada Bagas dan menenggelamkan wajahnya.

"Kamu jahat Gas jahat! Kamu orang terjahat yang pernah aku temui!" Nafasnya tersengal dan matanya sembab memerah.

"Apa yang harus gue lakuin biar lo biarin gue pergi?" Pertanyaan Bagas membuat Biru tersentak. Ia menatap mata hazelnya dan terpaku dalam bayangan.

"Kamu sungguh-sungguh?"

"Ya. Lo tau posisi gue saat ini. Gue bukan milik lo lagi, Bir. Gue punya--"

"Stop! Jangan katakan lagi, Gas!" Sela Biru memotong kalimat Bagas.

SWITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang