Nah, aku udah update ya.
Makanya, hayooo ramein sama vote. Sama komen yang banyak.
Atau spam komen ini aja 🌨️🌨️🌨️
Chapter ini kalian ketemu sama Abian ya🥰🥰
______________
Suhu badan Abian tinggi, hidungnya meler, bersin-bersin juga sejak tadi.
Rasanya tak nyaman, sungguh. Semua dikarenakan semalam ia nongkrong keblablasan hingga pagi menjelang. Kurang tidur, terlalu banyak minum soda dingin. Makan sedikit dan kelelahan setelah beberapa bulan terakhir bekerja tanpa ampun.Iya, Abian bekerja siang dan malam untuk mengalihkan pikiran dari bayang-bayang Haira. Dari keinginannya untuk mengakhiri hidup karena semua … terasa begitu berat. Tentu saja, melepaskan wanita yang selama delapan tahun mengisi hari-harinya akan sangat sulit. Rasa sayang masih membekas dalam di dada. Apalagi, Abian memergoki sendiri, bagaimana Haira ditiduri oleh lelaki lain di saat, ia mencoba jaga mata jaga hati untuk tidak lirik sana-sini lagi. Mencoba bertahan meski terkadang, rasa bosan selalu menerpanya. Atau saat-saat Haira mudah marah dan Abian pusing sendiri untuk membujuk. Abian selalu mempertahankan selama masih bisa.
Tapi kelakuan Haira kemarin sudah di ambang batasnya. Abian angkat tangan. Tak mau memperbaiki apa-apa lagi. Membiarkan semua hancur tanpa batas, tanpa bekas.
Karena Abian masih tak kuasa untuk melupa, maka pada pekerjaanlah semua tercurah.
Pada pekerjaan juga pada … Aruna.
Abian ingat saat kemarin Yappa menanyainya, “Aruna ini cocokkan, buat kamu? Yappa udah ngasih restu kalau semisal kalian mau serius.”Begitu kata Yappa yang Abian angguki sebelum keduanya kembali fokus memperhatikan dua wanita yang tengah memainkan Moyi. Kucing gembul Bunbun.
Dan kala itu, saat Aruna tersenyum pada Abian, dengan Moyi yang anteng dipangkuannya. Dunia kelabu yang beberapa bulan ini menjadi tempat tinggalnya tiba-tiba tertetesi setitik tinta putih, menangkan, menyenangkan.
Abian tak tahu, jika memang ia menyukai Aruna, apa mungkin akan secepat ini?
Lalu rasa galau yang ia genggam saat malam-malam menjelang itu apa?
Hanya sebuah penyesalankah atas waktu-waktunya yang terbuang bersama Haira atau … rasa marah yang terpendam karena ia mencoba menjadi sosok dewasa yang berpikir ‘semuanya bisa dibicarakan baik-baik’. Padahal saat itu, Abian bisa marah. Abian bisa mengamuk. Mengeluarkan emosinya yang menggebu. Bukan minta putus dengan cara yang, bisa dibilang, masih sedikit sopan. Entah, Abian tak mengerti. Yang jelas tiba-tiba saja, tangannya menggapai ponsel lalu mengirimi Aruna pesan.
Na, kamu sibuk enggak? Punya waktu buat jenguk aku yang lagi sakit kan?
Begitu. Sok manja. Dan Abian nyaman.
^^^^^
Aruna datang ke apartemen dengan daster polos hitam selutut dan cardigan panjang berwana ungu muda. Sedang rambut sepingganya tergelung. Di tangan Aruna, ada dua kantung plastik yang jika Abian lihat, terisi sayuran dan daging.
“Di kulkas Mas Abian enggak ada makanan sehat. Jadi barusan aku belanja dulu kepasar buat beli ini.”
“Kamu enggak perlu repot-repot loh Na.” Abian memiringkan tubuh agar Aruna memiliki ruang yang cukup untuk masuk ke apartemennya.
“Enggak repot kok, Mas.”
Dan leluasa, Aruna langsung ke pantry.
Gerak-geriknya nampak terbiasa. Terlihat seperti seorang istri yang baru pulang dari pasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE DEADLINE (END)
Literatura FemininaABIAN adalah lelaki paling nelangsa di dunia. Setidaknya untuk sekarang. Di mana, ia harus menjadi editor si pemalas Aruna. Tak cukup di situ. Seolah semesta sangat membencinya. Abian juga harus menelan pil terpahit di muka bumi saat ia memergoki tu...