Part 18

568 38 2
                                    

Setelah pertemuan Keenan dan Bagas di suatu restoran. Bagas mendapati Keenan menjauhinya. Bahkan, intensitas mereka berbicara berkurang jauh sebelumnya. Ketika ia kembali ke apartemen. Tak terlihat perempuan itu berada di sana. Dia mencoba menghubungi Keenan namun tidak ada balasan. Mungkinkah dia pergi ke rumah keluarganya? Bagas menelpon ibunya dan benar, dia sudah lebih dulu pergi.

Bagas sampai di rumahnya. Dia disapa oleh Pak Somantri dan dibantu untuk parkirin motornya. Kata Pak Somantri bilang, "Sini, Enceng. Biar sama Bapak saja. Enceng masuk saja."

Bagas hanya mengangguk saja dan dia masuk ke dalam rumah. Di lantai satu saat ini sepi jadi dia langsung masuk ke kamarnya di lantai dua. Namun, dia tidak melihat barang-barang Keenan di sana bahkan perempuan itu tidak terlihat berada di sana.

Tidak lama, Mama Berlin ketuk pintu buat masuk. Tanpa basa-basi Bagas langsung bertanya, "Ma, Keenan di mana?"

Mama Berlin menjawab, "Keenan di kamar tamu. Kata Keenan, dia kemarin sempet demam sama flu jadi dia ngga mau nularin ke kamu. Katanya kalian juga di apartemen pisah ruangan sementara kan?"

Bagas diam sejenak. Saat itu dia berpikir bahwa Keenan sengaja berpisah kamar karena sakit. Namun setelah hari-hari berlalu. Bagas sadar bahwa Keenan menjauhinya bahkan tidak mau bertegur sapa dengannya.

"Dia kenapa?" Batin Bagas. 

"Mungkinkah karena pertemuan di restoran itu?"

Bagas harus menjelaskan pada Keenan bahwa dia tidak ada hubungan apa-apa dengan orang itu. Bagas hanya membantunya ketika penyakitnya kambuh.

Tuk tuk tuk

Bagas mengetuk pintu kamar Keenan. Tak lama Keenan muncul. Sebelum Keenan menutup pintunya ketika dia terlihat terkejut melihat Bagas yang berdiri di depannya. Bagas menahan pintu dengan kakinya lalu ia menerobos masuk ke dalam kamar Keenan.

"Kenapa lo jauhin gue?" Tanya Bagas.

Keenan menggeleng dan mengatakan bahwa dia tidak menjauhi Bagas.

"Lo ngga usah bohong. Gue sadar lo ngga mau ketemu gue bahkan lo sengaja ngga mau sekamar sama gue karena lo berniat jauhin gue. Lo kenapa sebenarnya?" Bagas mulai menaikkan intonasi suaranya. Hatinya bercampur aduk. Di sisi lain dia marah dengan cara Keenan menjauhinya dan dia kecewa bahwa Keenan sebegitunya ingin menjauhinya.

"Gas, gue bilang gue ngga jauhin lo! Kenapa lo bisa nganggep kayak gitu?! Bukannya Mama Berlin kasih tahu lo kalo gue ngga mau nularin sakit gue ke lo dan orang-orang rumah!" Seru Keenan.

"Kalo lo belum sembuh lo ngga akan mungkin pergi ke kampus kan?! Jangan berusaha nipu gue, Nan!" Bagas tidak mau mengalah. Dia terus berseteru dengan Keenan.

"Lebih baik lo urusin kehidupan lo dan cewek lo itu!" 

Bagas terdiam, apakah benar-benar karena kejadian itu Keenan sampai hati menjauhinya?

"Dia bukan siapa-siapa! Dia temen gue dan waktu itu dia butuh gue karena sakitnya kambuh!" Jelas Bagas berusaha agar Keenan tidak salah paham.

"Gue ngga peduli, Gas! Mau itu pacar lo atau ttm lo gue ngga peduli! Lebih baik lo keluar dari kamar gue!" 

Bagas menahan Keenan agar tidak mendorongnya pergi dari kamar.

"Nan, percaya sama gue. Gue ngga ada apa-apa sama orang itu. Lagian kita cuman pasangan palsu kan? Harusnya lo ngga semarah ini."

Keenan tersenyum sinis, "Hah? Harusnya lo juga sadar kalo lo punya cewek jaga perasaan cewe lo dan jaga jarak sama gue! Gue ngga mau ya kalo suatu hari cewek lo nekat!"

SWITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang