Part 21

525 37 4
                                    

Band 4play telah menyelesaikan performance mereka di acara pernikahan salah satu putra anggota dewan Bandung. Setelah itu, seperti biasa adalah pelunasan. Keenan tersenyum gembira setelah melihat mutasi rekeningnya telah masuk sejumlah uang pelunasan. Ia langsung menghampiri anggota band dan mengacungkan jempol menandakan bahwa semua telah selesai.

Ketika mereka berpamitan setelah membereskan peralatan yang mereka bawa. Seorang pria yang menolong Keenan menghampiri Keenan. Pria itu menghampirinya bermaksud untuk meminta contact person karena tertarik untuk mengundang band 4play untuk tampil di salah satu kafenya. Keenan tentu semangat mendengar itu dan memberikan kontak bisnisnya kepada pria itu.

"Oh iya, btw nama gue Alex." Ucap Alex memperkenalkan diri setelah menyimpan kontak Keenan di ponselnya.

"Saya Keenan, Kak." Sahut Keenan juga memperkenalkan dirinya.

"Santai aja, Nan. Panggil gue Alex aja."

"Eh?" Keenan merasa kikuk.

"Santai aja, Nan. Gue juga masih kuliah. Panggil lo gue juga ngga masalah."

Keenan menohok. Dia pikir pria yang ada di hadapannya itu jauh lebih tua dari mereka berlima.

"Lumayan boros juga ya mukanya." Celetuk Keenan dalam hati.

"Oh oke, Lex. Btw gue duluan ya soalnya kita udah mau cabut pulang." Ujar Keenan masih agak kaku.

"Oh oke oke, sorry ya gue malah nahan lo di sini. Hati-hati, Nan." Ucap Alex sambil dadah-dadah ke Keenan.

Karena Keenan merasa tidak enak. Jadi dia dadah juga ke Alex.

Tidak disangka anak-anak band mengamati Keenan dan Alex sedari awal. Ian yang sudah tidak tahan ingin meledek Keenan langsung senggol dia dengan wajahnya yang sudah mesem-mesem.

"Ehm... Pucuk tiba mulaan jameela pun tiba. Ada apa gerangan laki-laki itu menghampirimu wahan Keenan?" Ledek Ian.

Keenan menyipitkan matanya dengan memberikan tatapan sinis pada Ian.

"Apa sih, Bang. Dia cuma minta kontak bisnis doang. Katanya dia pengen undang kita buat manggung." Jawab Keenan datar namun sedikit sinis pada Ian.

Ian cekikikan, "Kirain minta ngedate sama manajer kita ini." Timpalnya masih menggoda Keenan.

"Kayaknya Bang Ian butuh ruqyahan nih biar otaknya ngga mikir aneh-aneh mulu."

"Eh, Nan. Gue kristen."

"Oh iya lupa, mungkin penyucian ya?"

"Pengusiran, Nan. SubhannAlloh." Timpal Ian geleng-geleng.

"Lah, Bang. Kamu kan kristen kok bilang SubhannAlloh."

"Eh iya Asstaghfirullah gue lupa."

"Hah? Bang kok malah istighfar."

"Ya Alloh lupa."

"Eh? Salah server lagi, Bang."

"Ah udah capek gue."

Keenan yang sekarang ketawain Ian sambil geleng-geleng lihat kelatahan abang seperbandnya.

Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke tempat masing-masing. Keenan pun pulang ke rumah Bagas karena hari ini katanya oleh-oleh yang ke pending karena bagasi Om Gulza entah mengapa hilang dan untungnya ketemu masih tersangkut di Thailand. Jadi mereka berdua diminta pulang untuk pembagian oleh-oleh.

Selama perjalanan ke rumah Bagas, Bagas hanya diam sembari menyetir motor maticnya. Dia tak mencoba untuk mencairkan suasana yang semakin pikuk. Keenan yang sadar akan tingkah Bagas hanya menatap punggung Bagas bingung. Bahkan sedingin-dinginnya manusia bongsor itu, dia akan berteriak padanya untuk segera menaiki motornya. Namun berbeda saat itu. Keenan sempat-sempatnya mengobrol dengan teman bandnya sebelum ia menaiki motor Bagas.

SWITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang