Sepuluh menit berlalu. Mereka sudah sampai di kawasan kampus dan menuju gedung FEB.
Bagas menurunkan Keenan di seberang seperti hari pertama. Karena ia menurunkan di seberang, maka posisi mereka saat ini di depan gedung FISIP.
Keenan memberikan helm-nya kepada Bagas dan Bagas memasukkanya ke dalam bagasi motor.
"Kabarin gue kalo lo udah bubaran."
Bagas menyalakan kembali motornya.
"Iya. Ntar gue kabarin." Jawab Keenan.
"Dan jangan bawa laki-laki lagi ke apartemen." Ucap Bagas sebelum ia pergi.
Keenan mengangguk dengan wajah masam, "Iya gue tahu."
Bagas kemudian pergi dari hadapan Keenan menuju ke gedung khusus jurusan Internasional. Gedungnya paling tinggi karena memuat semua jurusan Internasional. Tapi tetap saja, untuk melakukan lab, mereka pergi ke laboratorium di kawasan regular.
Keenan menyebrang menuju ke gedungnya. Keenan tak sadar bahwa sudah ada sepasang bola mata yang memerhatikan mereka berdua dengan amarah.
"Dia milikku." Gumamnya.
--
AUTHOR POV
Semua mahasiswa baru menjalankan hari ketiga masa orientasi. Hari ini adalah hari terakhir yang mereka lakukan sehingga mereka merasa lebih semangat karena ada empat hari kosong setelahnya untuk beristirahat sebelum masa perkuliahan. Setiap mahasiswa menjalankan hari terakhir mereka di jurusan masing-masing. Schedule mereka pada jam pertama adalah perwalian. Mereka akan berkenalan dengan wali dosen masing-masing.
--
Jam 11.30 mereka beristirahat. Keenan dan Rara yang notabenenya satu kelas mereka beristirahat dan makan bekalnya masing-masing. Tak lama Thariq dan Arif menghampiri mereka di kelas. Keenan dan Rara merasa bahwa mereka berdua itu tidak punya malu. Padahal satu kelas sedang makan siang bersama dan Thariq setelah jam shalat dengan semangatnya membuka pintu kelas, tersenyum saat melihat Keenan dan Rara, dan menghampirinya bersama Arif. Rara sudah berancang-ancang untuk mengomeli temannya yang baru ia kenal selama masa orientasi.
"Eh dua curut, ngapain ke sini?!" Cerca Rara dengan dua bola matanya yang sudah membesar.
"Wah Rara bersemangat banget ya liat kite berdua." Ucap Thariq tersenyum lebar hingga menampilkan barisan giginya.
Rara menatapnya dengan wajah masam, "Na to the jis. Najis." Ketusnya.
Thariq tertawa kecil melihat tingkah Rara. Padahal ia dan Arif kemari untuk mengobrol dengan mereka.
Keenan melihat Arif dan Thariq bergantian, "Kalian udah makan siang memangnya?" Tanya Keenan mengangkat sebelah alisnya.
Arif dan Thariq mengangguk bersamaan.
Keenan menghela nafasnya panjang, "Lalu lo lo pada gabut jadi ke sini?"
Thariq tersenyum lebar, "He he he.. Kita bosen di kelas. Kayaknya kelas gue anak-anaknya kutu buku deh. Pada diem semua." Tukasnya terus menyeret kursi kosong dari pojok. Lalu diikuti dengan Arif melakukan hal yang sama.
"Lo lo pada ngga malu diperhatiin anak kelas gue?" Tanya Rara.
Thariq mengedikkan bahu, "Ngga. B aja perasaan." Jawabnya enteng.
Rara menarik nafasnya dalam, "Lupa kalo kalian kan ngga punya malu."
Mereka akhirnya mengobrol tidak terlalu lama karena batas mereka beristirahat sampai pukul 12.45. Thariq dan Arif beranjak dari kursinya. Lalu ia mengajak mereka berdua untuk nongkrong di kafe sekitaran kampus. Rara dan Keenan awalnya menolak namun akhirnya mereka setuju juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWITCH
RomancePenyesalan yang sesungguhnya adalah berubah menjadi seorang gadis dan menikah