Hai di chapter 12. Tuh kan, kalau komen kalian bejibun, aku jadi semangat up date.
Btw, yuk vote komen lagi yang banyak.
Komen emoji favorit kalian ya
🍇🍇🍇______________________
"Aruna!"
"Iya, Bu. Masuk aja." Aruna masih fokus menatap laptop, jari-jarinya bergerak lincah, menekan huruf demi huruf hingga tercipta kata di layar.
"Fokus banget sih, kamu Na." Ibu menyimpan sepiring salad buah dingin di atas meja kerja anak gadisnya.
Aruna mendongak menatap Ibu. "Mumpung ide lagi ngalir."
Manisa tersenyum, mengelus puncak kepala Aruna. "Yaudah, kalau gitu Ibu tinggal lagi ya. Enggak mau ganggu kamu lama-lama. Jangan lupa istirahat loh, Sayang."
"Iya, bentar lagi aku istirahat kok. Nanggung."
Ibu keluar dari kamar tanpa basa-basi lagi. Sementara, Aruna langsung menusuk dan memasukan satu buah potongan kiwi ke dalam mulut. Seharian ini, ia terus mengurung diri di dalam kamar. Entah kenapa tapi, secara tiba-tiba saja ide mengalir deras di otaknya. Membuat ia kelimpungan untuk menuangkan adegan-adegan istemewa itu ke dalam tulisan.
Ternyata, metode riset ala Abian betul-betul berjalan lancar dan baik. Semua waktu dan hal-hal yang mereka lewati bersama benar-benar bagus dan pas dituangkan ke dalam tulisan. Ditambah sedikit bumbu-bumbu drama agar lebih bisa dinikmati oleh pembaca. Andai, dari awal bisa seperti ini, mungkin, projek novel Aruna sudah selesai digarap, sudah terbit dan lain-lain.
Dentingan ponsel menyela. Gadis itu segera mengambilnya dan mengangkat panggilan dari Jaevan. Tentu, selama projek ini berlangsung, Aruna juga banyak berhubungan dengan Jaevan, sebagai penanggung jawab social media, untuk melakukan promosi dan self branding lebih kuat lagi. Agar buku yang terbit bisa laku di pasar sekaligus mengumpulkan para pembaca Aruna yang mungkin sempat kabur selama ia hiatus.
"Halo Mas Jae."
"Halo Na, gimana nulisnya, lancar?"
"Iya Mas, alhamdulilah, lagi lancar-lancarnya nih. Ide ngalir deras banget." Aruna tersenyum sembari berdiri dan melangkah ke depan jendela kamar. Bertelepon sembari melihat tanaman Ibu adalah hal yang ia sukai.
"Wih, kalau begitu, projeknya bakalan cepet beres dong. Bagus-bagus, terus semangat ya Na."
"Siap Mas, makasih banyak."
Entah kenapa, Aruna sangat senang saat harus berbicara dengan Jaevan. Rasanya sangat nyaman. Energi positif yang Jaevan miliki bisa Aruna rasakan meski mereka berbicara melalui alat begini.
"Oh iya, Aruna, saya udah mikirin konten yang sebaiknya kamu buat untuk self branding sekaligus mengenalkan cerita yang sedang kamu garap kali ini. Toh kan, projek kamu udah mulai berjalan lancar ya?"
"Iya Mas."
"Kalau bisa kamu bikin video vlog gitu, tentang keseharian pas nulis. Dari pagi sampai sore. Kali-kali kamu juga bisa videoin pas ketemu sama pengurus-pengurus Andromeda, terus datang ke kantor kita gitu." Jaevan menjeda sesaat. "Udah itu edit-edit, durasinya enggak perlu lama kok, dua sampai tiga menit aja. Buat up load di instagram atau tiktok. Video-video time-lipse lah Na, terus kamu kasih dubbing atau pov. Menarik tuh kayaknya. Biar para pembaca bisa lebih mengenal dan dekat dengan kamu. Bisa Na?"
"Oh gitu ya, Mas. Bisa-bisa, nanti Aruna coba bikin ya."
"Kalau kamu kesusahan buat ngedit, tinggal kirim aja file videonya, nanti saya yang kerjakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE DEADLINE (END)
Literatura FemininaABIAN adalah lelaki paling nelangsa di dunia. Setidaknya untuk sekarang. Di mana, ia harus menjadi editor si pemalas Aruna. Tak cukup di situ. Seolah semesta sangat membencinya. Abian juga harus menelan pil terpahit di muka bumi saat ia memergoki tu...